Selasa, 31 Agustus 2010

Pertarungan Hati gadis Pura-pura

Gadis itu menggerutu kesal. Ia menatap Ibunya marah. Sang Ibu hanya menyuruhnya menghadap pada Ayah. Kenapa Ayah begitu tega menyuruhku? Sekarang aku sedang sibuk, Ayah! Batinnya berkecamuk tak karuan. Ia benar-benar marah pada Ayah dan Ibunya yang membuat ia menghentikan aktifitasnya.

Didepan sang Ayah, gadis itu melakukan perintahnya dengan baik. Namun ia tak bisa tersenyum seperti biasa. Hatinya tak berhenti berdialog. Padahal ia tahu bahwa sang Ayah pasti mengetahui kelakuan buruknya ini. Dan ia pun tahu, bahwa sang Ayah dan sang Ibu hanya ingin tahu sampai dimana letak ketaan dan ketundukannya pada sang Ayah dan sang Ibu. Gadis itu menggumam dalam hati kecilnya:
Mengapa Ayah dan Ibu tak kunjung memahamiku? Bukankah Ayah dan Ibu sendiri yang mengajarkanku untuk selalu menepati jadwal harian? Lalu kenapa sekarang? Tidakkah Ayah dan Ibu ingat hal itu!

Tapi, ah.. tidak, maafkan aku Tuhan. Dia Ayah dan Ibuku. Hatiku kacau, tolong aku wahai Nabi, jazallahu anna Sayyidana Muhammadan shallallahu alaihi wa sallama ma huwa ahluh

Pertarungan itu dimulai. Hatinya berkecamuk. Pikirannya telah kalut. Ia membaca bening:

Wa qodlo Robbuka an la ta’buduu illa IyyahHu wa bil waalidaini ihsaanan immaa yablughonna ‘indakal kibaro ahaduhumaa aw kilaahumaa fa laa taqul lahumaa uffin wa laa tanharhumaa wa qul lahumaa qoulan kariiman. Wahfidh lahumaa janaahaddzulli minarrohmati wa qul Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo. Robbukum a’lamu bimaa fii nufuusikum in takunuu shoolihiina fa innahuu kaana lil awwabiina ghofuroo.

Gadis itu masih kesal. Namun ia membenarkan ayat yang baru saja ia baca. Lalu perlahan, gadis itu menyesal dan dengan kekesalannya yang masih menggumpal direlung hatinya yang tengah kacau.

Apakah percuma penyesalanku dengan kekesalan ini? Padahal Tuhanku tahu, siapa orang-orang yang sholeh dan tidak. Ya, aku memang bukan orang yang sholeh. Bodoh sekali aku telah beranggapan bahwa Ayah dan Ibu begitu menyayangiku dan membanggakanku, padahal aku telah berbuat kasar kepada Ayah dan Ibu. Aku marah kepada mereka. Aku hanyalah seorang yang mukhtaalan fakhuur, seorang yang mutakabbirin jabbar, seorang yang jabbaron ashiyya. Maafkan aku Tuhan.

Gadis itu masih kesal. Terhadap sang Ayah yang mengganggunya dan sang Ibu yang menuruti sang Ayah. Ia tersadar.

Aku menyesal namun aku kesal. Aku meminta maaf tapi tidak dengan hati nuraniku? Aku mengatkan diriku jabbaron ashiyya, mutakabbirin jabbar, mukhtaalan fakhuur, tapi aku sedikit tidak mengakuinya? Itu artinya.. aku hanya berpura-pura dengan omong kosongku ini.

Gadis itu melanjutkan dialog batinnya yang bertarung:

Apa yang aku pikirkan didepan Ayahku? Entahlah. Aku harus meminta maaf kepada Tuhan karena aku telah berpura-pura. Tapi aku tidak tahu kebenaran kesimpulanku ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Yang aku tahu hanyalah aku telah berbuat jahat pada Ayah dan Ibu.

Mengapa aku bersedih? Aku bersedih hanya akan membuat kemarahanku semakin memuncak. Mengapa aku memikirkannya? Lebih baik aku mengingat hal-hal yang membahagiakanku, daripada hatiku tersiksa sedemikian rupa.

Gadis itu berusaha menghilangkan semua pikirannya. Ia mengingat-ingat sesuatu. Dan ia pun tersadar lagi, ia tak bisa melupakan hal ini. Kekalutan, kegundahan dan kekesalan yang sedang ia terima.

Aku ingin membuat cerita pendek. Lalu aku akan dikenal dengan tulisan yang baik. Aku akan menerbitkannya. Oh, benar-benar aku adalah gadis yang berpura-pura dan cinta kedudukan.

Ayah, Ibu, maafkan aku dengan semua kekesalan dan kesalahan ini.
Desis hati sang gadis pilu. Ia membayangkan senyum sang Ayah dan sang Ibu. Aku akan mencium tangannya. Tekad gadis itu telah membulat. Ya, setelah pekerjaan ini selesai.

Beberapa saat kemudian, perintah sang Ayah telah ia selesaikan dengan baik dan hati dongkol. Ia mencium tangan sang Ayah. Hatinya meneruskan pertarungan itu, ia tidak tahu, apa sebenarnya maksud dari ciuman itu kepada tangan penuh kasih sayang sang Ayah: apakah karena ia meminta maaf atau karena ingin akhir cerita untuk cerita pendeknya yang bagus? Jika ia memang meminta maaf, lantas kenapa ia masih belum bisa tersenyum pada sang Ayah? Mengapa ia masih dengan raut muka yang suntuk dan kesal. Mengapa hatinya masih sangat berat. Mengapa ia masih sangat kesal dan tidak bisa menerima keputusan sang Ibu untuk memanggilnya lantaran disuruh sang Ayah. Dan jika ia mencium tangan sang Ayah hanya untuk akhir cerita pendek karangannya yang akan ia buat setelah ini tanpa meneruskan kegiatan yang ia anggap telah diganggu sang Ayah dan sang Ibu, maka:

Orang macam apa aku? Sekali-kali aku belum temukan jawaban itu. Yang aku tahu dengan pasti adalah: aku benar-benar gadis yang berpura-pura dan… penuh kebohongan.

Gadis itu menuju kamarnya lunglai. Ia mengambil pena dan beberapa lembar kertas. Lalu dengan hati yang kosong gadis itu menuliskan judul:

Pertarungan Hati Gadis Pura-pura…

Parengan, 29 May 2010
Sabtu, 18: 51

Senin, 30 Agustus 2010

Berjalan diatas Perut

Kejadiannya udah agak lamaan sih, pas aku masih kinyis-kinyis dan baru aja ngerasa jadi remaja: umur 14 tahun, bok :D



Seperti biasa, setiap abis shubuh aku setor hafalan qur’anku sama Ummi. Waktu itu aku baru nyampe surat anNuur. Setelah setoran, Ummi ngebacain ayat setelahnya untuk aku hafalin besok.



Berhubung aku udah 14 tahun dan udah fashl tsalits mustawal ibrida’I, aku punya satu keingininan. Berbeda dengan usia-usia sebelumnya, aku yang kalo dibacain alqur’an ato baca sendiri Cuma asal baca kali ini enggak. Aku harus mulai baca plus bisa ngerti artinya. Malu bok masa udah 14 tahun nggak bisa ngartiin? Dikit-dikit kan lumayan daripada enggak sama sekali –kaya’ sekarang udah pinter ngartiin qur’an aja, padahal nggak jauh beda sama usiaku yang 14 tahun itu :D- yaaah, pokoknya ngerti dikit-dikit! Ntar kalo ada –banyak- yang nggak ngerti udah diam dulu, tugasku dari Baba dan Ummi kan Cuma hafalan doang, belum sampek ngartiin apalagi nafsirin. Oke, berjalan aja apa adanya, Lue. Buat ayat-ayat yang kamu belum ngerti artinya, ntar kamu bisa Tanya Baba sama Ummi. Ato buka langsung ntu qur’an terjemah.



Oke, aku mulai nyimak bacaannya Ummi sambil ngarti-ngartiin gitu, Cuma: meskipun aku kayaknya bisa ngartiin tapi aku belum ngerti tafsirnya sama sekali.



Kembali ke topic semula. Aku masih serius nyimak Ummi dan nyari-nyari artinya. Sampe pas Ummi baca ayat ke 45 yang berbunyi:



والله خلق كل دابة من ماء فمنهم من يمشي على بطنه ومنهن من يمشي على رجليه ومنهم من يمشي على اربع.... الاية



Aku agak terperanjat kaget. Pikiranku berputar-putar. Kalo makhluq yang berjalan pake dua kaki aku tau, ya aku ini salah satunya. Kalo yang berjalan pake empat kaki aku juga tau, sapi misalnya. Nah kalo yang berjalan diatas perut? Apa? Emang ada makhluq kaya’ gitu? Kalo kutu mah, berjalannya diatas kepala. Bukan diatas perut..



Gitu dah, lagi-lagi aku mbulet. Pikiranku melayang kemana-mana nyari makhluq yang berjalan diatas perut itu. Aku udah nggak konsen lagi sama bacaannya Ummi.



Aku masih aja terbengong-bengong dan penasaran sama makhluq yang satu ini. Apa sih?? Kaya’ gimana coba makhluq yang berjalan diatas perut itu?? Kok aku nggak pernah tau ya? Masa karena aku nggak sekolah sih? Ah tapi nggak mungkin Cuma karena itu. Tapi apa dong????

Sampe pada akhirnya, Ummi selesai bacain aku satu kaca. Tapi akunya masih nggak sadar juga saking penasarannya sama makhluq tersebut. “Lub?” panggil Ummi membuyarkan lamunan mumetku. “eh iya Mi?” sahutku linglung. Plongak-plonhok gitu. “ayo dibaca,” jawab Ummi dengan wajah heran. Aku jadi terbata-bata baca ayat demi ayat itu, kaget. Hehehe…



Setelah aku baca semua ayat yang dibacain Ummi aku masih diam didepan Ummiku itu. Ummi masih tampak heran dengan kelakuanku yang aneh nggak kaya’ biasanya. “ayo mbak-mbaknya dipanggil,” pinta Ummi buat manggilin mbak-mbak yang udah antri aku buat setoran ke Ummi. Aku masih diam. “ngg… bentar Mi mau Tanya.”

“apa? Cepat, sudah dikejar waktu.”

“iya Mi. ini loh, saya itu kok nggak dong sama makhluq yang ini. Kan yang berjalan pake dua kaki itu sebangsa manusia, ada yang lain nggak Mi? terus yang pake empat kaki kaya’ onta, serigala, kucing.. ya kan Mi?”

“ya. Terus?”

“nah ini Mi. saya itu nggak habis pikir ada makhluq yang berjalan diatas perut. Kok bisa ya Mi? emang ada makhluq macam itu? Jenis apa Mi? manusia? Hewan? Jin? Tumbuhan? Benda padat? Ato apa?”

“ya hewan dong Lub. Lalu apalagi..”

“hewan apa toh Mi..! orang kutu itu berjalannya diatas kepala, bukan diatas perut.” Aku bersungut-sungut gitu, nggak terima dan bersikukuh, ngotot banget. Padahal nggak tau apa-apa juga akunya ini.

“itu, ular, hewan-hewan melata. Berjalannya kan diatas perut.”

Sontak aku makin terkejut teperanjat kuaget banget! Hah? Ada ular berjalan diatas perut?? Gimana itu jadinya!

“duh Mi.. gimana sih! Emang sejak kapan ular dan hewan-hewan melata itu berjalan diatas perut? Perutnya siapa coba? Mana ada sih Mi. ah,” aku sewot dan tetep ngotot. Tiba-tiba saja Ummi tersenyum kecil, lalu tawanya tergelak.

“apa yang kamu pikirkan Lubabah? Kalau seperti itu jelas tidak ada!”

“lha terus Mi?” tanyaku semakin bingung, emang ada yang salah dari artianku?

“Kamu lihat ular dan hewan-hewan melata lainnya, mereka berjalan diatas perut mereka sendiri. Mereka tidak berjalan dengan kaki!” jelas Ummi sambil menahan tawa.



Aku pun terdiam. Lama. Pikiranku kembali berputar-putar. Berjalan diatas kaki…? Oh!

“jadi.. bukan berjalan diatas perutnya makhluq yang lain ya Mi?” tanyaku malu-malu. Ummi mengangguk dan masih menahan tawanya. Aku hanya bisa nyengir dan perlahan-lahan aku mundur, lalu pergi meninggalkan Ummi dengan muka memerah. Tawa Ummi tergelak sekali lagi. Duuuh….!



Suer waktu itu aku maluuu banget. Iyah malu, malu sama Ummi dan malu sama diriku sendiri. Kok bisa-bisanya aku ngotot didepan Ummi. Padahal Ummi itu Ibuku, yang ilmunya jauh-jauh lebih buanyak diatasku. Yang udah sangat berpengalaman. Uhu,,

Lalu sejak saat itu, aku punya satu keinginan lagi. Yaitu nggak ngotot-ngotot dan sok tau didepan orang-orang yang jauh lebih pintar dan lebih banyak ilmunya. Dan menjadi penguat pegangan hidupku itu lagi saat usiaku 16 tahun dan sampai pada surat Yusuf:



وفوق كل ذى علم عليم...



Wabillahittaufiq :)



Catatan kecil: aku hafalannya mulai juz 30 sampe 15, lalu setelah itu dimulai lagi dari juz 1 sampe 14. Jadi jangan bingung kalo pas usiaku 14 tahun udah juz 18 eh pas 16 tahunnya malah juz 13. Heheheh :Dv

Abuya

aku ingin berteriak, menumpahkan semua tangisku..

hari yang begitu menyusahkan, yang begitu sulit dilupakan, yang begitu sulit untuk aku terima..

aku tidak pernah sekalipun mengenalnya dan menatapnya langsung. aku hanya mendengar siapa ia, hanya menatap fotonya. tapi aku: aku tidak mau kalah dalam mencintainya. aku mencintainya, sangat mencintainya...

ku rasakan sakitnya memendam rindu yang membara

ingin segera ku obati rinduku. aku ingin bertemu dengannya. sangat ingin..

cepat atau lambat, aku ingin bertemu

tapi.. keinginan itu kini bagai angin yang telah lalu

yang tak akan kembali lagi

aku tak akan pernah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri

aku harus puas dengan hanya menatap fotonya

dengan hati yang sakit dan sesak..

lalu setiap malam, aku hanya berharap untuk bertemu dengannya

meskipun hanya sebentar, meskipun hanya sebentar..

yang penting aku telah melihatnya, melihat senyumnya

senyum yang membawa kedaiamaian dan ketenangan dalam hati

senyum yang membuat dunia seolah menjadi milikku sepenuhnya..

tak tahu lagi apa yang harus ku katakan..

aku hanya tahu bahwa aku merindukannya..

sangat merindukannya..

ingin ku cium tanganmu lama.. ku tatap wajahmu lama..

Abuya, inilah aku yang merindukanmu.

terimalah aku dengan segala kekuranganku..

Kakak Adik

Kakak, sayangilah adikmu. Maka dia akan menghormati kamu



Adik, hormatilah kakak. Niscaya kakak akan menyayangimu



Kakak, Adik, saling sayang dan hormatilah..

Maka kalian akan saling mencintai dan menjadi sepasang kekasih



Ayah dan Bunda akan tersenyum untuk kalian berdua



***

Parengan, sabtu 21 agustus 2010. 6:01 pm

Selasa, 24 Agustus 2010

Get Married!

sungguh tidak terasa, ramadlan tinggal menghitung hari saja. hanya dengan menghitung hari, kita akan berjumpa kembali dengan ramadlan –insyaAllah-..

***
saya terdiam dalam pikiran yang hanyut kesana kemari. kemudian, tiba-tiba saja saya mempunyai keinginan yang sangat kuat.

tahukah teman-teman, apa keinginan saya yang kuat itu? keinginan kuat saya dalam setiap ramadlan adalah menikah. saya sangat ingin menikah dan saya akan berusaha untuk melaksanakannya. saya benar-benar harus menikah pada bulan ramadlan!

dan keinginan menikah itu ada karena kesimpulan yang muncul dari renungan saya ketika sadar ramadlan sudah ada didepan mata:

“entahlah, sebenarnya saya belum tahu apa itu pernikahan. tapi yang saya tahu dari kata-kata pernikahan itu adalah tali yang mengikat seorang lelaki dengan seorang wanita dan mempersatukannya. Lalu membawa masing-masing kedalam kebahagiaan.”

saya kembali melanjutkan renungan saya:

“saya juga belum tahu dengan benar apa itu ramadlan. tapi kecil yang saya tahu tentangnya hanyalah tali agar saya selalu bisa mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ridlo serta ampunanNya. Lalu membawa pada kebahagiaan yang sejati dan kekal yaitu surga.”

lalu saya menyimpulkan renungan yang muncul tiba-tiba itu:

“bila saya Menginginkan ridlo dan ampunan dari Allah: Maka saya harus menikah dengan Ramadlan. ya, menikah dengan ramadlan adalah jalan yang paling tepat untuk menggapai Ridlo dan ampunanNya. dan saya pikir, menikah dengan ramadlan adalah pernikahan paling membahagiakan.”

benar bukan? bila kita menginginkan ridlo dan ampunan dari Alloh, maka terlebih dahulu kita harus menikah dengan ramadlan.tapi Bagaimana bisa? ah… tentu saja bisa dan mengapa tidak. begitu menurut saya.

***
teman-teman, mari kita samakan pasangan lelaki dan wanita dengan kita dan ramadlan…

 Bila sang suami harus bisa membawa sang istri dan anak-anaknya kedalam surga dengan didikannya yang sangat hebat dan baik, maka begitu juga ramadlan. Ramadlan harus bisa membawa kita kedalam surga, yang telah dibuka lebar-lebar, dengan amal ibadah yang menyebabkan kita bisa kesana.

 Bila sang istri harus menyerahkan keseluruhannya pada sang suami dan harus membahagiakannya, maka kita harus menyerahkan keseluruhan kita kepada ramadlan dan membuat ia bahagia atas keberadaan kita, dengan menahan hawa nafsu kita dan dengan giat dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan.


 Bila sang suami dan sang istri harus mendapatkan restu dan keredlaan kedua orang tua mereka untuk satu kebahagiaan dan seterusnya, maka kita: bersama dengan ramadlan harus mendapatkan ampunan dan ridlo dari Allah Jalla wa Ala…

beginilah, pernikahan yang saya inginkan dalam setiap ramadlan. saya sangat ingin menikah dengan ramadlan. dan saya pikir, teman-teman semua juga selalu ingin menikah dengan ramadlan. apa tidak begitu?

tapi, sebenarnya saya malu. malu sekali, karena seringkali ketika saya telah resmi menikah dengan ramadlan, saya justru sering menyia-nyiakan bulan penuh ampunan ini dengan bermalas-malasan, atau kalau tidak dengan dalih: sejak pagi sampai malam berlanjut ke pagi lagi saya banyak aktifitas, saya mengaji dan.. dan.. dan.. saya sudah sangat lelah, saya ini sangat butuh istirahat…

Hai, mengapa bisa saya berbicara seperti itu ya? bukankah selama ini saya telah sah menjadi istrinya ramadlan? apa kegiatan itu bukan tugas rumah tangga saya? saya telah menikah dengan ramadlan, dan sudah selayaknya saya melayani ramadlan sebagai pasangan hidup saya dengan mempertaruhkan segala-galanya dari saya. Dan bukankah, sebagai seorang yang berrumah tangga, saya tidak boleh mengeluh apalagi menyerah?

Karena renungan itulah, saya jadi tau, kalau kegiatan yang banyak bukanlah alasan saya untuk bermalas-malasan, bukan. Tapi kegiatan saya yang banyak itu merupakan kesibukan saya untuk melayani ramadlan, dan untuk mengetahui seberapa besarkah kesabaran saya dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan?

***
Akhirul kalam, semoga pernikahan kita dengan ramadlan esok menjadi pernikahan yang “sakinah mawaddah dan rohmah..” dan semoga, Allah berkenan memberikan kita taufiq dalam rumah tangga kita yang teramat indah dan penuh barakah ini. Amin bijahi sayyidil mursalin…
selamat menempuh hidup baru: marhaban ya Ramadlan..

Mengapa?

saya ngak tahu, kenapa saya sering diketawain. ada beberapa peristiwa yang mejadi ganjalan dipikiran saya. dan menjadi pertanyaan yang belum terjawab: apakah saya ini lucu?
***
1. kaos dan teman:
waktu itu aku, kakak dan adikku lagi liat tipi. aku pakai kaos panjangku yang kepalanya udah molor, padahal sebelum-sebelumnya enggak.
aku: ca’muh, emang temenmu kepalanya besar?
kakak: ha? kok kamu Tanya gitu sih?
aku: kaosku ini habis dicoba sama dia buat ukuran, eh kepalanya jadi molor..
kakak+adik: hahahahaha!!
2. maag vs lapar
selepas buka dan hendak saja shalata tarawih, aku masih tiduran sama adik dan Ummiku. Ummi Tanya apa aku udah nggak papa. aku jawab iya. lalu adikku yang bawel keliatan lholhak-lholhok gitu, nggak faham kenapa.
aku: jadi tadi siang aku nangis is
adik: kenapa?
aku: tadi aku baca, tiba-tiba pusing. yaudah selesai bacanya. tiba-tiba perutku rasanya nggak enak. aku kira laper, ternyata rasanya beda. yaudah aku yakin kalo ternyata aku bukan laper, tapi maagku kambuh. jadi aku nangis
adik: hahahahahahah!!!
3. bukan saya
pas lagi nyantai berdua sama si kakak, aku Tanya gitu. apa bener aku ini lucu. kakakku Cuma mesam-mesem doing. akhirnya aku putusin buat cerita ke dia
aku: aku pernah cerita ke sepupu, tapi malah dia ngamuk-ngamukin aku.
kakak: cerita apa?
aku: gini, puu.. aku tu pernah. Ummi kan Tanya, siapa yang dihamam? karena bukan aku jadi aku jawab, bukan saya. tiba-tiba Ummi sama adek-adekku marah-marah ke aku. padahal aku kan mencoba jujur puu. tentu aja! gitu katanya mereka puu. eh sepupu malah bilang: ya emang kamu itu, ub!! kenapa? padahal aku kan Cuma niat curhat kok malah diamukin sii
kakak: huahahahahaha!!
4. dua surat
ini kejadian dikediri. dipondok yang mana tiap hari kudu khatam alqur’an 30 juz. dimulainya tiap ba’da maghrib, ntar doa khatam qur’an besok asharnya. waktu itu udah isya’, jadi aku selesai ngaji dulu buat sholat
aku: Alhamdulillah bitaufiqillah! mau dapat dua surat!
sepupu: jadi Ali Imron udahan?
temen: cepet banget dek?
aku: bukaaan. aku emang mau dapat dua surat, tapi maksudku itu aku udah selesai baca surat fatihahnya, sekarang surat baqorohnya udah nyampe tengah-tengah. jadi kan mau dapet dua surat
sepupu+temen: hahahahaha!!
5. apakah dia menyayangiku?
aku ini sakitnya aneh, nggak boleh minum susu. untuk gantinya –biar aku cepet gemuk, kata dokter- aku disuruh minum kremer aja. yaudah aku nurut. nah, biasanya kremer itu aku nggak buat sendiri –karena males dan manja kali (gak boleh ditiru!)- selalu aja aku dibuatin ama sepupuku yang baik hati dan perhatian banget sama aku. tapi nggak taunya, malem ini kremer itu belum nongol dimeja. padahal sepupuku itu bilang nggak usah khawatir, aku pasti buatin buat kamu. tenang aja, jangan sampe buat sendiri lo ya. gitu
aku: temen-temen,
temen-temen: ya uuuub..
aku: tolong tanyain ma sepupuku
temen-temen: tanya apa sih sayang?
aku: iya temen-temen, tolong tanyain ma dia, apakah dia masih menyayangiku?
temen-temen: hahahahahahaa!!
6. malang oh malang
sebelum tidur aku ngeluh sama Ummi. curhat atas kebiadaban adik-adikku, yang kadang-kadang kasar sama aku yang kakaknya ini
aku: Ummi saya sedih dan bingung sekali
Ummi: kenapa?
aku: kadang-kadang adek-adek itu kasar sama saya Ummi. sebenernya saya pengen juga balesin kasar sama mereka, tapi saya itu kan kakak. kalo saya balesin kasar nanti saya contoh nggak baik, malah nggak selesai-selesai berantemnya, ngoceh-ngocehnya. akhirnya saya ngalah Mi’. saya diem kek ato ngeloyor kek. pokoknya jarang saya ladeni deh. tapi saya capek kalo kayak gini terus. saya pengeeeen banget Ummi bisa menindas mereka berdua kaya’ mereka nindas saya. saya kan kakak Ummi, masa kakak dibuat kalah-kalahan sama adiknya? kan nggak etis.
Ummi: haha.. lubabah, lubabah!

***

saya benar-benar heran. memangnya apa sih yang buat mereka itu bisa ketawa gitu? hmm.. hmmm.. saya belum tau sampai sekarang ini –“ apakah teman-teman sekalian tau mengapa mereka itu tega-teganya ngetawain saya? hehehe

yah. untuk yang kasebut dicatatan gak mbeneh ini saya minta maaf deeeh. maaaaaaf banget kalo kata-kata saya itu menusuk-nusuk hati, menyayat-nyayat dan mencabik-cabik. maaaaaaaf banget kalo saya itu sungguh terlalu dan narsis ato gimanaaa gitu. pokoknya maaaf deeeh. apalagi buat adik-adik saya yang udah saya sebut biadab. hehehe.. adik-adikku, maafin aub zah. kalian baik deh :p :D :D pisss (n,n)v

Sabtu, 07 Agustus 2010

Aku dan Tujuan Hidupku #2

dan aku pun bersyukur lega
terbayang senyum kebahagiaan Baba dan Ummi untukku
aku beranjak, menuju tempat para musa’id membagikan rapot.
“mabruk, mabruk..” ucap salah satunya. aku tersenyum
ku jabat tangan mereka satu persatu
terimakasih, ya Robb…

ya, aku mendapatkannya lagi
aku berhasil mempertahankannya dengan pertolongan Alloh,
“Lubabah Aly, peraih peringkat pertama fashl tsani mustawal awsath…
peraih gelar bintang pelajar.”
terimakasih ya Robb, terimakasih.
kebahagiaan Baba dan Ummi Engkau berikan kembali melaluiku dengan peringkat itu
terimakasih..

Bukan!
maafkan aku, aku bukan bermaksud sombong
aku bukan bermaksud pamer
-wal ‘iyadzu billah!-
aku bukan bermaksud apa-apa, sekali-kali bukan
aku hanya bermaksud mensyukurinya
mensyukuri ni’mat yang telah Alloh berikan padaku,
berupa nilai yang bagus, rangking pertama, bintang pelajar, dan yang paling besar dan sangat harus aku mensyukurinya:
Senyum kebahagiaan Baba dan Ummi…

“Baba, saya rangking satu. saya bintang pelajar. terimakasih Baba, duaukum.”
tak ada sahutan.
tak ada satu kata yang terucap
tapi senyuman itu.. menghasi wajah bijaksana Baba yang membawa ketenangan dan kegembiraan dalam hati
dan senyuman itu, sangat cukup bagiku arti kebahagiaan
aku tahu, Baba tidak akan pernah memuji anak-anaknya didepan muka mereka sendiri
dan mungkin aku tahu, bahwa dalam hati Baba menyimpan kebahagiaan, yang terisyaratkan dari senyum manis penuh keteduhan itu…

“Ummi, nilai terendah saya 90.”
Ummi tersenyum
dan hanya tersenyum,
seperti halnya Baba yang tidak mengucapkan satu katapun
untukku.
aku tidak kecewa tidak ada ucapan dari Baba dan Ummi. aku tidak kecewa dengan sikap Baba dan Ummi
karena aku telah mendapatkannya, mendapatkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku:
senyum kebahagiaan kedua orang tua, yang sangat ku cintai dan mencintaiku

aku tak butuh ucapan kata dari Baba dan Ummi. yang aku butuhkan hanyalah senyuman itu
senyuman yang membuatku tenang dan nyaman. ya, hanya itu. hanya itu…

***

Baba, Ummi… terimalah persembahan saya ini. persembahan yang mungkin sangat sepele. persembahan yang juga telah saudara-saudariku berikan kepada Baba dan Ummi. saya minta tersenyumlah untuk saya, agar persembahan ini senantiasa saya berikan, untuk Baba dan Ummi yang telah memberikan saya semua yang saya mau.
ilmu
akhlaq
perasaan
hati
dan semuanya…
terimakasih Baba, terimakasih Ummi. maafkan jika hanya ini yang bisa membuat Baba dan Ummi bahagia. maafkan jika saya belum bisa memberikan persembahan yang lain seperti apa yang saudara-saudariku telah persembahkan kepada Baba dan Ummi. maafkan atas keteledoran, kenakalan, dan keterlambatan saya. doa Baba dan Ummi selalu saya harapkan…

saya… benar-benar ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. saya benar-benar ingin mencapai gelar terbaik itu, untuk Baba dan Ummi, orang tua jiwa dan raga saya: seperti apa pesan Baba dan Ummi:

“Baba dan Ummi, adalah orang tua yang merangkap dua peran sekaligus dalam hidupmu. orang tua raga, dan orang tua jiwa. berbaktilah, niscaya kau akan dapati kehidupanmu dengan tenang dan penuh kebahagiaan.”

Syukron Jazilan Baba, Syukron Jazilan Ummi. jazaakumulloh ahsanal jaza’, samihuuna wal afwu minkum…

(14 shaban 1431 / 26 July 2010)

Aku dan Tujuan Hidupku

Aku…
sekali-kali aku tidak pernah belajar untuk mendapat nilai yang bagus
sekali-kali aku juga tidak berusaha dalam tes ujianku untuk mendapat rangking satu
namun, aku tetap belajar dan berusaha yang terbaik untuk mendapat rangking satu itu,
semata-mata hanya karena satu sebab
sebab yang aku berusaha karenanya,
yaitu karena aku ingin mendapati senyum Baba dan Ummi-ku
karena aku ingin membuat Baba dan Ummi bahagia…
hanya itu.
dan hanya itu pula yang menjadi tujuan hidupku
aku tahu, Baba dan Ummi tidak pernah menyuruhku untuk dapat rangking Satu
tapi aku juga tahu, kalau Baba dan Ummi punya perasaan lain ketika aku mendapatkannya
dan yang aku tahu, perasaan itu adalah bahagia…
lalu… bagaimana jika aku tidak rangking satu?
apakah aku mengecewakan Baba dan Ummi?
tentu. itu mungkin sekali kalau Baba dan Ummi akan kecewa,
tapi, yang aku tahu saat itu, Baba dan Ummi lagi-lagi punya perasaan lain
yaitu kesungguhanku dalam belajar
setidaknya, aku telah berusaha dalam pelajaranku. aku telah belajar
dan aku pikir, Baba dan Ummi –jika itu keadaanku- akan berkata:
“yang penting kamu sudah belajar.”
berbeda jauh, jika aku tidak mau belajar dan tidak mendapat rangking satu.
aku yakin, Baba dan Ummi akan berkata dengan segenap kekecewaan beliau:
“makanya kalau ada ujian belajar, jadi jangan salahkan siapapun kecuali diri kamu sendiri. lihat sekarang.”

begitulah… alasan kecil nan sederhana yang menjadi tujuan hidupku
yang membuatku bertahan dan bersemangat
bukan apa-apa dan hanya itu: kebahagiaan dan senyum ridho dari seorang Ayah dan Ibu kepada anaknya
Baba dan Ummi yang mendidikku sejak aku dalam kandungan
lantas siapalah orang tua yang tidak senang anaknya mendapat rangking satu, dan itu karena hasil belajarnya
aku tahu aku tidak akan pernah sanggup untuk membalas semua pengorbanan dan kebaiakan Baba dan Ummi
tapi aku harap, pengorbanan dan kebaikan itu terbalas dari segalaku, hingga menyunggingkan satu senyum kebahagiaan dari Baba dan Ummi
aku mencintai Baba dan Ummi
aku mengharap dan memohon ridho beliau berdua
karena aku tahu, aku tidak akan mendapat ridho dari Alloh jika aku belum mendapat keridhoan Baba dan Ummi
setiap satu senyuman dari Baba dan Ummi kepadaku, adalah kuharap menunjukkan ridhonya
banyak jalan bagiku untuk menggapai ridho Baba dan Ummi,
salah satunya adalah dari nilai yang bagus lagi memuaskan
dan jalan itulah yang sedang aku tempuh
sejak aku baru saja menginjak bangku A di Tarbiyatul Banat, sampai aku kini dalam bangku 2 Mustawal Awsath, sampai kapanpun manakala aku adalah seorang murid, dan seorang anak yang ingin membahagiakan orang tuanya..

lalu malam ini, adalah malam pengambilan rapot. malam penentuan kebahagian Baba dan Ummi yang aku berikan darinya untuk beliau berdua… kuharap, kebahagiaan itu terwujud dan membuatku merasakan pula kebahagiaan Baba dan Ummi

duaukum…
25 juli 2010

Enyub dan Enyun

28 juli 2010. Enyub yang lagi punya bonus SMSan sama Enyun yang juga punya bonus. diantara SMS 2 sahabat entu... (xD)
Enyub: ayo gimana carax masukin jerapa kekulkas?
Enyun: besar jerapanya kok daripada kulkasnya
Enyub: ya kulkasnya dibuka toh, terus jerapa dimasukin. Kalo masukin gajah kekulkas?
Enyun: gampang! kulkas dibuka terus gajah dimasukin! ya ga?
Enyub: ya nggak lah. nggak muat ntar, jerapanya dikeluarin dulu baru gajah dimasukin. Nah, raja singa ngadain rapat. semua binatang harus dateng. tapi ada satu yang nggak dateng, binatang aapa itu?
Enyun: monyet! yang lagi baca SMS ni
Enyub: ya salah dong. yang bener gajah. Kan gajahnya masih dikulkas. terus.. ada orang mau nyebrang sungai. tapi sungainya banyak buayanya. Kalo mau nyebrang sungai itu gimana caranya?
Enyun: buaya dibarisin, diinjek2 buat nyebrang
Enyub: ya tinggal nyebrang dong! Kan buanyax ikuant rapat...
Enyun: ih Enyub mayag!!!
Enyub: hahahahaha
xD xD xD

** SMS nyata antara aku dan sahabatku, Ayun :)

Ummi, Ya Nab'u Hanan

ah.. nggak tau kenapa tiba-tiba pengen buat tulisan tentang Ummi. mungkin karena semakin hari saya lihat wajah beliau semakin bertambah pula cinta saya kepadanya.
Ummi, bukan penjahit. tapi baju-baju saya adalah kain yang beliau sulam dengan kasih sayangnya, menjadi sebuah kehangatan yang tak terkira lagi. Ummi juga bukan koki. tapi jika saya meminta suatu macam masakan, Ummi pasti akan membuatkannya dan membuat saya puas dengan cita rasa yang khas, dengan bumbu cinta dan perhatiannya. Ummi bukan pula dokter! namun disetiap saya sakit, baik lahir maupun batin, Ummi pasti akan mengobatinya dengan kelembutan. ah Ummi.. entah bagaimana ungkapan kata yang pantas untuk ku ucapkan sebagai tanda cintaku padamu…
***
saya akui, kesehatan saya memang agak buruk. dari mag yang belum sembuh, mata yang masih saja minus, tensi darah yang hanya 90-100, hingga alergi yang susah sembuh
suatu hari, Ummi menyuruh saya untuk meminum vitamin penambah darah, setiap pagi setelah sarapan. ya, tentunya karena tensi darah saya hanya 90-100 saja. yang mengakibatkan saya pusing-pusing. saya hanya mengiyakan perintah beliau saja. dengan senyum kecil dan… saya enggan
esok hari, setelah sarapan saya lupa untuk meminumnya. mungkin karena sebelumnya sudah didahuli rasa enggan itu. saya langsung saja naik ke lantai atas untuk ta’lim bersama teman-teman. baru saja saya duduk dan akan meletakkan buku-buku saya, tiba-tiba saya mendapat panggilan. “Aub, ditimbali Ummi.” kata salah satu teman saya. langsung saja saya beranjak dan bergegas turun ke lantai bawah lagi. sampai ditempat makan, Ummi tengah menuangkan air untuk Baba. “ada apa Ummi?” saya beranya singkat. tanpa memprediksi apa yang akan Ummi katakan pada saya.
“kamu belum minum vitaminnya? ini minum dulu.” jawab Ummi sambil memberikan saya vitamin itu. saya hanya diam, dengan perasaan bersalah saya. wajah Ummi tampak kecewa karena saya belum meminumnya. saya hanya berani untuk tersenyum tipis. saya terima vitamin itu, dan dengan tangan beliau sendiri, beliau mengambilkan saya air. dan menunggui saya sampai vitamin itu benar-benar masuk kedalam perut saya. Ummi tersenyum, dan menyuruh saya untuk kembali. saya hanya menurut tanpa mengucapkan sepatah kata. namun mata saya terasa perih. pandangan saya kabur. dan saya rasakan, pipi saya mulai basah oleh butiran air mata. ah… Ummi selalu menyayangi dan memperhatikan saya. tapi mengapa saya tidak menyayangi dan memperhatikan diri saya sendiri? sungguh, saya menangis Karena perhatian beliau itu… saya menangis untuk yang kesekian kalinya.
lalu dalam suatu sore, ketika Ummi berangkat mengambil air wudhu ashar, saya merasakan perut saya ini lapar. saya ingin makan. tapi saya sadar, sebentar lagi akan berjamaah ashar. namun untuk mengganjalnya, saya mengambil roti. ketika tinggal setengah, Ummi selesai berwudhu. Ummi diam melihat saya memakan roti itu. saya tersenyum kecut dan meletakkan kembali roti itu. “mau kemana?” Tanya Ummi. “wudhu Ummi.” jawab saya. Ummi menggeleng, “habiskan Nak. biarkan kita sholat dibawah berdua saja. habiskan dulu rotimu, jangan sampai perutmu sakit lagi.” perintah Ummi. lantas Ummi keluar dari kamar, lalu sayup-sayup saya mendengar Ummi menyuruh mbak-mbak santri untuk berjamah sendiri, tanpa Ummi yang mengimaminya. saya tertegun. tertegun lama. Ummi kembali dengan senyuman lembutnya. “ayo dihabiskan, lalu kita sholat berdua..” saya mengangguk, menghabiskannya dengan air mata yang menggenang. lalu ketika mengambil air wudhu, air wudhu itupun tercampur. lagi-lagi saya harus menangis atas perhatian Ummi yang teramat sangat besar. Ummi.. rela sholat berjamaah berdua saja dengan saya, hanya untuk saya menghabiskan roti itu, dan agar saya tidak sakit lagi. ah Ummi… aku mencintaimu..
tidak lupa pula saya, saat Ummi berkata “selama 10 hari ini kamu dilarang memakai komputer dan laptop, Lubna. kalau mengaji tidak usah bawa kitabnya, cukup dengarkan saja Ummi, Baba dan guru-guru kamu. lalu kalau malam tidak usah baca min khuquqissyaikh. perbanyaklah saja bacaan istighfar dan sholawat kamu.” saya bertanya tak mengerti. “loh… mengapa Ummi?” Ummi mendesah. “Lubna, kacamata kamu belum diganti. jangan paksakan diri kamu terus menerus. tunggulah sampai Baba mengajakmu periksa..”
dan malam itu, ketika saya menangis merasakan sakitnya jari kelingking saya mengeluarkan nanah karena alergi, Ummi menyentuh pundak saya, “Lubna,, bangun, Lubna…” panggil Ummi. saya pun terbangun dengan menangis, layaknya balita yang terbangun karena mimpinya. Ummi meminumkan air putih pada saya yang belum juga terbangun dengan kesadaran yang sempurna, lalu memasukkan obat pereda nyeri. dan menyuap saya sepucuk pisang. member saya minum lagi dan berkata, “tidurlah anakku..” air mata saya semakin deras mengalir. sudah, bukan karena sakitnya jari kelingking saya. tapi karena perhatian itu. lagi-lagi karena perhatian Ummi. dimalam yang sunyi, saat semua tertidur, Ummi,.. dengan kasih sayangnya memberikan saya obat untuk menenangkan tangisan saya yang cengeng dan tidak dewasa. tanpa peduli pada beliau sendiri yang baru saja tertidur…
Ummi.. entah bagaimana keadaan saya ini, Ummi selalu dan tak henti-hentinya menyayangi saya. tapi saya? untuk membuat Ummi bahagia saja saya belum bisa. bahkan saya hanya bisa mengecewakan Ummi, membuat marah Ummi. Ummi… maafkan saya Ummi. maafkan saya… saya benar-benar minta maaf atas kesalahan-kesalahan saya, atas semua perbuatan saya yang membuat Ummi kecewa dan marah…
saya berjanji Ummi, saya akan selalu berusaha, saya akan selalu berusaha untuk membuatkan senyum dibibir Ummi, membuatkan bahagia dihati Ummi.
terimakasih Ummi, atas semua perhatian Ummi, atas cinta Ummi kepada saya. semoga Allah selalu membalas Ummi dengan sebaik-baiknya balasan yang Ia balaskan kepada hamba-hambaNya yang sholih. jazaakumulloh ahsanal jaza’. aku mencintaimu
((31 July 2010, dengan berderai air mata aku merangkainya, untuk Ummi. ibu yang selalu ada dalam setiap detikku, dalam setiap desahan nafasku… akrimni biridhoha, ya Robb

Tajimi, Tajimi, Tajimi..

bermula dari ta’lim ammah bersama sang Baba. yang yaaa.. pokoknya disitu Baba ngasih tau, “kalau bertemu macan lalu membaca : wa man takun bi Rosulillahi nushrotuhu * in talqohul usdu fi ajamiha tajimi, tajimi di ulang tiga kali, insyaAllah akan selamat. tapi tidak boleh takut.” begitu. akhirnya aku pegang erat-erat pemberitahuan itu. hehehe.. dalem hati aku bertekad: kalo ketemu macan jangan lupa baca ini! tapi saya nggak mau ketemu macan, ya Alloh..
lalu suatu hari, nggak tau bagaimana awal ceritanya, tiba-tiba aku udah didepan swalayan kencana. -nama swalayan di kotaku- tapi aku memprediksi, mungkin aku bisa nyampe sana soalnya baru aja dari optic reza. -langganan kacamataku- cz.. nggak mungkin aku jauh-jauh ke lamongan kota kalo Cuma mau ke swalayannya aja. weh, bisa disepak Baba akunya! hehehehe…
lalu nggak tau kenapa, akunya males banget lama-lama di swalayan itu. aku biarin aja mereka –yang sama-sama aku ke optic reza tapi aku udah lupa siapa merekanya- muter-muter sepuasnya disana. jarang-jaranglah bisa keluar, sekalian gitu. hehehe
aku milih diluar, sendiri bok. gile, aku berani banget ya? hehehe. aku –posisiku waktu itu- ada diantara mobil-mobil yang diparkir, -untung aja aku nggak dikirain salah satu dari sekian banyak mobil parkiran itu. hehehe..- rasanya kepalaku agak pusing deh. mungkin pengaruh dari mobil yang aku tumpangi kali ya? secara aku jarang banget naik mobil, paling-paling Cuma setaun sekali –kalo mau kerumah Baba di gresik doang-,ato kalo nggak gitu ya pas aku lagi mau periksain mata aku yang sakit dari aku masih dikandungan, wehehe..-
disitu, ditengah kepusingan aku –hehe- aku diem aja. ah.. udah kepala pusing, mata sakit ditambah terik matahari yang menyengat.. oh, didunia saja ya Alloh saya dan keluarga saya kepanansan, jangan sampai berlanjut ke akhirat! doaku dalam diam, iyah, diam-diam menghanyutkan. hehe –nyambung gak sih? walah-
nah, disaat panas-panasnya cuaca dan hatiku –yang panas gara-gara kelamaan nunggu mereka- tiba-tiba ada cowok lewat. dari jauh gitu sih, tapi pastinya dia bakal lewat didepan aku.
sontak! aku kaget, takut seketika. takuut.. banget. padahal tampangnya cowok baik-baik. doski, cowok itu melirikin matanya ke aku. karuan aja aku makin ketakutan. dan ditengah ketakutan itu, aku teringat akan Baba. lalu tiba-tiba ku rasakan hati dan mulutku membaca sesuatu, semacam jampi-jampi. tapi ternyata, yang hati dan mulutku baca adalah:
wa man takun bi Rosulillahi nushotuhu * in talqohul usdu fi ajamiha tajimi, tajimi, tajimi,..
berkali-kali aku ngebacanya. sampe cowok itu sukses lewat didepan aku dan pergi gitu aja. uwaaaah… yeee!! berhasil..! aku lega banget! aku bersyukur karena cowok itu lewat dengan tenang dan damai! tanpa menerkamku yang seorang diri diparkiran.
aku senyum-senyum aja atas kemenanganku. tapi, dipikiranku ada yang mengganjal. ku coba untuk mencarinya, dan.. dan..
“ya Alloh, Lulu! itu kan laki-laki! bukan macan! kok kamu tega baca itu! kamu mikir apa’an sih..???!!! lagian laki-laki itu kan Cuma mau lewat! nyapa kamu aja enggak kok kamu baca itu! haaaaah?? kenapa Lulu???? kenapa…???”
hatiku berteriak-teriak gitu, dengan wajah yang lholhak-lholhok, bengong dan selanjutnya, Cuma bisa cengar-cengir. hehehehe..
detik selanjutnya mataku sibuk nyariin cowok yang lewat tadi, udah nggak ada. yee!!! hatiku berteriak lagi. bukan, bukan karena cowok itu udah nggak ada dan nggak nyokot aku. tapi karena aku berpikir mantap: kalo cowok itu nggak denger apa yang aku baca. aku kan bacanya pelan, gitu.. lirih-lirih sambil menundukkan kepala ketakutan. hehehehe ahaha :D :D
***
gila.. gila. nggak tau kenapa aku pikir cowok itu macan. hmmm… mungkin saking takutnya aku kali ya? tapi kalo dipikir-pikir lagi, ngapain juga takut. ngapain juga suudzon gitu. toh aku kan nggak tau apa-apa yang ada dibenak dia. emang aku tau kalo dia bakal nyokot aku gitu? sampe berdarah-darah tercabik-cabik. enggak kan? hehe..
so! kalo ada cowok lagi, tenang aja. yang penting nggak usah dilihat. wa man takun dibaca lagi nggak papa deh, hehehehe.. –huss,, emang cowok sama kayak macan apa? dari tampang aja udah beda!-
Cuma : wiqoyatullohi aghnat an mudlo’afatin * minadduru’I wa an ‘alin minal uthumi. bukan begitu? ahahaha :D Cuma lagi, aku siapa sih??? kok pede boning ngomong kayak gitu?
ah, tauk deh. yaudah, daripada nggak selesai-selesai mending akhiri aja tulisan gak mbeneh ini. oke Lu?
iya oke.
serius ya, nggak nulis lagi?
iya serius.
janji?
janji, janji..
yaudah diem dong! kok masih aja nulis?
hehehehe…. :D
(( catatan aneh yang hanya bisa keluar dari pikiran aneh dari seorang gadis yang aneh. aneeeh banget? aneh nggak? ya aneh dong! hehehe.. aneh