hmm.. iya, saya akui blog saya ini emang aneh
yaah.. habisnya gimana nggak aneh coba, secara ini blog isinya hampir semuanya sama dengan catatan2 fb saya. weuh!
belom lagi, postingan yg ga teratur.
seharusnya saya posting setiap saya posting juga di fb. tapi ga tau, sering lupa. mungkin karena ini blog cuma buat sampingan aja kali yah?
ehehehehehehee..
ya apapun jenis blog ini lah, yg penting mah tetep ngeblog. ya ya.. *kumat GJnya kiee :DD
makaasiiih ya temen-temen dah sempetin liat blog gak mbenehku ini. maaakkaaassssiiiih banget, pokoke makasih.
udah hehehe..
met jumpa! lam lekum :))
oyaaaa... met taun baru ye :DDD
*Bent Khoums Walazzalleyn. 31 des. 10
Jumat, 31 Desember 2010
Bekerja dengan Allah
Baba dan Ummi sama-sama bekerja dengan Allah.
Pekerjaan itu tidak menetapkan waktu. Dan tidak menetapkan gaji
Yaitu pekerjaan menyebarkan agama.
Tempat kerja Baba dan Ummi berbeda. Ummi hanya bekerja di rumah, sedangkan Baba bekerja di luar. Karena itu jam kerja Baba jauh lebih padat daripada jam kerja Ummi.
Tapi bukan berarti pekerjaan Ummi hanya sebentar, bukan, Ummi bekerja dari pagi hingga petang.
Kadang-kadang Allah memberi gaji pada Baba dan Ummi, dan kadang-kadang Allah tidak memberi gaji pada beliau berdua.
Baba dan Ummi tidak menuntut gaji itu apalagi meminta dinaikkan. Karena Baba dan Ummi benar-benar bekerja untukNya, demi Ia, bukan untuk uang dan demi uang.
Maka dari itu, ketika Baba dan Ummi tidak diberi gaji oleh Allah, beliau berdua tetap tersenyum dan bekerja dengan baik. Dan tidak akan pernah menagihnya pada Allah, serta akan terus bekerja untukNya
Ketika Allah memberi Baba dan Ummi gaji, Baba dan Ummi akan sangat bersyukur dan menggunakan gaji itu sebaik mungkin
Dan ketika Allah memberi gaji sedikit, beliau berdua tidak akan meminta-minta. Tapi menerimanya dengan hati yang lapang lagi bersyukur
Oleh karena itu, Allah semakin sering memberikan Baba dan Ummi pekerjaan. Dan selalu memberi beliau berdua gaji.
Dan sering kali, sangat sering, Allah memberikan gaji Baba dan Ummi melalui orang-orang disekitarnya, tanpa Baba dan Ummi menduga-duga. Walaupun saat itu Baba dan Ummi sedang diberi cuti oleh Allah..
***
Inilah Baba dan Ummi, yang menyebarkan agamaNya semata-mata karena Ia, bukan karena uang.
Dan Ia-lah Allah, yang mengalirkan rizkiNya kepada Baba dan Ummi karena telah menyebarkan agamaNya, karena beliau berdua telah berkhidmah (melayani) kepadaNya.
"ya dunya, ukhdumii man khodamaNiy. Hai dunia, layanilah orang yang melayaniKu."
Baba dan Ummi melayani Allah dengan menyebarkan agamaNya. Karena itu, rizki Baba dan Ummi datang lewat pelayanan itu. Dunia datang untuk melayani Baba dan Ummi. Meskipun Baba dan Ummi tidak bekerja untuk dunia, dan hanya bekerja menyebarkan agamaNya..
Wabillahittaufiq :)
Pekerjaan itu tidak menetapkan waktu. Dan tidak menetapkan gaji
Yaitu pekerjaan menyebarkan agama.
Tempat kerja Baba dan Ummi berbeda. Ummi hanya bekerja di rumah, sedangkan Baba bekerja di luar. Karena itu jam kerja Baba jauh lebih padat daripada jam kerja Ummi.
Tapi bukan berarti pekerjaan Ummi hanya sebentar, bukan, Ummi bekerja dari pagi hingga petang.
Kadang-kadang Allah memberi gaji pada Baba dan Ummi, dan kadang-kadang Allah tidak memberi gaji pada beliau berdua.
Baba dan Ummi tidak menuntut gaji itu apalagi meminta dinaikkan. Karena Baba dan Ummi benar-benar bekerja untukNya, demi Ia, bukan untuk uang dan demi uang.
Maka dari itu, ketika Baba dan Ummi tidak diberi gaji oleh Allah, beliau berdua tetap tersenyum dan bekerja dengan baik. Dan tidak akan pernah menagihnya pada Allah, serta akan terus bekerja untukNya
Ketika Allah memberi Baba dan Ummi gaji, Baba dan Ummi akan sangat bersyukur dan menggunakan gaji itu sebaik mungkin
Dan ketika Allah memberi gaji sedikit, beliau berdua tidak akan meminta-minta. Tapi menerimanya dengan hati yang lapang lagi bersyukur
Oleh karena itu, Allah semakin sering memberikan Baba dan Ummi pekerjaan. Dan selalu memberi beliau berdua gaji.
Dan sering kali, sangat sering, Allah memberikan gaji Baba dan Ummi melalui orang-orang disekitarnya, tanpa Baba dan Ummi menduga-duga. Walaupun saat itu Baba dan Ummi sedang diberi cuti oleh Allah..
***
Inilah Baba dan Ummi, yang menyebarkan agamaNya semata-mata karena Ia, bukan karena uang.
Dan Ia-lah Allah, yang mengalirkan rizkiNya kepada Baba dan Ummi karena telah menyebarkan agamaNya, karena beliau berdua telah berkhidmah (melayani) kepadaNya.
"ya dunya, ukhdumii man khodamaNiy. Hai dunia, layanilah orang yang melayaniKu."
Baba dan Ummi melayani Allah dengan menyebarkan agamaNya. Karena itu, rizki Baba dan Ummi datang lewat pelayanan itu. Dunia datang untuk melayani Baba dan Ummi. Meskipun Baba dan Ummi tidak bekerja untuk dunia, dan hanya bekerja menyebarkan agamaNya..
Wabillahittaufiq :)
Tanpa Judul
Subuh hari, seusai saya menyetorkan hafalan kepada Ummi.
Baba memanggil saya.
"kamu apakan bacaan qur'anmu?" tanya Baba
Saya menggeleng untuk menjawab beliau. Dan saya tidak faham pertanyaan Baba itu. Baba tersenyum
"setiap habis baca qur'an, hadiahkan pada kakek-nenekmu. Dengan begitu mereka akan senang." perintah Baba.
Saya mengangguk dengan senyum menyetujuinya. "baik, Ba."
Saya pun menulis nama-nama kakek-nenek saya dikertas kecil, lalu saya selipkan pada lembaran mush7af saya. Biar ingat hehe..
Setelah itu setiap saya selesai membaca alqur'an selalu saya hadiahkan kepada kakek-nenek saya yang sudah meninggal. Sedikit ataupun banyak. Yang penting adalah menghadiahkannya.
Suatu hari, Bontot melihat kertas itu dilembaran mush7af saya. Dia mengambilnya lalu membaca satu persatu nama yang tersebut dikertas itu.
"ini kan kakek-nenek kita."
Saya mengangguk.
"buat apa sih ini?" sifatnya yang selalu ingin tahu itu muncul seketika.
"disuruh Baba." jawab saya asal
"bacanya gimana?"
"Allahummma taqobbal wa aushil tsawaba ma qoro'nahu minal qur'anil 3adhim ila arwahi.."
"lha artinya apa?" tanyanya sekali lagi.
"ya Allah, terima dan sampaikanlah pahala bacaan yang saya baca dari alqur'an kepada ruhnya.. Kakek-nenek disitu."
Si Bontot terbelalak tiba-tiba.
"haaaah?! Ini kamu baca terus ya?!"
"ya iyalah.. Emang kenapa?"
"kalo gitu kamu nggak dapet pahalanya dong!"
Nah loh.. "ha.. Apa Is? Kenapa bisa gitu coba..?"
"ya secara kamu kan ngasih pahalanya baca qur'an ke kakek-nenek kita. Berarti kamu kan udah nggak dapat, udah kamu kasih ke mereka semua. Hayo.. Ya Allah kasian banget kamu. Baca satu juz ga dapat pahalanya. Ckckc.."
Weh weh.. Saya ternganga dengan argumen polos dan bentonya itu. Saya hanya geleng-geleng kepala.
"aku baca bukan untuk cari pahala, kok. Aku baca untuk cari ridho Allah. Untuk qur'anku biar tidak hilang."
"cieee.. Tapi kan yaa tetep aja kamu nggak dapat pahala sama sekali. Kasian kan capek-capek baca nggak dapat apa-apa."
Saya hanya tersenyum simpul. Dan tak berkata apa-apa lagi.
Sore harinya, saya menceritakan ucapan Bontot pada Baba dan Ummi. Baba dan Ummi tertawa mendengarnya.
"lalu kamu bilang apa ke Isro'?" tanya Baba. Saya menggeleng. "nggak bilang apa-apa Ba."
"katakan sana pada adikmu, pahala kalau diberikan pada orang-orang yang sudah mati bukan berarti kita tidak mendapatkannya. Tapi justru mengembang dan semakin banyak."
Lalu saya pun mengatakan apa yang dikatakan Baba. Bontot tertawa lebar.
"kamu cerita ya?!"
"iya lah.."
"hahaha, hehehe huaha!"
Saya nyengir saja melihat polanya itu.
Tapi saya berterima kasih pada dia, berkat argumen polos dan bentonya yang aneh itu saya mengerti akan suatu hal. Yaitu mengembangnya pahala yang semakin banyak.
Ah, semoga saja Allah tidak hanya memberikan pahala itu, tapi juga memberikan ridhoNya dunia akhirat.. Amin.
Thanks ya Bon :)
Baba memanggil saya.
"kamu apakan bacaan qur'anmu?" tanya Baba
Saya menggeleng untuk menjawab beliau. Dan saya tidak faham pertanyaan Baba itu. Baba tersenyum
"setiap habis baca qur'an, hadiahkan pada kakek-nenekmu. Dengan begitu mereka akan senang." perintah Baba.
Saya mengangguk dengan senyum menyetujuinya. "baik, Ba."
Saya pun menulis nama-nama kakek-nenek saya dikertas kecil, lalu saya selipkan pada lembaran mush7af saya. Biar ingat hehe..
Setelah itu setiap saya selesai membaca alqur'an selalu saya hadiahkan kepada kakek-nenek saya yang sudah meninggal. Sedikit ataupun banyak. Yang penting adalah menghadiahkannya.
Suatu hari, Bontot melihat kertas itu dilembaran mush7af saya. Dia mengambilnya lalu membaca satu persatu nama yang tersebut dikertas itu.
"ini kan kakek-nenek kita."
Saya mengangguk.
"buat apa sih ini?" sifatnya yang selalu ingin tahu itu muncul seketika.
"disuruh Baba." jawab saya asal
"bacanya gimana?"
"Allahummma taqobbal wa aushil tsawaba ma qoro'nahu minal qur'anil 3adhim ila arwahi.."
"lha artinya apa?" tanyanya sekali lagi.
"ya Allah, terima dan sampaikanlah pahala bacaan yang saya baca dari alqur'an kepada ruhnya.. Kakek-nenek disitu."
Si Bontot terbelalak tiba-tiba.
"haaaah?! Ini kamu baca terus ya?!"
"ya iyalah.. Emang kenapa?"
"kalo gitu kamu nggak dapet pahalanya dong!"
Nah loh.. "ha.. Apa Is? Kenapa bisa gitu coba..?"
"ya secara kamu kan ngasih pahalanya baca qur'an ke kakek-nenek kita. Berarti kamu kan udah nggak dapat, udah kamu kasih ke mereka semua. Hayo.. Ya Allah kasian banget kamu. Baca satu juz ga dapat pahalanya. Ckckc.."
Weh weh.. Saya ternganga dengan argumen polos dan bentonya itu. Saya hanya geleng-geleng kepala.
"aku baca bukan untuk cari pahala, kok. Aku baca untuk cari ridho Allah. Untuk qur'anku biar tidak hilang."
"cieee.. Tapi kan yaa tetep aja kamu nggak dapat pahala sama sekali. Kasian kan capek-capek baca nggak dapat apa-apa."
Saya hanya tersenyum simpul. Dan tak berkata apa-apa lagi.
Sore harinya, saya menceritakan ucapan Bontot pada Baba dan Ummi. Baba dan Ummi tertawa mendengarnya.
"lalu kamu bilang apa ke Isro'?" tanya Baba. Saya menggeleng. "nggak bilang apa-apa Ba."
"katakan sana pada adikmu, pahala kalau diberikan pada orang-orang yang sudah mati bukan berarti kita tidak mendapatkannya. Tapi justru mengembang dan semakin banyak."
Lalu saya pun mengatakan apa yang dikatakan Baba. Bontot tertawa lebar.
"kamu cerita ya?!"
"iya lah.."
"hahaha, hehehe huaha!"
Saya nyengir saja melihat polanya itu.
Tapi saya berterima kasih pada dia, berkat argumen polos dan bentonya yang aneh itu saya mengerti akan suatu hal. Yaitu mengembangnya pahala yang semakin banyak.
Ah, semoga saja Allah tidak hanya memberikan pahala itu, tapi juga memberikan ridhoNya dunia akhirat.. Amin.
Thanks ya Bon :)
Jangan
Teman-teman, ternyata saya sangat senang jika ada yang mengatakan 'Jangan' kepada saya. Karena 'Jangan'nya itu menunjukkan cinta dan kasih sayangnya pada saya. Lihat saja berikut.. :)
¤¤¤
"jangan sering-sering main komputer, nanti mata kamu sakit."
"jangan makan mie, biar nggak dimarahin Baba."
"jangan dikasih sambal Aub, kalo perutnya sakit lagi gimana?"
"jangan bandel, Ummi marah baru tau rasa kamu."
"jangan rame, ganggu tauk!"
"jangan tidur, sana belajar!"
"jangan asal bicara, kalo dibenci gimana hayo?"
"jangan gitu, akibatnya fatal loh.."
"jangan! Pokoknya jangan! Sekali jangan ya jangan!"
dan beberapa 'Jangan' lagi yang tak bisa saya tulis.
Ah, terimakasih atas 'Jangan'nya, Semua.. Kan ku nanti 'Jangan-jangan' berikutnya darimu.. :)
¤¤¤
"jangan sering-sering main komputer, nanti mata kamu sakit."
"jangan makan mie, biar nggak dimarahin Baba."
"jangan dikasih sambal Aub, kalo perutnya sakit lagi gimana?"
"jangan bandel, Ummi marah baru tau rasa kamu."
"jangan rame, ganggu tauk!"
"jangan tidur, sana belajar!"
"jangan asal bicara, kalo dibenci gimana hayo?"
"jangan gitu, akibatnya fatal loh.."
"jangan! Pokoknya jangan! Sekali jangan ya jangan!"
dan beberapa 'Jangan' lagi yang tak bisa saya tulis.
Ah, terimakasih atas 'Jangan'nya, Semua.. Kan ku nanti 'Jangan-jangan' berikutnya darimu.. :)
Go
Haaaa... Siapapun orang bisa melakukannya kok! Asal mau berusaha gitu aja
Kalo kata kakakku sih, what i want i do it. Weuuuuzzzz, mantaaaaffff!
Harus percaya diri dong! Jangan menyerah sebelum mencoba. Katakan aja: I know i can
Jadi ayo buruan mulai wujudkan impianmu, buruan mulai bangun bakatmu. Bukannya semuanya butuh permulaan? Nah kalo bukan kamu yang memulai lantas siapa lagi??
Go go go... Fight fren!
*Bent Khoums Walazzalleen (dalam kegajesannya --"*
Kalo kata kakakku sih, what i want i do it. Weuuuuzzzz, mantaaaaffff!
Harus percaya diri dong! Jangan menyerah sebelum mencoba. Katakan aja: I know i can
Jadi ayo buruan mulai wujudkan impianmu, buruan mulai bangun bakatmu. Bukannya semuanya butuh permulaan? Nah kalo bukan kamu yang memulai lantas siapa lagi??
Go go go... Fight fren!
*Bent Khoums Walazzalleen (dalam kegajesannya --"*
Aku Ingin Marah
Aku ingin marah
Sangat ingin marah..
Tapi aku tak boleh meluapkan kemarahanku begitu saja
Tapi aku tak boleh menuruti hawa nafsuku dengan mudah..
Aku sakit
Aku ingin marah
Tapi aku tahu
Permulaan marah adalah gila
Dan akhirnya adalah penyesalan..
Oh Tuhan,
Jika kemarahanku bukan karenaMu,
Ku mohon beri aku kekuatan untuk menahannya...
Sangat ingin marah..
Tapi aku tak boleh meluapkan kemarahanku begitu saja
Tapi aku tak boleh menuruti hawa nafsuku dengan mudah..
Aku sakit
Aku ingin marah
Tapi aku tahu
Permulaan marah adalah gila
Dan akhirnya adalah penyesalan..
Oh Tuhan,
Jika kemarahanku bukan karenaMu,
Ku mohon beri aku kekuatan untuk menahannya...
Untuk Kakakku :D
Begini loh sodara-sodara, saya ini lagi maen perasaan.
Kan gini ni, saya udah nulis catatan banyaaaaak banget. Tapi kebanyakan tu nyeritain tentang saya dan dua adik-adik saya. Ato kalo ga gitu ada yang tentang 3 kakak pertama saya.
Nah..! Kalo catatan tentang saya sama kakak keempat saya nggak ada. Ada sih, tapi cuma sebagai pelengkap. Hehehe...
Sekarang ni saya mau buat catatan tentang cowok 21 tahun entu. Saya akrab kok sama dia, deket kok sama dia, jadi jangan berprasangka yang enggak-enggak yah. Don wori *Hehehe... :DD*
Hmm.. Kakak saya itu, orangnya emang rada angkuh. Rada temperamen dan rada mengerikan! :DD
Ini dulu sodara-soadara. Sekarang ya masih sih, tapi tinggal dikit. Hehe. Bahkan sekarang saya udah ngerasa disayaaaaaaang banget ama dia. Abisnya saya jadi curhat ma dia. Dia kayak gemes banget gitu ma saya. Mana pas saya di kediri dulu katanya dia yang sering nyebut-nyebut nama saya lagi! I waaaaaw, kebayang ga sih gimana gedenya kepala saya yang atos ini? Wkwkwkw
Saya sering banget usilin dia sodara-sodara. Sampe dia ngamuk-ngamuk geregeten gitu. Hehe
Kadang saya gangguin dia juga, tapi ganggunya tetep dalam rangka usil :DDD
Suatu hari ni, *tepatnya kemaren 1112'10* saya bilang gini ke dia: ca'Muh, saya tak buat catatan tentang sampeyan yo. Yang itu loh, sampeyan njerit-njerit ketakutan gara-gara mau saya intip."
Jawabnya simpel dan jelas sodara-sodara. Cuma "wes moh!" suaranya keras tapi dia kayak mau ketawa.
Yah, saya mah egp aja. Tapi saya agak takut juga mosting catatan ini. Ntar kalo dia ngamuk saya dong yang diamukin? Bukan sodara-sodara sekalian. Hehe
Yaudah. Cerita tentang ca'Muh yang teriak ketakutan waktu dikamar mandi gara-gara saya goda mau saya intip nggak jadi saya ceritain ajah *hahahahaha :D :D :DDD*
Yah pokoknya saya udah buat catatan tentang ca'Muh aja beres.
Oya sodara-sodara, si ca'Muh itu langsung diem kayak pengen marah kalo saya ngomong tentang cowok. Jadi saya tambah semangat buat ngomongin cowok didepan dia. Huaha :D
Cerita lagi deh dikit.
Saya: ca', lapo sih kalo saya ngomong Abbas kok sampeyan cemburu؟
Ca'Muh: hah?! Ngapain aku cemburu!
Saya: habisnya Abbas kan temen kencanmu, kalo saya ngomong tentang Abbas sampeyan jadi cemburu. Iya kan iya kan. Hmmm...
Ca'Muh yang tadinya pasang wajah serem seketika ngakak. Yeeee! Kena lagi! Berhasil saya ngerjain ca'Muuuuh...! >u< *bangga banget ki :D*
*oyaaa si Abbas itu sahabatnya ca'Muh. Udah kayak belahan jiwa gitu, kemana-mana bedua. Makanya saya bilang kalo Abbas teman kencannya :DDD*
Udah. Selesai ceritanya. Sudah puas saya buat catatan tentang ca'Muh. Haha :D
Buat ca'Muh ciss piss zoh. Ojo ngamuk, lek ngamuk aku tambah seneng. Tapi wedi aku hahahaha :DDDD :Dv
Kan gini ni, saya udah nulis catatan banyaaaaak banget. Tapi kebanyakan tu nyeritain tentang saya dan dua adik-adik saya. Ato kalo ga gitu ada yang tentang 3 kakak pertama saya.
Nah..! Kalo catatan tentang saya sama kakak keempat saya nggak ada. Ada sih, tapi cuma sebagai pelengkap. Hehehe...
Sekarang ni saya mau buat catatan tentang cowok 21 tahun entu. Saya akrab kok sama dia, deket kok sama dia, jadi jangan berprasangka yang enggak-enggak yah. Don wori *Hehehe... :DD*
Hmm.. Kakak saya itu, orangnya emang rada angkuh. Rada temperamen dan rada mengerikan! :DD
Ini dulu sodara-soadara. Sekarang ya masih sih, tapi tinggal dikit. Hehe. Bahkan sekarang saya udah ngerasa disayaaaaaaang banget ama dia. Abisnya saya jadi curhat ma dia. Dia kayak gemes banget gitu ma saya. Mana pas saya di kediri dulu katanya dia yang sering nyebut-nyebut nama saya lagi! I waaaaaw, kebayang ga sih gimana gedenya kepala saya yang atos ini? Wkwkwkw
Saya sering banget usilin dia sodara-sodara. Sampe dia ngamuk-ngamuk geregeten gitu. Hehe
Kadang saya gangguin dia juga, tapi ganggunya tetep dalam rangka usil :DDD
Suatu hari ni, *tepatnya kemaren 1112'10* saya bilang gini ke dia: ca'Muh, saya tak buat catatan tentang sampeyan yo. Yang itu loh, sampeyan njerit-njerit ketakutan gara-gara mau saya intip."
Jawabnya simpel dan jelas sodara-sodara. Cuma "wes moh!" suaranya keras tapi dia kayak mau ketawa.
Yah, saya mah egp aja. Tapi saya agak takut juga mosting catatan ini. Ntar kalo dia ngamuk saya dong yang diamukin? Bukan sodara-sodara sekalian. Hehe
Yaudah. Cerita tentang ca'Muh yang teriak ketakutan waktu dikamar mandi gara-gara saya goda mau saya intip nggak jadi saya ceritain ajah *hahahahaha :D :D :DDD*
Yah pokoknya saya udah buat catatan tentang ca'Muh aja beres.
Oya sodara-sodara, si ca'Muh itu langsung diem kayak pengen marah kalo saya ngomong tentang cowok. Jadi saya tambah semangat buat ngomongin cowok didepan dia. Huaha :D
Cerita lagi deh dikit.
Saya: ca', lapo sih kalo saya ngomong Abbas kok sampeyan cemburu؟
Ca'Muh: hah?! Ngapain aku cemburu!
Saya: habisnya Abbas kan temen kencanmu, kalo saya ngomong tentang Abbas sampeyan jadi cemburu. Iya kan iya kan. Hmmm...
Ca'Muh yang tadinya pasang wajah serem seketika ngakak. Yeeee! Kena lagi! Berhasil saya ngerjain ca'Muuuuh...! >u< *bangga banget ki :D*
*oyaaa si Abbas itu sahabatnya ca'Muh. Udah kayak belahan jiwa gitu, kemana-mana bedua. Makanya saya bilang kalo Abbas teman kencannya :DDD*
Udah. Selesai ceritanya. Sudah puas saya buat catatan tentang ca'Muh. Haha :D
Buat ca'Muh ciss piss zoh. Ojo ngamuk, lek ngamuk aku tambah seneng. Tapi wedi aku hahahaha :DDDD :Dv
Suatu hari, saya dan dua adik saya ngaji shorof sama Baba. Kami make kitab shorof jombang karya Syaikh Muhammad Ma'shum bin 'Aly
Nah, kami udah nyampe bab Ruba'i Mujarrod. Otomatis kami jadi ngebahas tarkib naht (menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat).
Disitu contoh-contohnya cuma basmala, sabhala, hamdala, hailala dan hauqola.
Akhirnya Baba ngasih kami contoh lagi. Lami disuruh mentashrif 'absyama dan 'abdala.
Saya tanya: "apa itu 'absyama dan 'abdala, Ba?"
Jawabnya Baba "abdussyams dan abdullah."
Merasa udah ngerti *hehe* kami diem aja nggak nanya-nanya lagi. Tapi ternyata Baba masih nyuruh kami mentashrif. "baghdala," gitu kata Baba.
Tanpa tanya apa artinya kami pun mentashrif baghdala.
"baghdala yubaghdilu baghdalatan wa bighdâlan wa mubaghdalan fahuwa mubaghdilun wadzâka mubaghdalun baghdil lâ tubaghdil mubaghdalun-mubaghdalun."
Baba ngangguk-ngangguk dan ga senyum sama sekali.
Kami pun tanya, "baghdala itu apa sih Ba?" mana tanyanya pake wajah blo'on banget lagi. Intinya kayak anak lugu gitu deh, lutung gunung *haha :D*
Eeeeh... Bukannya ngejawab Baba malah ketawa! Kami pun bertanya-tanya dalam ati, mau tanya lagi sebenernya, tapi keburu dijawab Baba *hehe*:
"BEGEDEL."
Hah?! Tentu aja kami terbelalak kaget longak-longok ga percaya!
Seketika itu juga, kami ketawa ngakak, begedel?? Bahkan Ummi yang dampingin kami aja sampe mukul Baba. Gemes kali ngeliat kami dikerjain Babanya. Hehe...
Akhirnya rame-rame kami ngetawain dan nggodain Baba. "aaaah mentang-mentang Baba suka begedel!"
Udah, perut kami sampe kaku gara-gara baghdalanya Baba yang konyol entu! Gimana ga konyol coba. Bisa bayangin ga sih, masa kami disuruh mentashrif nama lauk yang dibuat dari kentang entu??? Wes jian tenan, aneh bin gak mbeneh ki Babanya :DDD :D *husss dosa tau ngatain orang tua, bisa kualat loh :D*
Ckckckckckc... Walah Baba.., Baba! Kok bisa-bisanya gitu begedel di tarkib nahtkan kadi baghdala. Kalo begedel aja bisa disulap jadi kayak tarkib naht beneran bisa-bisa besok kami disuruh mentashrif bina' mudho'af "shofshofa", dari sayur sop! Uahahaha xD xDDD
Tapi yaaa... Tetep makasih buat Baba. Dengan gini kan KBMnya ga tegang-tegang amat. Tapi jadi ga serius? Hehe.. Pokoknya makasih deh Ba atas begedel shorofnya, enak banget kok Ba, lain daripada yang lain heheheh... :D :D :DD
*begedel: perkedel gitu yah :D
Nah, kami udah nyampe bab Ruba'i Mujarrod. Otomatis kami jadi ngebahas tarkib naht (menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat).
Disitu contoh-contohnya cuma basmala, sabhala, hamdala, hailala dan hauqola.
Akhirnya Baba ngasih kami contoh lagi. Lami disuruh mentashrif 'absyama dan 'abdala.
Saya tanya: "apa itu 'absyama dan 'abdala, Ba?"
Jawabnya Baba "abdussyams dan abdullah."
Merasa udah ngerti *hehe* kami diem aja nggak nanya-nanya lagi. Tapi ternyata Baba masih nyuruh kami mentashrif. "baghdala," gitu kata Baba.
Tanpa tanya apa artinya kami pun mentashrif baghdala.
"baghdala yubaghdilu baghdalatan wa bighdâlan wa mubaghdalan fahuwa mubaghdilun wadzâka mubaghdalun baghdil lâ tubaghdil mubaghdalun-mubaghdalun."
Baba ngangguk-ngangguk dan ga senyum sama sekali.
Kami pun tanya, "baghdala itu apa sih Ba?" mana tanyanya pake wajah blo'on banget lagi. Intinya kayak anak lugu gitu deh, lutung gunung *haha :D*
Eeeeh... Bukannya ngejawab Baba malah ketawa! Kami pun bertanya-tanya dalam ati, mau tanya lagi sebenernya, tapi keburu dijawab Baba *hehe*:
"BEGEDEL."
Hah?! Tentu aja kami terbelalak kaget longak-longok ga percaya!
Seketika itu juga, kami ketawa ngakak, begedel?? Bahkan Ummi yang dampingin kami aja sampe mukul Baba. Gemes kali ngeliat kami dikerjain Babanya. Hehe...
Akhirnya rame-rame kami ngetawain dan nggodain Baba. "aaaah mentang-mentang Baba suka begedel!"
Udah, perut kami sampe kaku gara-gara baghdalanya Baba yang konyol entu! Gimana ga konyol coba. Bisa bayangin ga sih, masa kami disuruh mentashrif nama lauk yang dibuat dari kentang entu??? Wes jian tenan, aneh bin gak mbeneh ki Babanya :DDD :D *husss dosa tau ngatain orang tua, bisa kualat loh :D*
Ckckckckckc... Walah Baba.., Baba! Kok bisa-bisanya gitu begedel di tarkib nahtkan kadi baghdala. Kalo begedel aja bisa disulap jadi kayak tarkib naht beneran bisa-bisa besok kami disuruh mentashrif bina' mudho'af "shofshofa", dari sayur sop! Uahahaha xD xDDD
Tapi yaaa... Tetep makasih buat Baba. Dengan gini kan KBMnya ga tegang-tegang amat. Tapi jadi ga serius? Hehe.. Pokoknya makasih deh Ba atas begedel shorofnya, enak banget kok Ba, lain daripada yang lain heheheh... :D :D :DD
*begedel: perkedel gitu yah :D
Mataku darahku Hatiku
10 Desember 2010, jum'at
Hmm.. Kok kayaknya saya sering banget memulai catatan dengan tanggal ya. Lama-lama catatan saya ini jadi kayak diary pribadi yang dicuri baca oleh orang lain *hahahahaha :DDD :Dv*
Ya ya, mau gimana lagi emang gitu permulaannya *hehe*
Jadi *dan selalu saja catatan saya ada kata-kata 'jadi'nya --"* pada tanggal itu saya shopping ke rumah sakit dr. Soegiri di Lamongan kota *kayaknya gak bener ni shopping ke rumah sakit :D*
Saya sama dua sepupu saya. *ga penting ya?*
Nah, *dan selalu ada 'nah'nya juga dicatatan saya* disitu *URJ Mata* saya diperiksa sama kakek dokter *udah beruban soalnya :D* Pas kakek dokter tau kalo saya sering pusing-pusing, kakek dokter langsung memvonis saya terkena Anemis.
Apaaaa...??! Tidaaaaaaak....!! Hati saya berteriak-teriak kaget nggak percaya. Bayangkan! Saya di vonis anemis oleh seorang dokter mata?! Ih ga nyambung banget kan! Hehe...
Akhirnya, karena kedua mata saya masih istiqomah dengan minus 2nya, maka kakek dokter pun cuma ngasih vitamin dan obat tetes. Huuuffft alhamdulillah! Dengan begini ga perlu ganti kacamata dan bayarnya ga banyak-banyak *hehe، wkwkwkw..*
Saya pun pulang dengan tenang dan damai *:D*
Sesampainya dirumah, saya beritahukan hasil diagnosa dan vonis kakek dokter pada Baba dan Ummi.
Eh, bukannya Baba dan Ummi seneng mata anaknya ini nggak papa malah saya kena marah. "makanya hati ayamnya dimakan!" begitu kata Ummi.
*Oya, tadi kata kakek dokter saya disuruh maem ati ayam en ati kambing sebanyak-banyaknya biar ga pucet, makanya Ummi nyuruh saya makan ati. Yaaah... Saya nggak doyan ati masa suruh makan ati sih? Yang ada malah saya makan ati sendiri. Sakit banget loh Ba, Mi..*
Tapi saya cuma diem aja takut. Mana Baba ngelirik tajam tanda marah kearah saya lagi. Huhuhu...
"gimana sih, setiap saya abis periksa kok selalu dimarahin." celetuk saya melas, dan nggak taunya malah ngilangin marahnya Ummi. Yeeee! Berhasil, berhasil, hore! *haha*
Ya wes, mau nggak mau saya musti maen ati juga. Tapi sampe detik saya nulis catatan ini saya belum nyentuh tu ati sama sekali. Hehehe...
Wegah sih, tapi mau gimana lagi. Itu juga demi kebaikan saya sendiri. Baba sama Ummi pastinya pengen anaknya yang satu ini sehat wal afiyat kayak sodara-sodaranya. Yah, intinya saya sadar kalo Baba sama Ummi marah karena sayang. Bukan marah yang seperti itu..
Doain saya mau makan entu ati aja Ba, Mi. En tentunya biar saya ini cepet sembuh nggak ngabisin uangnya Baba sama Ummi. Hehehe.. Makasih ya Baba, Ummi. Saya cinta banget deh sama Baba Ummi. Emmmuah :****** :******
Hmm.. Kok kayaknya saya sering banget memulai catatan dengan tanggal ya. Lama-lama catatan saya ini jadi kayak diary pribadi yang dicuri baca oleh orang lain *hahahahaha :DDD :Dv*
Ya ya, mau gimana lagi emang gitu permulaannya *hehe*
Jadi *dan selalu saja catatan saya ada kata-kata 'jadi'nya --"* pada tanggal itu saya shopping ke rumah sakit dr. Soegiri di Lamongan kota *kayaknya gak bener ni shopping ke rumah sakit :D*
Saya sama dua sepupu saya. *ga penting ya?*
Nah, *dan selalu ada 'nah'nya juga dicatatan saya* disitu *URJ Mata* saya diperiksa sama kakek dokter *udah beruban soalnya :D* Pas kakek dokter tau kalo saya sering pusing-pusing, kakek dokter langsung memvonis saya terkena Anemis.
Apaaaa...??! Tidaaaaaaak....!! Hati saya berteriak-teriak kaget nggak percaya. Bayangkan! Saya di vonis anemis oleh seorang dokter mata?! Ih ga nyambung banget kan! Hehe...
Akhirnya, karena kedua mata saya masih istiqomah dengan minus 2nya, maka kakek dokter pun cuma ngasih vitamin dan obat tetes. Huuuffft alhamdulillah! Dengan begini ga perlu ganti kacamata dan bayarnya ga banyak-banyak *hehe، wkwkwkw..*
Saya pun pulang dengan tenang dan damai *:D*
Sesampainya dirumah, saya beritahukan hasil diagnosa dan vonis kakek dokter pada Baba dan Ummi.
Eh, bukannya Baba dan Ummi seneng mata anaknya ini nggak papa malah saya kena marah. "makanya hati ayamnya dimakan!" begitu kata Ummi.
*Oya, tadi kata kakek dokter saya disuruh maem ati ayam en ati kambing sebanyak-banyaknya biar ga pucet, makanya Ummi nyuruh saya makan ati. Yaaah... Saya nggak doyan ati masa suruh makan ati sih? Yang ada malah saya makan ati sendiri. Sakit banget loh Ba, Mi..*
Tapi saya cuma diem aja takut. Mana Baba ngelirik tajam tanda marah kearah saya lagi. Huhuhu...
"gimana sih, setiap saya abis periksa kok selalu dimarahin." celetuk saya melas, dan nggak taunya malah ngilangin marahnya Ummi. Yeeee! Berhasil, berhasil, hore! *haha*
Ya wes, mau nggak mau saya musti maen ati juga. Tapi sampe detik saya nulis catatan ini saya belum nyentuh tu ati sama sekali. Hehehe...
Wegah sih, tapi mau gimana lagi. Itu juga demi kebaikan saya sendiri. Baba sama Ummi pastinya pengen anaknya yang satu ini sehat wal afiyat kayak sodara-sodaranya. Yah, intinya saya sadar kalo Baba sama Ummi marah karena sayang. Bukan marah yang seperti itu..
Doain saya mau makan entu ati aja Ba, Mi. En tentunya biar saya ini cepet sembuh nggak ngabisin uangnya Baba sama Ummi. Hehehe.. Makasih ya Baba, Ummi. Saya cinta banget deh sama Baba Ummi. Emmmuah :****** :******
Saya dan Kecoa
Kejadiannya sudah lama, yaitu ketika adik saya (Bontot) masih duduk di kelas B diniyah Tarbiyatul Banat, atau lebih tepatnya 5 tahun silam...
Sesuai jadwal waktu saya, selepas dzuhur usai ta'lim ammah (pengajian umum) bersama Baba, saya menyendiri di kamar guna melancarkan hafalan alqur'an saya. Waktu itu saya sampai mana surat apa dan juz berapa saya lupa. Yang saya ingat waktu itu saya kerepotan dalam menghafal.
Pukul 7 pagi memang sudah saya hafalkan, tapi entah, seolah semua hafalan saya hilang begitu saja.
Saya ingin menangis dan menyerah, daripada esok saya tidak lancar dihadapan Ummi lebih baik saya tidak menyetorkannya. Begitu pikir saya.
Namun tiba-tiba adik saya masuk kamar. Dia sudah mengenakan pakaian diniyahnya. Saat dia hendak menyiapkan buku-bukunya, tiba-tiba dia berteriak. Ternyata di ujung tempat tidur kami ada seekor kecoa.
Awalnya saya tidak menghiraukan adik saya yang memperhatikan kecoa itu, saya hanya memikirkan hafalan saya!
Tapi lambat laun saya tertarik juga untuk memperhatikan kecoa itu. Bayangkan saja, adik saya yang terkenal tidak mau kalau tidak berangkat awal waktu itu tidak jadi berangkat hanya gara-gara seekor kecoa.
"haa ayo! Ayoo..! Dikit lagi!" teriaknya bersemangat. Saya benar-benar tidak tahan untuk memperhatikan kecoa itu. Ada apa gerangan sampai-sampai adik saya rela berangkat agak telat demi seekor kecoa?
Ternyata kecoa itu berusaha untuk memanjat dinding agar bisa sampai pada jendela kamar saya.
Saya hanya memperhatikan kecoa itu. Berkali-kali ia jatuh, namun ia tidak putus asa bahkan terus berusaha.
Agak lama memang, tapi akhirnya kecoa itu sampai juga pada jendela. Adik saya bersorak senang lalu pergi begitu saja.
Saya terdiam dalam renungan...:
Kalau kecoa saja yang tidak punya akal terus berusaha untuk mencapai tujuannya, mengapa saya yang punya akal justru tidak?
Kecoa itu tidak putus asa sama sekali untuk sampai pada jendela, bahkan ia tekun berusaha dengan disertai kesabaran dan akhirnya ia pun sampai!
Lalu, haruskah saya menerima kekalahan dari makhluq kecil tak berakal itu?
Tidak! Saya tidak boleh menyerah. Saya tidak boleh putus asa dan saya harus berusaha untuk menghafal lagi. Kerepotan itu tidak sendiri, kerepotan disertai dengan kemudahan. Dan kemudahan itu harus bersanding dengan kesabaran...
Saya pun mantap dengan renungan itu. Dan perlahan-lahan, saya memulai lagi untuk menghafal. Ya, meskipun agak repot tapi saya tidak boleh menyerah. Karena jika saya menyerah maka kerepotan itu akan ada selama-lamanya.
Terimakasih, ya Robb. Kau jadikan aku makhluq yang berakal. Dan semoga Kau jadikan aku makhluq berakal yang bisa menggunakan akalnya...
Sesuai jadwal waktu saya, selepas dzuhur usai ta'lim ammah (pengajian umum) bersama Baba, saya menyendiri di kamar guna melancarkan hafalan alqur'an saya. Waktu itu saya sampai mana surat apa dan juz berapa saya lupa. Yang saya ingat waktu itu saya kerepotan dalam menghafal.
Pukul 7 pagi memang sudah saya hafalkan, tapi entah, seolah semua hafalan saya hilang begitu saja.
Saya ingin menangis dan menyerah, daripada esok saya tidak lancar dihadapan Ummi lebih baik saya tidak menyetorkannya. Begitu pikir saya.
Namun tiba-tiba adik saya masuk kamar. Dia sudah mengenakan pakaian diniyahnya. Saat dia hendak menyiapkan buku-bukunya, tiba-tiba dia berteriak. Ternyata di ujung tempat tidur kami ada seekor kecoa.
Awalnya saya tidak menghiraukan adik saya yang memperhatikan kecoa itu, saya hanya memikirkan hafalan saya!
Tapi lambat laun saya tertarik juga untuk memperhatikan kecoa itu. Bayangkan saja, adik saya yang terkenal tidak mau kalau tidak berangkat awal waktu itu tidak jadi berangkat hanya gara-gara seekor kecoa.
"haa ayo! Ayoo..! Dikit lagi!" teriaknya bersemangat. Saya benar-benar tidak tahan untuk memperhatikan kecoa itu. Ada apa gerangan sampai-sampai adik saya rela berangkat agak telat demi seekor kecoa?
Ternyata kecoa itu berusaha untuk memanjat dinding agar bisa sampai pada jendela kamar saya.
Saya hanya memperhatikan kecoa itu. Berkali-kali ia jatuh, namun ia tidak putus asa bahkan terus berusaha.
Agak lama memang, tapi akhirnya kecoa itu sampai juga pada jendela. Adik saya bersorak senang lalu pergi begitu saja.
Saya terdiam dalam renungan...:
Kalau kecoa saja yang tidak punya akal terus berusaha untuk mencapai tujuannya, mengapa saya yang punya akal justru tidak?
Kecoa itu tidak putus asa sama sekali untuk sampai pada jendela, bahkan ia tekun berusaha dengan disertai kesabaran dan akhirnya ia pun sampai!
Lalu, haruskah saya menerima kekalahan dari makhluq kecil tak berakal itu?
Tidak! Saya tidak boleh menyerah. Saya tidak boleh putus asa dan saya harus berusaha untuk menghafal lagi. Kerepotan itu tidak sendiri, kerepotan disertai dengan kemudahan. Dan kemudahan itu harus bersanding dengan kesabaran...
Saya pun mantap dengan renungan itu. Dan perlahan-lahan, saya memulai lagi untuk menghafal. Ya, meskipun agak repot tapi saya tidak boleh menyerah. Karena jika saya menyerah maka kerepotan itu akan ada selama-lamanya.
Terimakasih, ya Robb. Kau jadikan aku makhluq yang berakal. Dan semoga Kau jadikan aku makhluq berakal yang bisa menggunakan akalnya...
Minggu, 12 Desember 2010
Coklat Ungu
Dalam rangka mengetes hape :D saya menulis catatan ini. Yah itung-itung tasyakuran gitu? *hahaha*
###
Suatu hari, saya dan dua temen saya dari qism taqwim (keamanan) mau ngadain pemeriksaan bajunya mbak-mbak santri. Yah, secara peraturannya kalo punya baju kudu panjang segini ga boleh segitu *hehe*
Akhirnya selepas isya saya dan dua temen saya itu muter dari kamar sayyidah Khadijah sampe kamar sayyidah Aisyah *ada empat kamar, yang dua kamar sayyidah Ummu Salamah ama sayyidah Fatimah azZahra :D*
Pas di kamar sayyidah Ummu Salamah, salah seorang penghuninya bilang "mbak, saya ada dua baju baru. Warna coklat ama ungu." kami manggut-manggut aja terus minta tu baju baru dikeluarin. Doski tanggep lalu ngeluarin dua baju barunya entu. Tapi dua-duanya warna coklat
Dua temen saya cuma ngelihat dan nyuruh nyoba, ternyata lolos boleh dipake. Tapi saya diem aja merhatiin tu baju.
"bentar mbak.. Baju yang ungu itu.. Yang mana ya??"
Eh si mbaknya nunjuk salah satu bajunya yang warna coklat. Yang motifnya ada bunga-bunga dan polkadot kecil-kecil yang hampir nggak keliatan.
Saya terperanjat.
"haaaah...??? Kamu buta warna apa mbak??" teriak saya histeris. Dan terang aja semua penghuni kamar sayyidah Ummu Salamah ketawa termasuk doski dan dua temen saya yang baru nyadar warnanya.
"hehe, ya nggaklah Aub. Saya ini normal kok."
"terus? Masa baju coklat gini kamu bilang ungu sih??"
"o, jadi gini loh Aub. Ini ada polkadotnya kecil-kecil, warnanya ungu. Jadi ini baju warnanya ungu kan."
Saya melongo. Haaaah?? Ni orang lugu ato bego sih?? Batin saya terheran-heran kaget *hehehe kejem banget ye xD*
"tapi kan nggak keliatan mbak!" saya masih ngotot. Dan tau apa jawaban si mbak berbaju ungu? *hehe*
Dengan tenang dan santainya doski bilang,
"kalo dilihat dari dekat keliatan kok Aub..."
Hwaa!! Saya dan temen-temen ketawa abis denger jawabannya itu.
Geli en gila emang, tapi saya belajar juga dari doski, kalo "sudut pandang" setiap orang tu beda-beda.. Hehehehe
###
Suatu hari, saya dan dua temen saya dari qism taqwim (keamanan) mau ngadain pemeriksaan bajunya mbak-mbak santri. Yah, secara peraturannya kalo punya baju kudu panjang segini ga boleh segitu *hehe*
Akhirnya selepas isya saya dan dua temen saya itu muter dari kamar sayyidah Khadijah sampe kamar sayyidah Aisyah *ada empat kamar, yang dua kamar sayyidah Ummu Salamah ama sayyidah Fatimah azZahra :D*
Pas di kamar sayyidah Ummu Salamah, salah seorang penghuninya bilang "mbak, saya ada dua baju baru. Warna coklat ama ungu." kami manggut-manggut aja terus minta tu baju baru dikeluarin. Doski tanggep lalu ngeluarin dua baju barunya entu. Tapi dua-duanya warna coklat
Dua temen saya cuma ngelihat dan nyuruh nyoba, ternyata lolos boleh dipake. Tapi saya diem aja merhatiin tu baju.
"bentar mbak.. Baju yang ungu itu.. Yang mana ya??"
Eh si mbaknya nunjuk salah satu bajunya yang warna coklat. Yang motifnya ada bunga-bunga dan polkadot kecil-kecil yang hampir nggak keliatan.
Saya terperanjat.
"haaaah...??? Kamu buta warna apa mbak??" teriak saya histeris. Dan terang aja semua penghuni kamar sayyidah Ummu Salamah ketawa termasuk doski dan dua temen saya yang baru nyadar warnanya.
"hehe, ya nggaklah Aub. Saya ini normal kok."
"terus? Masa baju coklat gini kamu bilang ungu sih??"
"o, jadi gini loh Aub. Ini ada polkadotnya kecil-kecil, warnanya ungu. Jadi ini baju warnanya ungu kan."
Saya melongo. Haaaah?? Ni orang lugu ato bego sih?? Batin saya terheran-heran kaget *hehehe kejem banget ye xD*
"tapi kan nggak keliatan mbak!" saya masih ngotot. Dan tau apa jawaban si mbak berbaju ungu? *hehe*
Dengan tenang dan santainya doski bilang,
"kalo dilihat dari dekat keliatan kok Aub..."
Hwaa!! Saya dan temen-temen ketawa abis denger jawabannya itu.
Geli en gila emang, tapi saya belajar juga dari doski, kalo "sudut pandang" setiap orang tu beda-beda.. Hehehehe
Senin, 6 Des '10 / 29 Dz. Hijjah '3
Selepas ashar, menjelang doa akhir tahun.
Saya menyapa beberapa teman yang ada di dapur. Hanya sesaat, karena sebentar lagi kami harus membaca doa akhir tahun. Saat saya hendak kembali ke kamar, tiba-tiba salah seorang santri yang sudah memiliki anak menanyai anaknya: nak, kamu sudah baca doa akhir tahun belum?
Anak: belum
Ibu: ayo buruan baca,
Saya agak kaget dengan pertanyaan dan percakapan itu. Bagaimana tidak, anaknya baru kelas dua SD, bagi saya anak sekecil itu belum saatnya membaca doa akhir tahun.
Di kamar, saya bercerita pada Ummi.
Saya: Mi, tadi A nyuruh anaknya baca doa akhir tahun. Apa dulu ketika saya seusia dia sudah Ummi suruh baca doa akhir tahun? Seingat saya kok baru-baru ini ya.
Ummi: nggak, nggak pernah. Kamu tahu? Anaknya juga puasa
Saya: haaaaaah???
Ummi: Kalo Ummi dulu tidak seperti itu, toh puasa akhir tahun tidak wajib. Benar, dia mendidik anaknya, tapi itu tidak baik. Itu bisa membuat anaknya tertekan
Saya: iya ya Mi
Adik: saya dulu loh Aub, puasa wajib baru kelas empat. Itu saja masih bolong-bolong.
Ummi: kalau bolong Ummi juga tidak menyuruh untuk mengganti
Bontot: lho? Dia nyuruh anaknya ngganti puasa yang bolong toh?
Ummi: tidak. Tapi anaknya masih terlalu kecil untuk berpuasa. Lagipula belum waktunya anak kecil berpuasa sunnah. Wajib saja belum. Ummi dulu tidak pernah menyuruh kalian puasa, Baba juga begitu. Bahkan kalau puasa wajib, Ummi sering berpesan kalau tidak kuat harus berhenti, tidak boleh diteruskan. Karena kalau anak kecil sudah disuruh-suruh untuk menjalankan ini-itu, bisa-bisa anaknya tertekan. Ummi kasihan. Biarlah anak tumbuh besar dan mengerti suatu kewajiban dengan sendirinya. Kalau anak kecil sudah disuruh seperti itu, suatu saat dia bisa menjalankannya tapi dengan alasan takut dimarahi orang tuanya, bukan alasan kewajiban. Dan kalau anak kecil sudah disuruh-suruh, lalu dia tertekan, anak itu bisa menjadi malas dan bosan untuk menjalankan perintah itu. Lihat, bila anak kecil yang belum usia sekolah sudah disekolahkan, apa yang ada? anak itu akan mengelak dan susah untuk berangkat kesekolah. Karena dia anak kecil, yang belum waktunya untuk sekolah.
Saya dan adik saya manggut-manggut..
***
Memang benar, Baba dan Ummi tidak pernah menyuruh kami untuk menjalankan puasa saat kami masih kecil. Tapi setelah kami sudah tumbuh agak besar, Baba dan Ummi hanya mengajak. Dan diantara kami pun tidak ada yang menolak karena memang kami tidak disuruh, kami hanya diajak. Diajak dan disuruh itu berbeda.
Sekali lagi saya merasakan baiknya didikan Baba dan Ummi kepada saya dan saudara-saudara saya. Baba dan Ummi membiarkan kami mengerti dengan sendirinya, tidak dengan suruhan, paksaan atau bahkan ajakan. Sama sekali tidak…
Baba… Ummi… doakan saya bisa mencontoh Baba dan Ummi dalam mendidik anak nanti –semoga- doakan saya bisa menerapkan didikan Baba dan Ummi dalam diri saya sendiri. Dan doakan saya agar saya selalu bisa mensyukuri atas segala yang telah Allah berikan kepada saya, melalui didikan Baba dan Ummi, kasih sayang Baba dan Ummi, dan melalui semuanya… terimakasih Baba, terimakasih Ummi…
Saya menyapa beberapa teman yang ada di dapur. Hanya sesaat, karena sebentar lagi kami harus membaca doa akhir tahun. Saat saya hendak kembali ke kamar, tiba-tiba salah seorang santri yang sudah memiliki anak menanyai anaknya: nak, kamu sudah baca doa akhir tahun belum?
Anak: belum
Ibu: ayo buruan baca,
Saya agak kaget dengan pertanyaan dan percakapan itu. Bagaimana tidak, anaknya baru kelas dua SD, bagi saya anak sekecil itu belum saatnya membaca doa akhir tahun.
Di kamar, saya bercerita pada Ummi.
Saya: Mi, tadi A nyuruh anaknya baca doa akhir tahun. Apa dulu ketika saya seusia dia sudah Ummi suruh baca doa akhir tahun? Seingat saya kok baru-baru ini ya.
Ummi: nggak, nggak pernah. Kamu tahu? Anaknya juga puasa
Saya: haaaaaah???
Ummi: Kalo Ummi dulu tidak seperti itu, toh puasa akhir tahun tidak wajib. Benar, dia mendidik anaknya, tapi itu tidak baik. Itu bisa membuat anaknya tertekan
Saya: iya ya Mi
Adik: saya dulu loh Aub, puasa wajib baru kelas empat. Itu saja masih bolong-bolong.
Ummi: kalau bolong Ummi juga tidak menyuruh untuk mengganti
Bontot: lho? Dia nyuruh anaknya ngganti puasa yang bolong toh?
Ummi: tidak. Tapi anaknya masih terlalu kecil untuk berpuasa. Lagipula belum waktunya anak kecil berpuasa sunnah. Wajib saja belum. Ummi dulu tidak pernah menyuruh kalian puasa, Baba juga begitu. Bahkan kalau puasa wajib, Ummi sering berpesan kalau tidak kuat harus berhenti, tidak boleh diteruskan. Karena kalau anak kecil sudah disuruh-suruh untuk menjalankan ini-itu, bisa-bisa anaknya tertekan. Ummi kasihan. Biarlah anak tumbuh besar dan mengerti suatu kewajiban dengan sendirinya. Kalau anak kecil sudah disuruh seperti itu, suatu saat dia bisa menjalankannya tapi dengan alasan takut dimarahi orang tuanya, bukan alasan kewajiban. Dan kalau anak kecil sudah disuruh-suruh, lalu dia tertekan, anak itu bisa menjadi malas dan bosan untuk menjalankan perintah itu. Lihat, bila anak kecil yang belum usia sekolah sudah disekolahkan, apa yang ada? anak itu akan mengelak dan susah untuk berangkat kesekolah. Karena dia anak kecil, yang belum waktunya untuk sekolah.
Saya dan adik saya manggut-manggut..
***
Memang benar, Baba dan Ummi tidak pernah menyuruh kami untuk menjalankan puasa saat kami masih kecil. Tapi setelah kami sudah tumbuh agak besar, Baba dan Ummi hanya mengajak. Dan diantara kami pun tidak ada yang menolak karena memang kami tidak disuruh, kami hanya diajak. Diajak dan disuruh itu berbeda.
Sekali lagi saya merasakan baiknya didikan Baba dan Ummi kepada saya dan saudara-saudara saya. Baba dan Ummi membiarkan kami mengerti dengan sendirinya, tidak dengan suruhan, paksaan atau bahkan ajakan. Sama sekali tidak…
Baba… Ummi… doakan saya bisa mencontoh Baba dan Ummi dalam mendidik anak nanti –semoga- doakan saya bisa menerapkan didikan Baba dan Ummi dalam diri saya sendiri. Dan doakan saya agar saya selalu bisa mensyukuri atas segala yang telah Allah berikan kepada saya, melalui didikan Baba dan Ummi, kasih sayang Baba dan Ummi, dan melalui semuanya… terimakasih Baba, terimakasih Ummi…
Ummi, Baba dan Saya
Disuatu sore..
Saya: Ummi, saya takut mati
Ummi: buat apa takut mati?
Saya: mati itu mengerikan
Ummi: kamu tidak boleh takut mati, mati hanyalah makhluq Allah. yang harus kamu takuti hanya Allah, bukan makhluqNya
Saya: tapi..
Ummi: kamu hanya perlu mengingat kematian. Kalau kamu mengingat kematian, kamu akan berusaha mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan disana nanti. Tapi kalau kamu takut mati, kamu hanya akan terdiam ketakutan. Ketahuilah, anakku, ketakutanmu akan kematian itu dari setan
Saya: kok bisa dari setan?
Ummi: jam berapa sekarang?
Saya: jam lima
Ummi: biasanya apa jadwalmu?
Saya: ng… takror alqur’an setelah itu baca sholawat
Ummi: kenapa sekarang tidak?
Saya: saya takut mati…
Ummi: nah, sekarang kamu tahu kan, mengapa ketakutanmu itu dari setan?
Saya: nggak..
Ummi: Lubabah, ketakutanmu itu membuat kamu resah, dan keresahanmu hanya akan teringat pada kematian. Seharusnya jam lima kamu mentakror alqur’an dan membaca sholawat, tapi sekarang kamu tidak karena kamu takut mati. Itu adalah cara setan untuk membelokkan kamu dari ingat kepada Allah, dari takror dan sholawat, agar kamu tidak melakukannya. Seolah-olah saja baik kamu takut mati, tapi sebenarnya tidak. Sebenarnya itu hanya akan menghentikan kamu dari kegiatan takror dan sholawatmu…
Saya terdiam dan dengan mantap berkata dalam hati: Ummi benar!
***
Siang hari…
Saya: Baba, kenapa saya sering resah?
Baba: resah bagaimana?
Saya: saya sering resah dan takut, tiba-tiba saya takut Baba meninggal, Ummi meninggal, ca’ Al meninggal, mba’ Um meninggal, ca’ Mad meninggal, ca’ Muh meninggal, Hasan meninggal dan Isro’ meninggal. Saya takut semuanya meninggal!
Baba: buat apa seperti itu?
Saya: nggak tahu..
Baba: kamu tidak usah takut Baba dan Ummimu meninggal. Semua itu tidak ada gunanya
Saya: lalu saya harus bagaimana Ba..?
Baba: kamu hanya perlu mendisiplinkan waktu kamu. Kapan saja waktumu membaca alqur’an dan sholawat?
Saya: ba’da shubuh, ba’da dzuhur, ba’da ashar sama ba’da maghrib.
Baba: sudah, lakukan semua itu dengan disiplin dan istiqomah. Bila setelah shubuh waktumu untuk membaca alqur’an satu juz, lakukan. Jangan ditambah dan dikurangi, dan jangan berubah. Bila setelah ashar waktumu membaca sholawat, pertahankan. Jadikan setelah ashar hanya untuk sholawat. Dengan begitu keresahan kamu itu akan hilang. Karena bila kamu mempunyai waktu khusus untuk istiqomah berdua dengan Allah, maka setan tidak akan menggodamu lagi. maka kamu tidak akan mempunyai keresahan lagi
Saya terdiam dan dengan mantap berkata dalam hati: Baba benar!
Saya: Ummi, saya takut mati
Ummi: buat apa takut mati?
Saya: mati itu mengerikan
Ummi: kamu tidak boleh takut mati, mati hanyalah makhluq Allah. yang harus kamu takuti hanya Allah, bukan makhluqNya
Saya: tapi..
Ummi: kamu hanya perlu mengingat kematian. Kalau kamu mengingat kematian, kamu akan berusaha mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan disana nanti. Tapi kalau kamu takut mati, kamu hanya akan terdiam ketakutan. Ketahuilah, anakku, ketakutanmu akan kematian itu dari setan
Saya: kok bisa dari setan?
Ummi: jam berapa sekarang?
Saya: jam lima
Ummi: biasanya apa jadwalmu?
Saya: ng… takror alqur’an setelah itu baca sholawat
Ummi: kenapa sekarang tidak?
Saya: saya takut mati…
Ummi: nah, sekarang kamu tahu kan, mengapa ketakutanmu itu dari setan?
Saya: nggak..
Ummi: Lubabah, ketakutanmu itu membuat kamu resah, dan keresahanmu hanya akan teringat pada kematian. Seharusnya jam lima kamu mentakror alqur’an dan membaca sholawat, tapi sekarang kamu tidak karena kamu takut mati. Itu adalah cara setan untuk membelokkan kamu dari ingat kepada Allah, dari takror dan sholawat, agar kamu tidak melakukannya. Seolah-olah saja baik kamu takut mati, tapi sebenarnya tidak. Sebenarnya itu hanya akan menghentikan kamu dari kegiatan takror dan sholawatmu…
Saya terdiam dan dengan mantap berkata dalam hati: Ummi benar!
***
Siang hari…
Saya: Baba, kenapa saya sering resah?
Baba: resah bagaimana?
Saya: saya sering resah dan takut, tiba-tiba saya takut Baba meninggal, Ummi meninggal, ca’ Al meninggal, mba’ Um meninggal, ca’ Mad meninggal, ca’ Muh meninggal, Hasan meninggal dan Isro’ meninggal. Saya takut semuanya meninggal!
Baba: buat apa seperti itu?
Saya: nggak tahu..
Baba: kamu tidak usah takut Baba dan Ummimu meninggal. Semua itu tidak ada gunanya
Saya: lalu saya harus bagaimana Ba..?
Baba: kamu hanya perlu mendisiplinkan waktu kamu. Kapan saja waktumu membaca alqur’an dan sholawat?
Saya: ba’da shubuh, ba’da dzuhur, ba’da ashar sama ba’da maghrib.
Baba: sudah, lakukan semua itu dengan disiplin dan istiqomah. Bila setelah shubuh waktumu untuk membaca alqur’an satu juz, lakukan. Jangan ditambah dan dikurangi, dan jangan berubah. Bila setelah ashar waktumu membaca sholawat, pertahankan. Jadikan setelah ashar hanya untuk sholawat. Dengan begitu keresahan kamu itu akan hilang. Karena bila kamu mempunyai waktu khusus untuk istiqomah berdua dengan Allah, maka setan tidak akan menggodamu lagi. maka kamu tidak akan mempunyai keresahan lagi
Saya terdiam dan dengan mantap berkata dalam hati: Baba benar!
Sabtu, 04 Desember 2010
Kawan Lamaku
Kawan Lamaku,
Masih ingatkah kau tentang aku?
Tentang hari-hari yang kita lewati bersama
Tentang segenap cerita yang menghiasinya
Tentang segenap canda yang menjadi penghilang duka..?
Kawan Lamaku,
Lama tak ku dengar kabar darimu
Apakah kau baik-baik saja disana?
Kawan Lamaku,
Ternyata aku merindukanmu
Sungguh aku merindukanmu, Kawan Lamaku...
Aku ingat saat pertama kita kenal
Mengharukan sekali Kawan Lamaku
Apa kau masih mengingatnya?
Oya.. Kawan Lamaku,
Kita memang sudah lama tak bersua
Bahkan kita seolah tak lagi berteman
Tapi ketahuilah, Kawan Lamaku..
Selamanya kau tetap menjadi Kawanku
Menjadi temanku
Menjadi sahabatku
Bahkan mungkin kau adalah saudaraku!
Kawan Lamaku,
Persaudaraan kita akan terus terjalin dengan doa..
Karena itu,
Aku tak akan memutuskan persaudaraan kita dengan tidak mendoakanmu
Aku akan selalu mendoakanmu disini..
Karena aku akan menjaga persaudaraan kita
Dan kuharap, kau mau mendoakanku disana..
Aku menyayangimu, Kawan Lamaku..
Terimakasih atas persaudaraan yang indah :)
Masih ingatkah kau tentang aku?
Tentang hari-hari yang kita lewati bersama
Tentang segenap cerita yang menghiasinya
Tentang segenap canda yang menjadi penghilang duka..?
Kawan Lamaku,
Lama tak ku dengar kabar darimu
Apakah kau baik-baik saja disana?
Kawan Lamaku,
Ternyata aku merindukanmu
Sungguh aku merindukanmu, Kawan Lamaku...
Aku ingat saat pertama kita kenal
Mengharukan sekali Kawan Lamaku
Apa kau masih mengingatnya?
Oya.. Kawan Lamaku,
Kita memang sudah lama tak bersua
Bahkan kita seolah tak lagi berteman
Tapi ketahuilah, Kawan Lamaku..
Selamanya kau tetap menjadi Kawanku
Menjadi temanku
Menjadi sahabatku
Bahkan mungkin kau adalah saudaraku!
Kawan Lamaku,
Persaudaraan kita akan terus terjalin dengan doa..
Karena itu,
Aku tak akan memutuskan persaudaraan kita dengan tidak mendoakanmu
Aku akan selalu mendoakanmu disini..
Karena aku akan menjaga persaudaraan kita
Dan kuharap, kau mau mendoakanku disana..
Aku menyayangimu, Kawan Lamaku..
Terimakasih atas persaudaraan yang indah :)
Tentangmu
Aku tak tahu apa yang telah terjadi?
Yang membuatmu menjauhiku
Yang membuatmu enggan bertemu denganku
Yang membuatmu tak lagi menjadikanku sebagai teman..
Ah.. hatiku serasa sangat sakit
Aku tak menginginkan hal ini
Aku seolah berkata padamu:
Kau membenciku
Tapi aku tak tahu apa itu benar
Dan aku tak boleh menganggapnya benar
Karena mungkin kau punya alasan tersendiri
Yang tak ku ketahui
Dan kau tak memberi tahu padaku
Atau kau melakukan itu bukan karena dirimu!
Tapi semata-mata karena diriku sendiri
Aku memang bukan teman yang baik
Bahkan akulah teman paling menyebalkan yang pernah ada di dunia ini
Ah.. sungguhpun demikian,
Aku tak kan pernah melupakanmu
Aku tak kan pernah menghapusmu dari hatiku
Karena selamanya kau adalah temanku..
Karena bagiku kau adalah teman yang berharga..
*untuk teman yang tak sanggup ku sebut namanya: aku merindukanmu..*
Yang membuatmu menjauhiku
Yang membuatmu enggan bertemu denganku
Yang membuatmu tak lagi menjadikanku sebagai teman..
Ah.. hatiku serasa sangat sakit
Aku tak menginginkan hal ini
Aku seolah berkata padamu:
Kau membenciku
Tapi aku tak tahu apa itu benar
Dan aku tak boleh menganggapnya benar
Karena mungkin kau punya alasan tersendiri
Yang tak ku ketahui
Dan kau tak memberi tahu padaku
Atau kau melakukan itu bukan karena dirimu!
Tapi semata-mata karena diriku sendiri
Aku memang bukan teman yang baik
Bahkan akulah teman paling menyebalkan yang pernah ada di dunia ini
Ah.. sungguhpun demikian,
Aku tak kan pernah melupakanmu
Aku tak kan pernah menghapusmu dari hatiku
Karena selamanya kau adalah temanku..
Karena bagiku kau adalah teman yang berharga..
*untuk teman yang tak sanggup ku sebut namanya: aku merindukanmu..*
Itu Salahmu..
A: aku capai dengan semua ini!
Ilue: bersabarlah
A: tapi dia terlalu!
xxx
Ilue: apa kabar A?
B: A baik
Ilue: masih seperti dulu kah?
B: tidak! Sama sekali tidak!
Ilue: apa maksudmu?
B: dia berubah
Ilue: bagaimana perubahannya?
B: dulu dia sabar, dia pemaaf, dia baik..
Ilue: sekarang?
B: temperamental, egois, emosional.. Ah!
Ilue: kamu merindukannya?
B: tentu saja! Dia sahabatku
Ilue: kamu benci padanya?
B: hanya kesal
Ilue: kamu tahu sebab perubahannya?
B: tidak
Ilue: kalau begitu jangan salahkan dia
B: kenapa?
Ilue: karena itu akibat perlakuanmu yg semena-mena
B: hei.. Dia pemaaf, sabar dan baik
Ilue: dan kamu memanfaatkannya
B: tapi..
Ilue: tidak setiap orang bisa mempertahankan kesabaran, kebaikan dan sifat pemaafnya seperti Nabi. Bila dia berubah, dia bukan berubah karena dia sendiri.
B: jadi?
Ilue: dia berubah karena orang disekitarnya. Karena kamu keterlaluan, kamu meremehkan ketiga sifatnya. Dan ini adalah akibat dari ulahmu.. Maaf
B: tidak, terimakasih. Kamu benar. Apa yg harus aku lakukan?
Ilue: datanglah padanya dan mintalah maaf. Lalu rubah sikapmu yg semena-mena itu
xxx
Ilue: ah.. Ternyata aku mimpi
Ilue: bersabarlah
A: tapi dia terlalu!
xxx
Ilue: apa kabar A?
B: A baik
Ilue: masih seperti dulu kah?
B: tidak! Sama sekali tidak!
Ilue: apa maksudmu?
B: dia berubah
Ilue: bagaimana perubahannya?
B: dulu dia sabar, dia pemaaf, dia baik..
Ilue: sekarang?
B: temperamental, egois, emosional.. Ah!
Ilue: kamu merindukannya?
B: tentu saja! Dia sahabatku
Ilue: kamu benci padanya?
B: hanya kesal
Ilue: kamu tahu sebab perubahannya?
B: tidak
Ilue: kalau begitu jangan salahkan dia
B: kenapa?
Ilue: karena itu akibat perlakuanmu yg semena-mena
B: hei.. Dia pemaaf, sabar dan baik
Ilue: dan kamu memanfaatkannya
B: tapi..
Ilue: tidak setiap orang bisa mempertahankan kesabaran, kebaikan dan sifat pemaafnya seperti Nabi. Bila dia berubah, dia bukan berubah karena dia sendiri.
B: jadi?
Ilue: dia berubah karena orang disekitarnya. Karena kamu keterlaluan, kamu meremehkan ketiga sifatnya. Dan ini adalah akibat dari ulahmu.. Maaf
B: tidak, terimakasih. Kamu benar. Apa yg harus aku lakukan?
Ilue: datanglah padanya dan mintalah maaf. Lalu rubah sikapmu yg semena-mena itu
xxx
Ilue: ah.. Ternyata aku mimpi
Catatan Geje (Dibaca Gapapa Ga Dibaca juga Gapapa, jadi Intinya Terserah Anda Mau Baca Apa kaga :DD
*Sebelumnya di Catatan GeJe (lagu bacaannya kayak lagunya “Sebelumnya di Cinta Fitri” ya sodara-sodara :D)
Jadi gini sodara-sodara, dulu kan Baba belajar –ato lebih tepatnya dikatakan mondok :D- di makkah sono.
Nah, yang namanya orang belajar ya, pasti punya banyak temen. Disitu, salah satu temennya Baba ada yang namanya Ustadz Zuhairi –Bondowoso-. Karena belajarnya udah jadul, jadi tentu aja sekarang udah berkeluarga, udah punya anak sendiri-sendiri.
Nah lagi, salah satu anaknya Ustadz Zuhairi namanya Abbas. Abbas ini belajarnya –mondok- di tempat Baba.
Lagi-lagi Nah, di tempat saya, –pondok pesantren putri- ada Mading yang namanya azZahra’. Disitu saya jadi pimrednya –sekarang udah kaga tapi-, dan si Abbas jadi redlap –redaksi lapangan- tugasnya Abbas ngurusin azZahra di pondok pesantren putra. Abbas juga bawa salah satu rubriknya azZahra.
Suatu hari, Abbas musti pulang ke rumahnya sono, Bondowoso. Otomatis saya jadi ga bisa hubungan lagi sama Abbas, padahal azZahra udah waktunya terbit. Mana Abbasnya kalo pulang lama banget lagi :D
Akhirnya, saya di beri nomornya Abbas sama kakak saya, si Muhammad Hasan AlChodlir. Tentu aja saya seneng banget, dengan begini meskipun Abbas jauh tetep bisa nyelesein rubriknya. Ibaratnya jauh di pondok dekat di hape :D :DD. Lagian juga ni, temen-temen redaksi kaga ada yang mau nggantiin Abbas buat ngisi rubric yang dipegangnya, termasuk saya. hehehe… Jadi kesenangan saya adh’afan mudho’afah gitu, berlipat ganda :D
Yaudah, karena punya nomornya Abbas, setiap ada masalah dengan azZahra saya tinggal SMS dia aja. Dan karena Abbas itu anaknya seorang Ustadz, maka artinya Abbas adalah Gus. Dan saya ingat, kalo Abbas ini berdarah Madura. Jadi nomornya Abbas saya kasih nama Lora Abbas. Begitu sodara-sodara.*
---
26 November 2010, 16.30an :D :DD
Saya lagi di kamarnya Ummi sama adik-adik saya yang Cuma dua biji itu. Mainin HPnya Baba.
Dan emang pada dasarnya saya ini seneng ngutak-atik HPnya Baba apalagi log panggilannya, maka saya pun lihat aja. E nggak taunya disitu ada nomor yang kayaknya saya kenal.
“ni nomor sapa yaa…?? Kok kayaknya saya tau gini..” ujar saya nyerocos sendiri. Tanpa berharap ada yang menyahuti. Tapi ga taunya si Bontot nyahut saya, “temenmu kalii.. kamu kan sering pake HPnya Baba buat SMSan ma temenmuuu…”
Saya manggut-manggut. Agak repot tau, soalnya waktu itu saya lagi tiduran, jadi manggutnya kerepotan dikit :D
Hmm... Kalo emang kayak gitu kok Baba nggak bilang apa-apa ya sama saya. biasanya kalo ada SMS ato telpon dari teman saya Baba pasti bilang, mana telponnya baru ashar tadi lagi. saya mencoba untuk menganalisa.
Harus interogasi Baba ni, gimana kronologi kejadiannya, pikir saya sok jadi detektif, abis baca Conan soale. Hehe
“tapi siapa coba temen saya yang nelpon Baba?” saya bertanya-tanya dan nggak ada yang nyahut. Si Bontot udah sibuk dengan HPnya sendiri. Malang banget ya nasib saya :DD
Yaudah, karena saya ngerasa kalo ngenal entu nomor, maka saya telpon aja pake HP saya sendiri.
Nama belum muncul, saya menunggu dengan sebegitu sabarnya :D :D
Dan saya terlolong kaget! Kuagget banget mana kala –ciyee bahasanya :D- nama LORA ABBAS muncul di display HP saya yang udah agak lawas itu!
Huo! Teriak saya. tapi kayaknya ga ada yang denger sodara-sodara, soalnya saya teriak dalam hati. Hehe.. “Hah! Is! Yang nelpon bukan temen saya!”
“lalu siapa?”
“Lora Abbas, Ustadz Zuhairi!”
Si Bontot ngakak ga karuan, -saya juga maksudnya hehe- bener aja saya kayak kenal, orang sayanya sering SMSan sama entu nomor.
Jadi, yang nelpon Baba itu bukan temen saya, tapi temennya Baba sendiri. Yaitu Ustadz Zuhairi yang jadi bapaknya Lora Abbas yang sering SMSan sama saya pake nomor itu. Hehe..
Udah, selesai. Bener-bener catatan GeJe kan :D :D makasih banget lohh sodara-sodara, udah mau baca catatan GeJe saya :D :D
Ngga ada isinya sama sekali, soalnya saya Cuma pengen refreshing aja. Penat ni otak tiap hari nungguin Restaurant City buka, lama banget ah xD xDDD
Jadi gini sodara-sodara, dulu kan Baba belajar –ato lebih tepatnya dikatakan mondok :D- di makkah sono.
Nah, yang namanya orang belajar ya, pasti punya banyak temen. Disitu, salah satu temennya Baba ada yang namanya Ustadz Zuhairi –Bondowoso-. Karena belajarnya udah jadul, jadi tentu aja sekarang udah berkeluarga, udah punya anak sendiri-sendiri.
Nah lagi, salah satu anaknya Ustadz Zuhairi namanya Abbas. Abbas ini belajarnya –mondok- di tempat Baba.
Lagi-lagi Nah, di tempat saya, –pondok pesantren putri- ada Mading yang namanya azZahra’. Disitu saya jadi pimrednya –sekarang udah kaga tapi-, dan si Abbas jadi redlap –redaksi lapangan- tugasnya Abbas ngurusin azZahra di pondok pesantren putra. Abbas juga bawa salah satu rubriknya azZahra.
Suatu hari, Abbas musti pulang ke rumahnya sono, Bondowoso. Otomatis saya jadi ga bisa hubungan lagi sama Abbas, padahal azZahra udah waktunya terbit. Mana Abbasnya kalo pulang lama banget lagi :D
Akhirnya, saya di beri nomornya Abbas sama kakak saya, si Muhammad Hasan AlChodlir. Tentu aja saya seneng banget, dengan begini meskipun Abbas jauh tetep bisa nyelesein rubriknya. Ibaratnya jauh di pondok dekat di hape :D :DD. Lagian juga ni, temen-temen redaksi kaga ada yang mau nggantiin Abbas buat ngisi rubric yang dipegangnya, termasuk saya. hehehe… Jadi kesenangan saya adh’afan mudho’afah gitu, berlipat ganda :D
Yaudah, karena punya nomornya Abbas, setiap ada masalah dengan azZahra saya tinggal SMS dia aja. Dan karena Abbas itu anaknya seorang Ustadz, maka artinya Abbas adalah Gus. Dan saya ingat, kalo Abbas ini berdarah Madura. Jadi nomornya Abbas saya kasih nama Lora Abbas. Begitu sodara-sodara.*
---
26 November 2010, 16.30an :D :DD
Saya lagi di kamarnya Ummi sama adik-adik saya yang Cuma dua biji itu. Mainin HPnya Baba.
Dan emang pada dasarnya saya ini seneng ngutak-atik HPnya Baba apalagi log panggilannya, maka saya pun lihat aja. E nggak taunya disitu ada nomor yang kayaknya saya kenal.
“ni nomor sapa yaa…?? Kok kayaknya saya tau gini..” ujar saya nyerocos sendiri. Tanpa berharap ada yang menyahuti. Tapi ga taunya si Bontot nyahut saya, “temenmu kalii.. kamu kan sering pake HPnya Baba buat SMSan ma temenmuuu…”
Saya manggut-manggut. Agak repot tau, soalnya waktu itu saya lagi tiduran, jadi manggutnya kerepotan dikit :D
Hmm... Kalo emang kayak gitu kok Baba nggak bilang apa-apa ya sama saya. biasanya kalo ada SMS ato telpon dari teman saya Baba pasti bilang, mana telponnya baru ashar tadi lagi. saya mencoba untuk menganalisa.
Harus interogasi Baba ni, gimana kronologi kejadiannya, pikir saya sok jadi detektif, abis baca Conan soale. Hehe
“tapi siapa coba temen saya yang nelpon Baba?” saya bertanya-tanya dan nggak ada yang nyahut. Si Bontot udah sibuk dengan HPnya sendiri. Malang banget ya nasib saya :DD
Yaudah, karena saya ngerasa kalo ngenal entu nomor, maka saya telpon aja pake HP saya sendiri.
Nama belum muncul, saya menunggu dengan sebegitu sabarnya :D :D
Dan saya terlolong kaget! Kuagget banget mana kala –ciyee bahasanya :D- nama LORA ABBAS muncul di display HP saya yang udah agak lawas itu!
Huo! Teriak saya. tapi kayaknya ga ada yang denger sodara-sodara, soalnya saya teriak dalam hati. Hehe.. “Hah! Is! Yang nelpon bukan temen saya!”
“lalu siapa?”
“Lora Abbas, Ustadz Zuhairi!”
Si Bontot ngakak ga karuan, -saya juga maksudnya hehe- bener aja saya kayak kenal, orang sayanya sering SMSan sama entu nomor.
Jadi, yang nelpon Baba itu bukan temen saya, tapi temennya Baba sendiri. Yaitu Ustadz Zuhairi yang jadi bapaknya Lora Abbas yang sering SMSan sama saya pake nomor itu. Hehe..
Udah, selesai. Bener-bener catatan GeJe kan :D :D makasih banget lohh sodara-sodara, udah mau baca catatan GeJe saya :D :D
Ngga ada isinya sama sekali, soalnya saya Cuma pengen refreshing aja. Penat ni otak tiap hari nungguin Restaurant City buka, lama banget ah xD xDDD
Kikir dan Dermawan
Suatu hari di hari rabu.
Tiba-tiba saya harus menjadi badal (pengganti) Musa’idah yang sedang sakit untuk mengisi pelajaran di di kelas adik kelas saya.
Tentu saja saya kaget, kasarannya saya harus “mengajar”. Padahal saya masih bodoh, masa saya harus “mengajar”?
Saya tidak mau, tapi saya masih didesak. Parahnya lagi para Musa’idah langsung bilang sama Ummi, tentu saja Ummi mengiyakan saya menjadi badal.
Saya benar-benar tidak siap, jam 7.30 sudah harus masuk, sedangkan mata pelajaran yang harus saya bawakan belum pernah sama sekali saya pelajari.
Ya.. memang saya dulu juga mempelajari kitab itu. Tapi belum sampai khatam
Akhirnya saya kalah. Mau tidak mau saya harus menjadi badal Musa’idah yang sedang sakit itu. Saya tidak mungkin menang menghadapi Ummi saya.
Saya bingung, benar-benar bingung. Saya sama sekali tidak memahami apa yang harus saya bawakan untuk adik kelas saya itu.
Tapi saya tau saya tidak boleh menyerah. saya punya Baba! Baba bisa mengajarkan pelajaran ini sekarang juga. Maka saya pun meminta Baba untuk menerangkan dan menjelaskannya.
Jam 7.30 pun datang. Saya harus masuk kelas adik kelas saya itu. Gugup, grogi, tidak percaya diri, dan takut segala macam menghantui pikiran saya.
Tapi saya ingat nasihat Ummi “kamu tidak mengajar, tapi belajar bersama.” Saya juga ingat nasihat kakak perempuan saya “saat masuk kelas, kamu harus pasrahkan semuanya pada Allah. jadi sampaikan pelajaran dengan mengandalkan Allah, jangan mengandalkan akal-pikiran.”
Berbekal nasihat Ummi dan kakak perempuan saya, saya pun membuang jauh-jauh rasa gugup, grogi, tidak percaya diri dan takut dari hati saya. saya tau, saya punya Allah. saya mengandalkan Allah atas apa yang akan saya sampaikan.
Di kelas, saya sampaikan apa yang telah dijelaskan Baba kepada saya.
Namun saya tidak tau, tiba-tiba saja saya menambahi keterangan dari Baba. (Waktu itu membicarakan tentang kikir dan dermawan):
“kita tidak boleh menjadi orang yang kikir, karena orang yang kikir tidak akan disenangi manusia, dan Allah. tapi bukan hanya sampai disitu, kita juga harus ingat, bahwa orang yang paling kikir adalah orang yang tidak membaca shalawat ketika nama Rasulullah disebut. Seperti yang disebutkan dalam suatu hadits. Jadi apabila kita tidak mau membaca shalawat, maka kita juga termasuk orang yang kikir, bahkan yang paling kikir. Dan begitu juga sebaliknya, bila kita mau membaca shalawat kepada Rasulullah, maka kita menjadi orang yang dermawan. Sekarang apa guna menjadi orang yang dermawan ilmu dan harta bila ia tidak dermawan kepada dirinya sendiri dengan tidak membaca shalawat kepada Rasulullah? Karena itu, kita harus menjadi orang yang benar-benar dermawan dan tidak kikir. Bukan hanya dalam ilmu dan harta saja, tapi juga dalam membaca shalawat..”
Saya kaget, kenapa saya bisa bicara seperti itu.
Setelah pelajaran selesai, ketakutan kembali menghantui pikiran saya. saya benar-benar takut bila apa yang saya sampaikan itu salah. Baba tidak menerangkan akan hal itu!
Ketakutan itu masih saja menghantui saya. dan betapa bodohnya saya, saya hanya menyimpan ketakutan itu sendiri. Saya tidak menanyakannya kepada Baba atau Ummi. Padahal kalau saya mau menanyakannya dan memang benar apa yang saya sampaikan itu salah, maka saya bisa mengklarifikasi keterangan saya tadi pada adik kelas saya.
Hingga maghrib tiba, saya masih dalam ketakutan saya. namun saya pun pasrah, kalau memang saya salah, semoga Allah mau memaafkan kesalahan saya itu. Saya mulai berusaha melupakan ketakutan itu dengan segera bersiap-siap untuk sholat, sekalian agar nanti tidak ketinggalan majlis shalawat. Setiap hari rabu ba’da maghrib, ada majlis shalawat ibu-ibu di rumah saya.
Hingga akhirnya, ketika shalawat sudah selesai dibaca, Baba pun memberi pengajian seperti biasanya. Dan saya benar-benar tersentak kaget, saya tidak percaya saat Baba berkata:
“kita tidak boleh menjadi orang yang kikir, karena orang yang kikir tidak akan disenangi manusia, dan Allah. tapi bukan hanya sampai disitu, kita juga harus ingat, bahwa orang yang paling kikir adalah orang yang tidak membaca shalawat ketika nama Rasulullah disebut. Seperti yang disebutkan dalam suatu hadits. Jadi apabila kita tidak mau membaca shalawat, maka kita juga termasuk orang yang kikir, bahkan yang paling kikir. Dan begitu juga sebaliknya, bila kita mau membaca shalawat kepada Rasulullah, maka kita menjadi orang yang dermawan. Sekarang apa guna menjadi orang yang dermawan ilmu dan harta bila ia tidak dermawan kepada dirinya sendiri dengan tidak membaca shalawat kepada Rasulullah? Karena itu, kita harus menjadi orang yang benar-benar dermawan dan tidak kikir. Bukan hanya dalam ilmu dan harta saja, tapi juga dalam membaca shalawat..”
Sungguh, saya benar-benar kaget dan tercengang tidak percaya. Itu kata-kata saya tadi pagi! Yang telah membuat saya ketakutan!
Saya terharu, Baba tau apa yang ada dipikiran saya. Baba tau akan ketakutan saya. saya lega sekali, sangat lega.
Ternyata apa yang saya sampaikan tidak salah sama sekali. Karena Baba pun menggunakannya untuk mengisi pengajian.
Kelegaan saya semakin bertambah, ketika majlis telah bubar dan Baba pulang ke rumah, saya dapati senyuman Baba kepada saya, seolah-olah Baba berkata: kamu tidak usah takut salah, nak…
Terimakasih Baba, terimakasih atas penjelasan dan pembenaran yang Baba berikan kepada saya. jazakumullah ashanal Jaza’, Baba… narju dua’akum Abadan sarmadan..
Tiba-tiba saya harus menjadi badal (pengganti) Musa’idah yang sedang sakit untuk mengisi pelajaran di di kelas adik kelas saya.
Tentu saja saya kaget, kasarannya saya harus “mengajar”. Padahal saya masih bodoh, masa saya harus “mengajar”?
Saya tidak mau, tapi saya masih didesak. Parahnya lagi para Musa’idah langsung bilang sama Ummi, tentu saja Ummi mengiyakan saya menjadi badal.
Saya benar-benar tidak siap, jam 7.30 sudah harus masuk, sedangkan mata pelajaran yang harus saya bawakan belum pernah sama sekali saya pelajari.
Ya.. memang saya dulu juga mempelajari kitab itu. Tapi belum sampai khatam
Akhirnya saya kalah. Mau tidak mau saya harus menjadi badal Musa’idah yang sedang sakit itu. Saya tidak mungkin menang menghadapi Ummi saya.
Saya bingung, benar-benar bingung. Saya sama sekali tidak memahami apa yang harus saya bawakan untuk adik kelas saya itu.
Tapi saya tau saya tidak boleh menyerah. saya punya Baba! Baba bisa mengajarkan pelajaran ini sekarang juga. Maka saya pun meminta Baba untuk menerangkan dan menjelaskannya.
Jam 7.30 pun datang. Saya harus masuk kelas adik kelas saya itu. Gugup, grogi, tidak percaya diri, dan takut segala macam menghantui pikiran saya.
Tapi saya ingat nasihat Ummi “kamu tidak mengajar, tapi belajar bersama.” Saya juga ingat nasihat kakak perempuan saya “saat masuk kelas, kamu harus pasrahkan semuanya pada Allah. jadi sampaikan pelajaran dengan mengandalkan Allah, jangan mengandalkan akal-pikiran.”
Berbekal nasihat Ummi dan kakak perempuan saya, saya pun membuang jauh-jauh rasa gugup, grogi, tidak percaya diri dan takut dari hati saya. saya tau, saya punya Allah. saya mengandalkan Allah atas apa yang akan saya sampaikan.
Di kelas, saya sampaikan apa yang telah dijelaskan Baba kepada saya.
Namun saya tidak tau, tiba-tiba saja saya menambahi keterangan dari Baba. (Waktu itu membicarakan tentang kikir dan dermawan):
“kita tidak boleh menjadi orang yang kikir, karena orang yang kikir tidak akan disenangi manusia, dan Allah. tapi bukan hanya sampai disitu, kita juga harus ingat, bahwa orang yang paling kikir adalah orang yang tidak membaca shalawat ketika nama Rasulullah disebut. Seperti yang disebutkan dalam suatu hadits. Jadi apabila kita tidak mau membaca shalawat, maka kita juga termasuk orang yang kikir, bahkan yang paling kikir. Dan begitu juga sebaliknya, bila kita mau membaca shalawat kepada Rasulullah, maka kita menjadi orang yang dermawan. Sekarang apa guna menjadi orang yang dermawan ilmu dan harta bila ia tidak dermawan kepada dirinya sendiri dengan tidak membaca shalawat kepada Rasulullah? Karena itu, kita harus menjadi orang yang benar-benar dermawan dan tidak kikir. Bukan hanya dalam ilmu dan harta saja, tapi juga dalam membaca shalawat..”
Saya kaget, kenapa saya bisa bicara seperti itu.
Setelah pelajaran selesai, ketakutan kembali menghantui pikiran saya. saya benar-benar takut bila apa yang saya sampaikan itu salah. Baba tidak menerangkan akan hal itu!
Ketakutan itu masih saja menghantui saya. dan betapa bodohnya saya, saya hanya menyimpan ketakutan itu sendiri. Saya tidak menanyakannya kepada Baba atau Ummi. Padahal kalau saya mau menanyakannya dan memang benar apa yang saya sampaikan itu salah, maka saya bisa mengklarifikasi keterangan saya tadi pada adik kelas saya.
Hingga maghrib tiba, saya masih dalam ketakutan saya. namun saya pun pasrah, kalau memang saya salah, semoga Allah mau memaafkan kesalahan saya itu. Saya mulai berusaha melupakan ketakutan itu dengan segera bersiap-siap untuk sholat, sekalian agar nanti tidak ketinggalan majlis shalawat. Setiap hari rabu ba’da maghrib, ada majlis shalawat ibu-ibu di rumah saya.
Hingga akhirnya, ketika shalawat sudah selesai dibaca, Baba pun memberi pengajian seperti biasanya. Dan saya benar-benar tersentak kaget, saya tidak percaya saat Baba berkata:
“kita tidak boleh menjadi orang yang kikir, karena orang yang kikir tidak akan disenangi manusia, dan Allah. tapi bukan hanya sampai disitu, kita juga harus ingat, bahwa orang yang paling kikir adalah orang yang tidak membaca shalawat ketika nama Rasulullah disebut. Seperti yang disebutkan dalam suatu hadits. Jadi apabila kita tidak mau membaca shalawat, maka kita juga termasuk orang yang kikir, bahkan yang paling kikir. Dan begitu juga sebaliknya, bila kita mau membaca shalawat kepada Rasulullah, maka kita menjadi orang yang dermawan. Sekarang apa guna menjadi orang yang dermawan ilmu dan harta bila ia tidak dermawan kepada dirinya sendiri dengan tidak membaca shalawat kepada Rasulullah? Karena itu, kita harus menjadi orang yang benar-benar dermawan dan tidak kikir. Bukan hanya dalam ilmu dan harta saja, tapi juga dalam membaca shalawat..”
Sungguh, saya benar-benar kaget dan tercengang tidak percaya. Itu kata-kata saya tadi pagi! Yang telah membuat saya ketakutan!
Saya terharu, Baba tau apa yang ada dipikiran saya. Baba tau akan ketakutan saya. saya lega sekali, sangat lega.
Ternyata apa yang saya sampaikan tidak salah sama sekali. Karena Baba pun menggunakannya untuk mengisi pengajian.
Kelegaan saya semakin bertambah, ketika majlis telah bubar dan Baba pulang ke rumah, saya dapati senyuman Baba kepada saya, seolah-olah Baba berkata: kamu tidak usah takut salah, nak…
Terimakasih Baba, terimakasih atas penjelasan dan pembenaran yang Baba berikan kepada saya. jazakumullah ashanal Jaza’, Baba… narju dua’akum Abadan sarmadan..
Bukti
Apa yang kau katakan, hatiku?
Pernahkah kau memikirkan kata-katamu terlebih dahulu?
Pernahkah kau membuktikan perkataanmu?
Dengan mudah kau berkata mencintainya
Dengan lancang kau berkata merindukannya
Apa kau sadar akan kata-katamu itu?
Kau belum bisa mencintainya
Apalagi merindukannya
Kau berbohong dan tetap saja mengaku dengan kata-katamu
Hatiku, tidakkah kau malu?
Tak ada bukti dari perkataanmu itu
Orang yang mencintai dan merindukan akan sering menyebut namanya!
Tapi kau?
Kau hanya sekali, tak sering bahkan jarang
Bahkan mengingatnya saja kau tak
Ayolah hatiku..
Berhentilah mengaku
Dan berusahalah untuk benar-benar mencintai dan merindukannya
Lantas segeralah buktikan apa yang kau katakan
Sebut namanya dalam setiap detikmu:
Shallallah 'alaika ya Sayyidi ya Rasulallah..
Pernahkah kau memikirkan kata-katamu terlebih dahulu?
Pernahkah kau membuktikan perkataanmu?
Dengan mudah kau berkata mencintainya
Dengan lancang kau berkata merindukannya
Apa kau sadar akan kata-katamu itu?
Kau belum bisa mencintainya
Apalagi merindukannya
Kau berbohong dan tetap saja mengaku dengan kata-katamu
Hatiku, tidakkah kau malu?
Tak ada bukti dari perkataanmu itu
Orang yang mencintai dan merindukan akan sering menyebut namanya!
Tapi kau?
Kau hanya sekali, tak sering bahkan jarang
Bahkan mengingatnya saja kau tak
Ayolah hatiku..
Berhentilah mengaku
Dan berusahalah untuk benar-benar mencintai dan merindukannya
Lantas segeralah buktikan apa yang kau katakan
Sebut namanya dalam setiap detikmu:
Shallallah 'alaika ya Sayyidi ya Rasulallah..
Sekedar Catatan Aneh: Mohon DIbaca Setulus Hati :D
19 November 2010, 6:00
Udara pagi begitu sejuk. Meskipun sempat kepanasan sebentar (?)
Selepas subuh, Lulü Ilue (17 th) tak ada kegiatan lain selain mendengarkan lagu-lagu arab. Bersama sang adik bontot (Icco Beaaiiem, 12 th), mereka terbawa alunan music yang syahdu. Hmm.. membuat badan ingin bergoyang
Namun Lulü Ilue dan Icco Beaaiiem merasa nganggur. Yaah.. meskipun pagi ini adalah pagi hari Jum’at yang biasanya merekan mengaji bersama, kali ini tidak. Semua kegiatan pondok termasuk pengajian pagi hari jum’at diliburkan. Dalam rangka bersuka cita atas tragedy 17 November 2010 (baca: idul adlha)
Lulü Ilue dan Icco Beaaiiem hanya mondar-mandir mengitari ruangan. Tanpa ada sebab yang jelas.
Lalu tiba-tiba, Icco Beaaiiem menempelkan tulisan namanya pada kulkas. Dia berkata pada Lulü Ilue:
“lihat ini!”
Lulü Ilue terperanjat kaget. Dia berteriak pelan (?)
“apa?! Kau dikutuk menjadi kulkas??! Dasar kau anak kurang kerjaan! Ku kutuk kau menjadi kulkas! Rasakan ini!!! hukuman bagi anak kurang kerjaan sepertimu!”
***
Dan pagi ini pun menjadi pagi yang sangat berkesan bagi Lulü Ilue dan Icco Beaaiiem. Entah mengapa, mereka sedikit teringat akan cerita rakyat: Malin Kundang. Hanya saja, Icco Beaaiiem dikutuk menjadi kulkas karena kurang kerjaannya.
Pantun penutup:
Ada sawo.. di atas meja,
Sekian dan terimakasih.. :DDD xD
Udara pagi begitu sejuk. Meskipun sempat kepanasan sebentar (?)
Selepas subuh, Lulü Ilue (17 th) tak ada kegiatan lain selain mendengarkan lagu-lagu arab. Bersama sang adik bontot (Icco Beaaiiem, 12 th), mereka terbawa alunan music yang syahdu. Hmm.. membuat badan ingin bergoyang
Namun Lulü Ilue dan Icco Beaaiiem merasa nganggur. Yaah.. meskipun pagi ini adalah pagi hari Jum’at yang biasanya merekan mengaji bersama, kali ini tidak. Semua kegiatan pondok termasuk pengajian pagi hari jum’at diliburkan. Dalam rangka bersuka cita atas tragedy 17 November 2010 (baca: idul adlha)
Lulü Ilue dan Icco Beaaiiem hanya mondar-mandir mengitari ruangan. Tanpa ada sebab yang jelas.
Lalu tiba-tiba, Icco Beaaiiem menempelkan tulisan namanya pada kulkas. Dia berkata pada Lulü Ilue:
“lihat ini!”
Lulü Ilue terperanjat kaget. Dia berteriak pelan (?)
“apa?! Kau dikutuk menjadi kulkas??! Dasar kau anak kurang kerjaan! Ku kutuk kau menjadi kulkas! Rasakan ini!!! hukuman bagi anak kurang kerjaan sepertimu!”
***
Dan pagi ini pun menjadi pagi yang sangat berkesan bagi Lulü Ilue dan Icco Beaaiiem. Entah mengapa, mereka sedikit teringat akan cerita rakyat: Malin Kundang. Hanya saja, Icco Beaaiiem dikutuk menjadi kulkas karena kurang kerjaannya.
Pantun penutup:
Ada sawo.. di atas meja,
Sekian dan terimakasih.. :DDD xD
Tutu Tapi
Hehehe.. udah lama ni jari-jemari saya ga menari-nari di atas keyboard hihi…
Huft *ga jelazz,, :D*
----
Yaah.. lagi-lagi kejadiannya udah lama. Bahkan udah nggak lama lagi, tapi jadul. Hehe… sekitar 7-8 th kepungkur :D :DD
Jadi disini ceritanya saya itu sukaaaaaaaaa banget sama yang namanya susu. Dancow oke, Frisian flag iya, indomilk mau, boneto gapapa, bahkan kalo dikasih SGM saya juga nerima kok xDD
Cuma.. di antara sekian banyak susu itu, yang paling saya sukai ultra milk. Hehehe.. soalnya ultra milk paling memper sama yang namanya susu asli. Wes, bener-bener for fresh milk deh :DD
Cuma lagi.. 7-8 th yang lalu ultra milk masih repot dicari di tempat saya. musti pasang pengumuan pencarian dulu kali ya? :DD
Jadi.. saya puas-puasin aja dengan sederetan susu bubuk di atas yang rasanya jauh dari susu asli. Ah yang penting mah susu, syukur-syukur masih ada, daripada enggak sama sekali. Begitu kata Ummi, mengajari saya untuk selalu mensyukuri dan menerima apa yang ada.. *terimakasih Ummi, emmuah :**
Kembali pada 7-8 th silam..
Nggak tau kenapa waktu itu saya pengeeeeeeeeeeeen banget minum susu asli. Yang baru di perah gitu. Ehhhmmm.. yummy, pasti enak banget. Tapi waktu itu saya ingat, saya lagi ada di lamongan, bukan di malang.
Pengen sih beli ultra milk, tapi kayaknya nggak mungkin deh. secara dancownya masih banyak gitu, Baba mana mungkin beliin yang lain kalo yang masih ada aja belom dihabisin *pengajaran juga untuk mensyukuri dan menerima apa yang ada. Terimakasih Baba, emmuah :**
Tapi yang namanya udah pengen yaa… saya mendekati Ummi. Sambil bergelayut manja gitu :DD
“Ummi,, pengen susu..”
“ya itu buat,”
“mau yang asli Ummi..”
Ummi diam aja. Kayak nggak ngerespon gitu, saya jadi merasa dicampakin hehe :D
“mau Ummi buatkan susu yang seperti susu asli?” Tanya Ummi tiba-tiba. Hah? Saya terperanjat kaget. Emang bisa dancow di perah? Alah pikiran saya ngelantur. Hehehe..
Saya ngangguk bersemangat dan mengekor Ummi ke dapur.
Di dapur, Ummi menyeduh susu bubuk dengan air matang biasa, yang nggak dingin dari lemari es juga nggak panas abis dimasak. Air matang yang itu tuh! *ngga bisa ngejelasinnya, tap saya yakin teman-teman faham, hehehe :Dv*
“lha Ummi! Susu pake air adem apa ya kayak susu asli?!” Tanya saya agak histeris :DD Ummi tersenyum. “tidak, susu ini di aduk yang lama. Lalu nanti direbus sampai mendidih.” Jawab Ummi.
Saya Cuma ber’ooh.
Sebentar-sebentar saya Tanya Ummi, “udah?” dan Ummi pasti menjawab “belum.”
Huaaaah.. saya sampe capek nungguin Ummi. Masa ngaduk susu pake air adem gitu aja sampe 10 menitan!!!
“aduh Ummi… udah apa belum?? Saya udah kepingin, nggak sabar saya.”
“iya.. ini sudah. Sekarang direbus dulu sampai mendidik ya.”
Hmmmm.. saya deg-degan nunggu susu itu mendidih, kayak lagi nungguin ibu hamil yang udah mau ngelahirin anaknya gitu, hehe :DD
Dan akhirnya.. air susu adem itu mendidih juga! Ooh, seneng banget rasanya ni ati. Udah ga sabar pengen minum sampe abis. Tapi masih panas ni :DD
Setelah susu panas itu agak dingin *istilahnya udah anget kuku :D* saya bersemangat sekali untuk meminumnya. Dan setelah susu itu sukses sampai di lambung saya melewati tenggorokan dan lorong-lorong organ dalam *alah* saya pun terdiam. Diam membisu..
“gimana?” Tanya Ummi. Saya menoleh, berbinar-binar dan menjawab “SAMA PERSIS!”
Iyaah.. suwer dower…!! Rasanya sama persis kayak susu asli! Susu sapi entu..!! saya terheran-heran dan bertanya-tanya, kok Ummi tau yang beginian ya????
“dulu ketika di makkah, Ummi dikasih tau temannya Ummi. Waktu itu temannya Ummi mondar-mandir sambil mengaduk susu. Setelah Ummi Tanya ternyata bisa menjadikan rasanya seperti rasa susu asli. Dan ketika Ummi praktekkan ternyata benar.” Cerita Ummi sambil tersenyum. Saya pun ber’ooh ria sambil manggut-manggut. Ternyata Ummi tau dari temannya toh.. :O :OO
Yah, pokoknya waktu itu juga saya keturutan minum “susu asli” meskipun ga asli-asli amat. hehehehe…
Dan silahkan teman-teman mencobanya… tapi kalo menurut teman-teman rasanya nggak seperti susu asli yaa.. berarti lidah kita berbeda *emang! :DD* mungkin indra perasa saya nggak beres. tapi katanya Ummi dan adik-adik saya memang rasanya sama persis loh.. :))
Yaudahlah, dibuktiin sendiri aja. biar lebih jelas kenyataannya.. hehehe. makasih udah baca :D
Huft *ga jelazz,, :D*
----
Yaah.. lagi-lagi kejadiannya udah lama. Bahkan udah nggak lama lagi, tapi jadul. Hehe… sekitar 7-8 th kepungkur :D :DD
Jadi disini ceritanya saya itu sukaaaaaaaaa banget sama yang namanya susu. Dancow oke, Frisian flag iya, indomilk mau, boneto gapapa, bahkan kalo dikasih SGM saya juga nerima kok xDD
Cuma.. di antara sekian banyak susu itu, yang paling saya sukai ultra milk. Hehehe.. soalnya ultra milk paling memper sama yang namanya susu asli. Wes, bener-bener for fresh milk deh :DD
Cuma lagi.. 7-8 th yang lalu ultra milk masih repot dicari di tempat saya. musti pasang pengumuan pencarian dulu kali ya? :DD
Jadi.. saya puas-puasin aja dengan sederetan susu bubuk di atas yang rasanya jauh dari susu asli. Ah yang penting mah susu, syukur-syukur masih ada, daripada enggak sama sekali. Begitu kata Ummi, mengajari saya untuk selalu mensyukuri dan menerima apa yang ada.. *terimakasih Ummi, emmuah :**
Kembali pada 7-8 th silam..
Nggak tau kenapa waktu itu saya pengeeeeeeeeeeeen banget minum susu asli. Yang baru di perah gitu. Ehhhmmm.. yummy, pasti enak banget. Tapi waktu itu saya ingat, saya lagi ada di lamongan, bukan di malang.
Pengen sih beli ultra milk, tapi kayaknya nggak mungkin deh. secara dancownya masih banyak gitu, Baba mana mungkin beliin yang lain kalo yang masih ada aja belom dihabisin *pengajaran juga untuk mensyukuri dan menerima apa yang ada. Terimakasih Baba, emmuah :**
Tapi yang namanya udah pengen yaa… saya mendekati Ummi. Sambil bergelayut manja gitu :DD
“Ummi,, pengen susu..”
“ya itu buat,”
“mau yang asli Ummi..”
Ummi diam aja. Kayak nggak ngerespon gitu, saya jadi merasa dicampakin hehe :D
“mau Ummi buatkan susu yang seperti susu asli?” Tanya Ummi tiba-tiba. Hah? Saya terperanjat kaget. Emang bisa dancow di perah? Alah pikiran saya ngelantur. Hehehe..
Saya ngangguk bersemangat dan mengekor Ummi ke dapur.
Di dapur, Ummi menyeduh susu bubuk dengan air matang biasa, yang nggak dingin dari lemari es juga nggak panas abis dimasak. Air matang yang itu tuh! *ngga bisa ngejelasinnya, tap saya yakin teman-teman faham, hehehe :Dv*
“lha Ummi! Susu pake air adem apa ya kayak susu asli?!” Tanya saya agak histeris :DD Ummi tersenyum. “tidak, susu ini di aduk yang lama. Lalu nanti direbus sampai mendidih.” Jawab Ummi.
Saya Cuma ber’ooh.
Sebentar-sebentar saya Tanya Ummi, “udah?” dan Ummi pasti menjawab “belum.”
Huaaaah.. saya sampe capek nungguin Ummi. Masa ngaduk susu pake air adem gitu aja sampe 10 menitan!!!
“aduh Ummi… udah apa belum?? Saya udah kepingin, nggak sabar saya.”
“iya.. ini sudah. Sekarang direbus dulu sampai mendidik ya.”
Hmmmm.. saya deg-degan nunggu susu itu mendidih, kayak lagi nungguin ibu hamil yang udah mau ngelahirin anaknya gitu, hehe :DD
Dan akhirnya.. air susu adem itu mendidih juga! Ooh, seneng banget rasanya ni ati. Udah ga sabar pengen minum sampe abis. Tapi masih panas ni :DD
Setelah susu panas itu agak dingin *istilahnya udah anget kuku :D* saya bersemangat sekali untuk meminumnya. Dan setelah susu itu sukses sampai di lambung saya melewati tenggorokan dan lorong-lorong organ dalam *alah* saya pun terdiam. Diam membisu..
“gimana?” Tanya Ummi. Saya menoleh, berbinar-binar dan menjawab “SAMA PERSIS!”
Iyaah.. suwer dower…!! Rasanya sama persis kayak susu asli! Susu sapi entu..!! saya terheran-heran dan bertanya-tanya, kok Ummi tau yang beginian ya????
“dulu ketika di makkah, Ummi dikasih tau temannya Ummi. Waktu itu temannya Ummi mondar-mandir sambil mengaduk susu. Setelah Ummi Tanya ternyata bisa menjadikan rasanya seperti rasa susu asli. Dan ketika Ummi praktekkan ternyata benar.” Cerita Ummi sambil tersenyum. Saya pun ber’ooh ria sambil manggut-manggut. Ternyata Ummi tau dari temannya toh.. :O :OO
Yah, pokoknya waktu itu juga saya keturutan minum “susu asli” meskipun ga asli-asli amat. hehehehe…
Dan silahkan teman-teman mencobanya… tapi kalo menurut teman-teman rasanya nggak seperti susu asli yaa.. berarti lidah kita berbeda *emang! :DD* mungkin indra perasa saya nggak beres. tapi katanya Ummi dan adik-adik saya memang rasanya sama persis loh.. :))
Yaudahlah, dibuktiin sendiri aja. biar lebih jelas kenyataannya.. hehehe. makasih udah baca :D
My Notes...
Allâhumma innî nawaitu bissholâti 'alanNabiyyi shallallâhu 'alaihi wa sallama, imtitsâlan li amriK, wa tashdîqon li nabiyyiK, wa machabbatan fîh, wa syauqon ilaih, wa ta'dhîman li qodrih, fa taqobbalhâ minnî bi fadhliKa wa ichsânikK, wa Azil chijâbal ghoflati 'an qolbî, wa qdhi châjâtî wa j'alnî min 'ibâdiKa sshôlichîn.
Yâ sayyidî yâ Rasûlallâh anta bâbullâh wa lam yakun laHû bâbun ghoiruk. Ji;tuka ma'a katsrotid dzunûbi wal 'ishyan. Hâriban min dzunûbî wa dlolamtu nafsî wa sunnatak
(walau annahum idz dlolamû anfusahum jâ;uka fa staghfarullâha wa staghfaro lahumu rRasûlu lawajadullâha tawwâban Rachîma)
(innallâha wa malâ;ikataHu yushollûna 'alannabiyy, yâ ayyuhalladzîna âmanû shollû 'alaihi wa sallimû taslîmâ)
Jazallâhu 'annâ sayyidanâ Muhammadan shallallâhu 'alaihi wa sallama mâ huwa ahluh
Yâ sayyidî yâ Rasûlallâh anta bâbullâh wa lam yakun laHû bâbun ghoiruk. Ji;tuka ma'a katsrotid dzunûbi wal 'ishyan. Hâriban min dzunûbî wa dlolamtu nafsî wa sunnatak
(walau annahum idz dlolamû anfusahum jâ;uka fa staghfarullâha wa staghfaro lahumu rRasûlu lawajadullâha tawwâban Rachîma)
(innallâha wa malâ;ikataHu yushollûna 'alannabiyy, yâ ayyuhalladzîna âmanû shollû 'alaihi wa sallimû taslîmâ)
Jazallâhu 'annâ sayyidanâ Muhammadan shallallâhu 'alaihi wa sallama mâ huwa ahluh
Kriuk Pedas Manis? :DDD
*Sebenerx saya ga tau jajanan ini namax apa. Cz ni jajanan adala hasil eksperimen Umminda -hehe- tcinta. Rasax enak si, gampang pula, jd saya pengen bagi2 resepx hoho*
Bahan:
>kentang 1/4 kg
>minyak goyeng
>4sendok makan saos sambal
>2sendok makan saos tomat
>1sendok makan gula
Cara Membuat:
>kupas kentang, iris tipis memanjang (seukuran batang korek api xD) Rendam dalam air panas. Bentar aja GPL hehe
>goreng kentang smp kering
>panaskan 2sendok minyak goreng, campur saos sambal, saos tomat dan gula. Tumis GPL
>masukkan kentang yg uda di goreng, campur -aduk2- smp merata. Angkat, tiriskan
>sajikan, dg apa aja juga bisa. Yg penting enak hehe. Selamat mencoba!
:DDD
Bahan:
>kentang 1/4 kg
>minyak goyeng
>4sendok makan saos sambal
>2sendok makan saos tomat
>1sendok makan gula
Cara Membuat:
>kupas kentang, iris tipis memanjang (seukuran batang korek api xD) Rendam dalam air panas. Bentar aja GPL hehe
>goreng kentang smp kering
>panaskan 2sendok minyak goreng, campur saos sambal, saos tomat dan gula. Tumis GPL
>masukkan kentang yg uda di goreng, campur -aduk2- smp merata. Angkat, tiriskan
>sajikan, dg apa aja juga bisa. Yg penting enak hehe. Selamat mencoba!
:DDD
Kapan? Kapan
7 november 2010. 06:07
Saya dan si Bontot lagi enak-enaknya dengerin ngaji adzkar yg dibawa langsung oleh Baba. Sambil ngantuk-ngantuk gitu, padahal disitu ada Baba dan Ummi. Hehe *dilarang mencontoh*
Pas nyampe tentang hukumnya anak kecil yg adzan, nggak taunya tiba-tiba Baba cerita.
"biasanya anak kecil tidak bisa jawab pertanyaan kapan."
"saya perhatikan, dulu ketika anak-anak saya masih kecil saya tanya 'sudah makan?' dia bisa menjawab 'sudah' tapi ketika saya tanya 'kapan?' dia pasti menjawab 'kapan'. Semuanya, rata-rata ketika anak saya ditanyai kapan pasti tidak ada yg bisa menjawabnya. Kecuali mengikuti kata-kata 'kapan'.."
Gerr..!
Tawa mbak-mbak santri seketika pecah
Begitu juga saya dan si Bontot. Kok baru tau kami ini kalo punya masa lalu yg begitu aneh hehe
Dan Akhirnya!
Saya tau juga kesamaan identik *ceilah :D* antara saya dan saudara-saudara saya. Yaitu nggak bisa menjawab pertanyaan 'kapan?'
Jadi bila ditanya:
kapan?
Kapan
menjadi jawaban pastinya.. Hehehe
Saya dan si Bontot lagi enak-enaknya dengerin ngaji adzkar yg dibawa langsung oleh Baba. Sambil ngantuk-ngantuk gitu, padahal disitu ada Baba dan Ummi. Hehe *dilarang mencontoh*
Pas nyampe tentang hukumnya anak kecil yg adzan, nggak taunya tiba-tiba Baba cerita.
"biasanya anak kecil tidak bisa jawab pertanyaan kapan."
"saya perhatikan, dulu ketika anak-anak saya masih kecil saya tanya 'sudah makan?' dia bisa menjawab 'sudah' tapi ketika saya tanya 'kapan?' dia pasti menjawab 'kapan'. Semuanya, rata-rata ketika anak saya ditanyai kapan pasti tidak ada yg bisa menjawabnya. Kecuali mengikuti kata-kata 'kapan'.."
Gerr..!
Tawa mbak-mbak santri seketika pecah
Begitu juga saya dan si Bontot. Kok baru tau kami ini kalo punya masa lalu yg begitu aneh hehe
Dan Akhirnya!
Saya tau juga kesamaan identik *ceilah :D* antara saya dan saudara-saudara saya. Yaitu nggak bisa menjawab pertanyaan 'kapan?'
Jadi bila ditanya:
kapan?
Kapan
menjadi jawaban pastinya.. Hehehe
Kamis, 02 Desember 2010
Kaifama Tasir Yasir Abna-uk
Waktu itu saya dan teman-teman lagi belajar nahwu sama Baba. pas waktu itu sampai pada pembahasan amil yang menjazemkan dua fiil mudhori’ yang pertama fiil syarat dan yang kedua fiil jawab. kami sampainya pada amil yang berupa “kaifama.”
Dalam penjelasannya, Baba ngasih contoh: “Kaifama tasir, yasir abna-uk.”
Lalu seperti biasanya, kadang Baba suka ngasih sedikit keterangan dari contohnya, waktu itu juga gitu: “kaifama tasir yasir abna-uk, bagaimana kamu berjalan maka berjalan pula anakmu, kalau kamu seorang dokter, maka anak-anakmu akan menjadi dokter, kalau kamu suka ilmu agama, maka anak-anakmu akan suka ilmu agama pula. jadi, dimana kamu berpijak, disitulah anakmu beranjak.”
Dan pada waktu itu juga, saya dan teman-teman Cuma bisa manggut-manggut aja sambil ketawa cekikian, lucu sih kata-katanya Baba. tapi Alhamdulillah dikasih faham sama Alloh, hehe..
Nah, dari keterangan simple itu saya menyadari satu pelajaran kehidupan –alah :D-. kata-kata Baba “dimana kamu berpijak, disitulah anakmu beranjak.” membuat otak saya muter kanan-kiri, :DD
Setelah berhasil menghentikan pikiran saya yang muter-muter itu, saya manggut-manggut lagi: Oh emang kebanyakannya begitu eee...
Riset membuktikan -hehe-, anaknya dokter jadi dokter juga. yang anaknya pedagang pinter matematika? xD dan sekarang contoh terdekat yang saya temukan: para Kiyai pasti membekali anak-anaknya ilmu agama untuk menjadi penerusnya kelak…
Hmm… ternyata toh. tapi yah, saya juga ngerti sih, anaknya beranjak begitu kadang dari dorongan orang tuanya yang pengen anaknya jadi kayak dia, tapi kadang juga dari hati si anak itu sendiri. “aku pengen kayak ortuku. aku bangga.” gitu deh… seperti apa yang saya rasakan saat ini hehe…
Baba dan Ummi berpijak pada ilmu agama, saya jadi termotivasi untuk menjadi seperti Baba dan Ummi yang alim agama itu. dan saya ingin beranjak dari situ. serius ni, saya pengen banget jadi orang yang alim agamanya :D
***
Sekarang… kita tinggal memilih. mau beranjak dari mana dan membuat pijakan untuk anak-anak kita, atau mau berpijak dimana dan membuat anak-anak kita beranjak dari situ. sama aja. tapi…
-menurut saya pribadi-
Kita berpijak dan beranjak dimana saja oke, asal bagaimanapun kita berpijak dan beranjak tetep untuk menggapai cinta dan ridho Alloh dan RasulNya…
Semoga selama berpijak dan beranjak kita selalu mendapatkan cinta dan ridhoNya. amin
Wabillahittaufiq
Dalam penjelasannya, Baba ngasih contoh: “Kaifama tasir, yasir abna-uk.”
Lalu seperti biasanya, kadang Baba suka ngasih sedikit keterangan dari contohnya, waktu itu juga gitu: “kaifama tasir yasir abna-uk, bagaimana kamu berjalan maka berjalan pula anakmu, kalau kamu seorang dokter, maka anak-anakmu akan menjadi dokter, kalau kamu suka ilmu agama, maka anak-anakmu akan suka ilmu agama pula. jadi, dimana kamu berpijak, disitulah anakmu beranjak.”
Dan pada waktu itu juga, saya dan teman-teman Cuma bisa manggut-manggut aja sambil ketawa cekikian, lucu sih kata-katanya Baba. tapi Alhamdulillah dikasih faham sama Alloh, hehe..
Nah, dari keterangan simple itu saya menyadari satu pelajaran kehidupan –alah :D-. kata-kata Baba “dimana kamu berpijak, disitulah anakmu beranjak.” membuat otak saya muter kanan-kiri, :DD
Setelah berhasil menghentikan pikiran saya yang muter-muter itu, saya manggut-manggut lagi: Oh emang kebanyakannya begitu eee...
Riset membuktikan -hehe-, anaknya dokter jadi dokter juga. yang anaknya pedagang pinter matematika? xD dan sekarang contoh terdekat yang saya temukan: para Kiyai pasti membekali anak-anaknya ilmu agama untuk menjadi penerusnya kelak…
Hmm… ternyata toh. tapi yah, saya juga ngerti sih, anaknya beranjak begitu kadang dari dorongan orang tuanya yang pengen anaknya jadi kayak dia, tapi kadang juga dari hati si anak itu sendiri. “aku pengen kayak ortuku. aku bangga.” gitu deh… seperti apa yang saya rasakan saat ini hehe…
Baba dan Ummi berpijak pada ilmu agama, saya jadi termotivasi untuk menjadi seperti Baba dan Ummi yang alim agama itu. dan saya ingin beranjak dari situ. serius ni, saya pengen banget jadi orang yang alim agamanya :D
***
Sekarang… kita tinggal memilih. mau beranjak dari mana dan membuat pijakan untuk anak-anak kita, atau mau berpijak dimana dan membuat anak-anak kita beranjak dari situ. sama aja. tapi…
-menurut saya pribadi-
Kita berpijak dan beranjak dimana saja oke, asal bagaimanapun kita berpijak dan beranjak tetep untuk menggapai cinta dan ridho Alloh dan RasulNya…
Semoga selama berpijak dan beranjak kita selalu mendapatkan cinta dan ridhoNya. amin
Wabillahittaufiq
Saya Sakit Gitu :D
Ini bukan pengalaman saya. saya nulis catatan ini dari cerita adik saya, si Bontot. mangga dibaca kalau mau hehe :D
***
Jadi, kemarin itu si bontot ngelihat saya yang tidur meringkuk dikamarnya Ummi sehabis subuh. sedang dianya mau hafalan qur’an sama Ummi.
Eh nggak taunya si Bontot bilang dalem hatinya: Aub enak banget tidur. giamana sih? kemaren-kemaren dia bilang kalo aku sama Ta’ Atan tidur abis subuh nggak dimarahin Baba dan dia dimarahin, kok sekarang malah tidur sendiri
Begitu dia menggerutu. tapi pas keluar dia sadar juga, kalo dia nggak boleh punya hati begitu sama kakaknya yang lagi sakit ini. –hehe, tapi alhamdulilah, udah sembuh. udah bisa mencak-mencak sayanya :DD- dia ngelus dada sambil bilang “Astajim,” hehehe..
Hmmm… yaudah, karena merasa sudah beristighfar dengan kata-kata anehnya itu, si Bontot udah nggak punya pikiran aneh-aneh tentang saya yang lagi terkulai lemas –ciyeee :D
Tapi nggak taunya, dia dipanggil Baba. ditanyain dianya:
“mana mbak Lub?”
“tidur, Ba.”
Dan nggak taunya lagi, Baba bilang ke dia:
“mbak Lub tidur, karena mbak Lub sakit.”
Jleggueeeer!!! dor dor dorrr!!!
Si Bontot menganga tak percaya. kok bisa Baba tau pikiranku itu??!!!
Mungkin gitu jerit batinnya. hehehe..
Ya udah. si Bontot Cuma nyengir dan ngeloyor pergi. “oh, Baba… kau begitu tragis membela Aub!”
Ujar si Bontot kesel-kesel nyesel. ngaku sendiri ni ke saya. saya Cuma bisa ngakak sampe sakit lagi perutnya. ironis banget sih, Bon. hehehe…
Akhirnya ya.. si Bontot jernihin lagi pikirannya tentang saya.
Dan dari ceritamu ini Bon, kamu kudu pinter-pinter buat baca keadaan. kamu nggak boleh langsung su-udzon gitu apalagi sama kakakmu sendiri, pas sakit lagi. hehehe…
Ya,, bukan Cuma kamu yang nggak boleh langsung su-udzon sih. tapi semuanya juga, semua orang islam nggak boleh dengan gampangnya bersu-udzon ria. selama perkara itu masih ada tempat untuk husnudzon, maka kita musti pengganti kata su-u menjadi husnu…
Tapi salut masyaAlloh, meskipun awalnya kamu koreksi sama kakak kamu ini tapi setelahnya kamu beristighfar dengan kata-kata anehmu itu. dan cukup menunjukkan kalo kamu udah mulai bisa mengerti mana yang bener dan mana yang salah. kamu beristighfar karena kamu ngerasa salah kan udah punya hati gitu sama Aub? duh Aub terharu niii, hiks T-T :D xDDD
Yaaah… Well, Bon. kamu selamanya adalah adik kecil keenam kakak-kakak kamu. tapi kamu bisa menjadi adik kecil yang dewasa. semangat yaaaaa.. luph yu emmuah :* :* :** (ni mencium tanda cinta bukan metot tanda benci. hehe :DDD xD xD
***
Jadi, kemarin itu si bontot ngelihat saya yang tidur meringkuk dikamarnya Ummi sehabis subuh. sedang dianya mau hafalan qur’an sama Ummi.
Eh nggak taunya si Bontot bilang dalem hatinya: Aub enak banget tidur. giamana sih? kemaren-kemaren dia bilang kalo aku sama Ta’ Atan tidur abis subuh nggak dimarahin Baba dan dia dimarahin, kok sekarang malah tidur sendiri
Begitu dia menggerutu. tapi pas keluar dia sadar juga, kalo dia nggak boleh punya hati begitu sama kakaknya yang lagi sakit ini. –hehe, tapi alhamdulilah, udah sembuh. udah bisa mencak-mencak sayanya :DD- dia ngelus dada sambil bilang “Astajim,” hehehe..
Hmmm… yaudah, karena merasa sudah beristighfar dengan kata-kata anehnya itu, si Bontot udah nggak punya pikiran aneh-aneh tentang saya yang lagi terkulai lemas –ciyeee :D
Tapi nggak taunya, dia dipanggil Baba. ditanyain dianya:
“mana mbak Lub?”
“tidur, Ba.”
Dan nggak taunya lagi, Baba bilang ke dia:
“mbak Lub tidur, karena mbak Lub sakit.”
Jleggueeeer!!! dor dor dorrr!!!
Si Bontot menganga tak percaya. kok bisa Baba tau pikiranku itu??!!!
Mungkin gitu jerit batinnya. hehehe..
Ya udah. si Bontot Cuma nyengir dan ngeloyor pergi. “oh, Baba… kau begitu tragis membela Aub!”
Ujar si Bontot kesel-kesel nyesel. ngaku sendiri ni ke saya. saya Cuma bisa ngakak sampe sakit lagi perutnya. ironis banget sih, Bon. hehehe…
Akhirnya ya.. si Bontot jernihin lagi pikirannya tentang saya.
Dan dari ceritamu ini Bon, kamu kudu pinter-pinter buat baca keadaan. kamu nggak boleh langsung su-udzon gitu apalagi sama kakakmu sendiri, pas sakit lagi. hehehe…
Ya,, bukan Cuma kamu yang nggak boleh langsung su-udzon sih. tapi semuanya juga, semua orang islam nggak boleh dengan gampangnya bersu-udzon ria. selama perkara itu masih ada tempat untuk husnudzon, maka kita musti pengganti kata su-u menjadi husnu…
Tapi salut masyaAlloh, meskipun awalnya kamu koreksi sama kakak kamu ini tapi setelahnya kamu beristighfar dengan kata-kata anehmu itu. dan cukup menunjukkan kalo kamu udah mulai bisa mengerti mana yang bener dan mana yang salah. kamu beristighfar karena kamu ngerasa salah kan udah punya hati gitu sama Aub? duh Aub terharu niii, hiks T-T :D xDDD
Yaaah… Well, Bon. kamu selamanya adalah adik kecil keenam kakak-kakak kamu. tapi kamu bisa menjadi adik kecil yang dewasa. semangat yaaaaa.. luph yu emmuah :* :* :** (ni mencium tanda cinta bukan metot tanda benci. hehe :DDD xD xD
Langganan:
Postingan (Atom)