Senin, 24 Januari 2011

Mata 2

Masih mengenai tentang mata..

Ternyata kalau kita pikir sekali lagi, semuanya di mulai dari mata..

Dengan mata kita bisa melihat kebesaran Allah

Dengan mata kita bisa menjangkau semua pengetahuan

Dengan mata kita bisa mempelajari segala macam ilmu

Dengan mata kita bisa membaca situasi dan keadaan

Dengan mata kita bisa mengatasi suatu persoalan

Dengan mata kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang kita lihat

Dengan mata kita bisa berfikir kepada makhluq Allah yang mendatangkan kita percaya bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Kuasa dan Maha Segalanya

Mungkin lebih tepat lagi kalau dikatakan dengan akal dan pikiran kita bisa...

Tapi bagaimana mungkin akal dan pikiran kita bisa berjalan tanpa melihat terlebih dahulu?

Fa'tabiruu yaa ulil abshoor.. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (QS. 59:02)

Kacamata, Mata dan Saya

Saya mulai memakai kacamata saat usia saya menginjak 11 tahun. Dan ternyata, kacamata itu betah hidup bersama saya hingga kini..

Jika tidak memakai kacamata, saya tidak bisa melihat jelas apa-apa yang ada di depan saya. Bahkan buram. Dan saya harus memicingkan mata terlebih dahulu jika ingin memperjelas apa yang saya lihat itu. Kadang berhasil, tapi sering tidaknya..

***

Suatu hari, saya mencuci tangan di kamar mandi.

Setelah saya selesai mencuci tangan dan berada di ambang pintu, saya sangat terkejut dan tiba-tiba merasakan suatu kegembiraan yang tiada tara.

Bayangkan saja! Saya bisa melihat pintu dapur yang berada sekitar 15m di depan kamar mandi dengan jelas dan tanpa buram sedikitpun! Padahal biasanya jarak 2m saja saya tidak kelihatan tanpa memakai kacamata!

Saya senang sekali. Itu artinya mata saya sudah sembuh, buktinya saya melihat pintu dapur dengan jelas dan tidak buram tanpa memakai kacamata!

Namun sebentar kemudian, saya terkejut lagi, oleh tangan yang tersentuh suatu benda panjang di belakang telinga.. Oh! Ternyata saya belum sembuh tapi saya lupa kalau sedang memakai kacamata!

Seketika itu juga saya merasa sangat lemas. Bayang-bayang kacamata yang tergeletak tanpa saya pakai lagi perlahan-lahan mulai menghilang.

Ah, saya sempat merasa sedih. Tapi saya tahu, saya ini manusia. Saya makhluq yang di beri akal oleh Allah. Saya mencoba untuk berpikir dan merenung..

***

Teringat jelas di benak saya, seorang hamba yang tidak mau masuk surga karena rahmat Allah, bahkan hanya mau masuk surga karena ibadahnya yang selama 500 tahun di puncak gunung.

Hingga akhirnya Allah memerintah Malaikat untuk menimbang berat manakah antara ni'mat Allah dan ibadah selama 500 tahun itu.

Malaikat pun menimbang ibadah 500 tahun itu dengan ni'mat mata yang telah di berikan oleh Allah kepada sang hamba.

Dan ternyata, ibadah yang sangat lama itu tak ada apa-apanya dengan ni'mat sebuah mata. Ya,, ni'mat mata itu lebih berat timbangannya daripada ibadah 500 tahun.

Ketika Allah memerintahkan Malaikat untuk memasukkan hamba itu ke neraka, hamba itu menolak dan dia pun mengakui bahwa ia masuk surga karena rahmat Allah, bukan karena ibadahnya..

Pada akhir hadits, Malaikat Jibril yang membawakan wahyu kepada Rasulullah berkata: wahai Muhammad, sesungguhnya segala sesuatu itu atas rahmatNya.

***

Saya tertegun, lama..

Benar! Ya, shadaqallah wa shadaqarrasul, Allah dan Rasul benar!

Dengan mata yang memakai alat bantu saya bisa benar-benar merasakan betapa besar ni'mat Allah tersebut.

Sedikit kesalahan kecil saja, membuatnya tak secerah dan sebaik dulu lagi. Benar-benar, besar sekali ni'mat-ni'mat Allah yang telah di anugerahkan kepada saya, kepada kita semua, hamba-hambaNya..

Tak seharusnya saya merasa sedih atas mata yang tak sebaik dulu lagi. Tidak. Karena segala sesuatu itu atas RahmatNya, rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang!

Toh, mata saya sedikit bermasalah bukan karena Allah tidak adil kepada saya, bukan karena Allah dzalim kepada saya. Tapi saya sendirilah, saya sendirilah yang telah membuat mata saya mempunyai masalah.

Sekali lagi, saya adalah manusia yang berakal. Allah memberi saya akal agar saya bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Jadi, saat mata saya itu bermasalah, itu adalah akibat dari kesalahan perbuatan saya sendiri.

Dan lagi, jika saya menoleh kebelakang, banyak orang yang tidak seberuntung saya yang memakai kacamata ini. Benar-benar, segala sesuatu atas rahmatNya!

Alhamdulillah, alhamdulillah ala kulli haal! Segala puji bagiMu bagaimanapun keadaannya, wahai Dzat yang Maha Memberi. Terimakasih atas ni'mat yang telah Engkau berikan kepada hamba. Maafkanlah hamba yang belum bisa menjaga ni'mat yang telah Engkau berikan. Dan berilah kekuatan pada hamba untuk selalu bisa mensyukuri dan menggunakan ni'matMu sebaik-baiknya..

Alhasil, kesehatan adalah ni'mat yang paling utama. Sedikit masalah pada kesehatan mata membuat semuanya menjadi repot.

Fa bi ayyi aalaa-i Robbikuma tukadzdzibaan? Maka ni'mat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

Semoga kita bisa menjadi hamba yang selalu bisa menjaga ni'matNya dan selalu bisa bersyukur kepadaNya. Amiin

Wabillahittaufiq :)

Jihad :))

Hai

Apa kabar, kawanku?

Aku datang dengan membawa kata-kata penggugah semangat yang sangat berharga.

Coba dengarkan kata-kata itu,

Dan pusatkan pikiranmu hanya untuknya:

***

Lihatlah Rasulullah yang berjuang mati-matian dalam menegakkan Islam. Lihatlah perjuangan Beliau yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Lihatlah perjuangan Beliau yang tak mengenal lelah. Lihatlah Beliau yang gigih dalam berjuang. Dan lihatlah,, hasil perjuangan mulya Beliau yang Gagah Berani ini

Tapi, kenapa kita yang tinggal meni'mati manisnya hasil perjuangan Beliau itu saja bermalas-malasan bahkan loyo? Kenapa kita tidak belajar dengan sungguh-sungguh? Kenapa kita tidak lebih mendalami lagi ilmu agama kita? Itu juga merupakan sebuah perjuangan, bukan? Apakah perjuangan Rasulullah hanya sebatas peperangan? Tidak! Perjuangan beliau juga mengajarkan agama. Dan inilah jihad!

Ayolaaaah... Jangan permalukan Islam. Islam tidak malas dan tidak loyo. Islam selalu giat dan penuh semangat. Islam hidup bersama ilmu. Bangkitkan Islam. Semarakkan Islam. Jangan rusak Islam dengan kelakuan buruk kita yang tak mengenal ilmu!

Kita adalah ummat Beliau, dan cukup bagi kita, Beliau sebagai panutan dan teladan terbaik dari yang terbaik..

***

Bagaimana? Apakah hatimu tergerak setelah mendengar kata-kata itu?

Kalau hatiku.. Ia menangis, kawan. Saat mendengar kata-kata itu dari orang yang teramat sangat ku cintai hatiku menangis. Hatiku sangat malu. Dan hatiku ingin berubah..

Oh ya! Bagaimana jika kita mulai bangkit bersama-sama? Dengan begitu kita bisa saling bantu-membantu dan saling dukung-mendukung..

Jangan lupakan aku dan jangan biarkan aku lebih lama dalam lubang pembawa sesal, kawan..

Kita Harus Karena..

Tatkala Rasulullah adalah sebaik-baik Rasul, maka begitu juga dengan ummatnya.

Dan tatkala sang ummat menjadi ummat yang terbaik, maka memperbanyak bacaan shalawat adalah suatu keharusan atasnya.

(Terimakasih ya Robb, telah Engkau jadikan kami ummat dari Rasulullah Muhammad..
Maafkan kami wahai Rasulullah, bila ucapan terimakasih kami melalui bacaan shalawat hanya sedikit dan tak bisa menjadi pembalas jasa-jasamu..)

Rabu, 19 Januari 2011

Renungan 2

Kita adalah manusia yang berlumur dosa..

Sedangkan Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Suci

Apakah kita tidak malu jika langsung menghadap kepadanya?

Sedangkan beginilah keadaan kita, berlumur dan dalam kubangan dosa..

Mengapa kita tidak meminta tolong kepada Seorang yang Suci untuk menghadap kepada Yang Maha Suci?

Ya Rasul.. Dengan kesucianmu, mohonkanlah pengampunan kepada Yang Maha Suci untuk kami..

Ya Robbu, dengan KekasihMu yang suci, Ampuni dan Maafkanlah dosa-dosa kami..

Jadikanlah kami orang suci beserta beliau-beliau yang selalu mensucikan diri

Soto, Rawon dan Lain-lain

Pagi hari selepas shubuh

Saya langsung ke kamar Baba untuk mencium tangan beliau.

Setelah saya cium, Baba bertanya.

Baba: mana Ummi?
Saya: di dapur Ba
Baba: kenapa?
Saya: lihat mbak-mbak masak
Baba: ck, ente perempuan kok nggak mencontoh Ummi. Suf Ummi setiap hari memperhatikan mbak-mbak dan mengajari. Ente?
Saya: hehe..
Baba: ente apa bisa masak?
Saya: ehe, belum Ba..
Baba: ente.. Suf Baba! Baba bisa, soto, rawon, sop, sayur asem, sayur bayam dan lain-lain!
Saya: hah?! Baba bisa buat soto, rawon dan lain-lain itu?!
Baba: tidak
Saya: loh... Katanya bisa?!
Baba: Baba apa bilang bisa buat to? Baba cuma bilang bisa
Saya: jadi maksudnya bisa?
Baba: ya bisa memakannya..

Saya melongo tidak percaya. Baba tertawa melihat saya kena di kerjai

"yaaaah..! Kalo gitu ya saya juga bisa Ba!"

saya pun meninggalkan kamar Baba sedangkan Baba masih dalam tawanya..

Bukan Pacarku 2

Beberapa taun yang lalu, sebelum kakak ketiga saya berangkat ke makkah..

Saya lagi lihat acara di TV sambil tiduran. Posisi saya waktu itu ada di samping kursi, jadi kalo noleh ke kiri kepala udah nampang di kolong kursi tersebut. Hehe..

Waktu itu juga, ada temen-temennya bontot yang lagi main ke rumah.

Mereka rame di dapur. Ma'lum ya, masih piyek. Jadi gitu deh, suka rame. Hehehe... Padahal saya sedikit terganggu -weleh ga nyambung :D-

Kembali ke pembicaraan awal.

Pas lagi serius-seriusnya liat acara di TV -tapi saya lupa acara apa itu, lagian ga penting ah :D- tiba-tiba kakak saya yang ketiga itu duduk di kursi yang ada di samping saya. Emang pada dasarnya dia itu orang ga jelas :D, tangannya menggelantung-gelantung. Siku-sikunya nempel di atas punggung kursi panjang ruang tamu putri rumah saya itu -walah-

Karena tu orang bongsor, tangannya jadi hampir ngenain muka saya. Cuma hampir, ga sampe kena. Soale saya ga ngerasain apa-apa hehe :D

Eh, pas ada adegan gejenya kakak saya gitu tiba-tiba temen-temen si bontot yang pada reseh masuk ke ruang tamu. Otomatis mereka ngeliat saya dan kakak saya.

Nggak taunya mereka berteriak dan cepet-cepet lari.

Saya dan kakak saya mah diem aja. Peduli amat ama tuyul-tuyul reseh itu :DDDDD

Pas sore harinya, selepas bontot pulang dari mengaji, dia cerita ke saya dan kakak ketiga, yang ngebuat kami ketawa ngakak, geli bok.

Gimana enggak ketawa ngakak coba. Pasalnya, tu temen-temen si bontot ngirain kalo kakak saya itu PACAR saya...

Weuuuuhh.. Gila banget kan?! Masa kakak saya dikira pacarnya saya sih?? Ga banget

Dan ternyata tu alasannya sepele: mereka belum pernah tau wajah kakak ketiga itu.. Jadi langsung aja mereka ngira kalo kakak ketiga itu pacarnya saya..

Bheeee... Ada-ada aja deh, nak :D

Dari kejadian ini saya ngambil pelajaran, kalo kita ga boleh gampang-gampang negative thinking, ga boleh langsung suudzon

Toh, selama perkara itu bisa dibelokkan pada kebaikan dan kebenaran, maka kita harus belok kesitu

Lagian apa gunanya negative thinking, suudzon kepada orang lain kalo kita nggak tau kejadian sebenernya.

Baiklah kalo emang suudzon kita itu sesuai dengan kenyataan. Nah kalo enggak? Weh, kita bisa dosa..

Yah, dengan nggak suudzon bisa melatih hati menjadi bersih dan lebih bisa berhati-hati dalam melihat suatu perkara..

Semoga kita tidak dijadikan orang yang suudzon dan semoga kita selalu mempunyai hati dan pikiran yang bersih..

Wabillahittaufiq :)

P.S:
Sebenernya ni catatan udah pernah saya tulis. Cuma karena waktu itu hanya sekedar iseng saja. dan sekarang,.. Semoga bermanfaat :)

Renungan

Tsunami terjadi karena geseran lempengan bumi.

Sudah?

Sudahkah?

Hei! Apa tidak ada terusannya? Apa hanya sampai disitu kita berpikir?

Lalu siapakah yang menggerakkan dan menggeser lempengan-lempengan bumi itu?

Apakah aku?
Kamu?
Mereka?

Bukan! Tentu saja bukan kita yang menggerakkan dan menggesernya. Sama sekali bukan.

Tapi Ia. Ia yang menggerakkan dan menggeserkannya

Dan itu bukan sekedar fenomena alam, bukan sekedar bencana alam. Melainkan sebuah peringatan besar untuk kita.

Lihatlah, laut yang sebesar itu Ia gerakkan dengan mudah. Ia hempaskan dengan mudah. Ia membuat dataran bumi yang luas ini menjadi porak poranda.

Lalu bagaimana dengan kita? Kita hanya seorang makhluq yang kecil.

Lakholqussamaawati wal ardhi akbaru min kholqinnas.. (QS. Almu'min/Alghofir: 57) Sungguh, penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia.

Apakah kita hanya akan diam melihat semua ini? Apakah tidak ada yang bisa kita lakukan?

Tidak, tidak, tidak. Tentu saja tidak. Kita tidak boleh tinggal diam dan berdiam diri tanpa melakukan apa-apa.

Kita bisa mendekatkan diri kepadaNya, kita bisa kembali kepadaNya. Dan hanya itulah yang kita bisa.

Mari kita lihat lagi, saat terjadi tsunami, apakah hanya orang-orang nakal yang menjadi korban? Tidak. Yang menjadi korban adalah mereka dan orang-orang shalih kita.

Jadi, akankah kita hanya diam dalam keterpurukan? Akankah kita hanya menangis sedih?

Tidak! Kita tidak boleh seperti itu. Kita harus bangkit, dan kembali kepadaNya agar Ia tak memperingatkan kita lagi dengan peringatan semacam itu..

Allah..
Maafkanlah kami..
Maafkanlah kami yang telah lalai dan mengabaikanMu..
Sekali-kali kami hanyalah hambaMu yang lemah.
Kasih dan Sayangilah kami, di dunia dan akhirat nanti..

Wabillahittaufiq :)

Sebuah Pengakuan :D

Jadi begini sodara-sodara,..
Pada tau kan kalo saya punya kakak pertama? *hehehe*

Selama ini saya itu selalu menganggap dia orang yang bawel, suka buat perkara, nyebelin dan selalu mengatur-atur saya seenaknya saja *huahaha pissss :Dv*

Kadang saya gemeeees banget sama tu orang. Kok ada-ada aja sih ulahnya?! Yang nyuruh saya gini lah, gitu lah.. Walah. Saya sampe mangkel banget sama dia hehe

Tapi sebenernya saya itu sayang banget sama dia, kangen banget sama dia.. Pokoknya pengen cepetan kumpul lagi. Aduh pasti seneng banget kalo dia dirumaH. Pasti rameh deh *sebuah rayuan -tidak- gombal :DDD*

Suatu hari, tepatnya tanggal 12 januari 2011, saya nangis-nangis dirumah. Bayangkan! Saya musti masuk kelas *kasarannya ngajar* dan bawain pelajaran yang belum pernah saya pelajari sebelumnya! Sama sekali belum!!

Saya nggak faham sama tu pelajaran. Huh, mbulet banget deh. Mana dalem ati ini udah keduluan rasa enggan dan nggak mau masuk kelas lagi, ditambah males, jadi semakin bertumpuk-tumpuk ketidak fahaman saya itu.

Saya mau nanya Baba, eh Baba muthola'ah sendiri. Mau tanya Ummi, eh Umminya ngaji. Mau tanya kakak saya, eh dianya malah nggak serius! Mau tanya adik-adik saya?? Huaaaah nggak banget! Mana ngerti mereka? *hehe*

Saya nangis-nangis gitu. Sampe si bontot terbengong-bengong melihat saya. Heran kali ya punya kakak yang nggak ada dewasa-dewasanya sama sekali macam saya ini? *wkwkwkwkwkw*

Akhirnya saya milih ngambil hape. Saya sms kakak pertama saya itu. Yah, katakan sebuah pelarian :D

Saya harap-harap cemas semoga kakak saya balas sms saya. Dan ternyata dia emang balas sms saya!

Huah, saya lega banget. Tapi seketika itu juga saya terdiam. Dalam balasan itu, dia berkata "bingung soal apa? Ceritakan."

Saya nggak tau. Tiba-tiba saja balasan itu begitu berharga buat saya. Hati saya seketika ayem.. Ah, balasan sederhana. Tapi menunjukkan perhatiannya pada saya.. *hiks, saya terharu deh. Makasih yo ca'Al :**

Setelah itu saya nerusin smsan sama ca'Al. Tapi akhirnya saya minta buat chatting aja, yah biar ga mahal-mahal amat :DD

Udah deh, selanjutnya ca'Al ngajarin saya lewat chatting. Hmm.. Inilah gunanya hape, bisa buat belajar jarak jauh. Dunia yang termasuk akhirat :DD

Setelah selesai belajar, ca'Al pamit buat tidur, hadduuuuuhh.. Ternyata dia masih bela-belain ngajarin saya meskipun udah waktunya dia tidur. Hiks.. Saya semakin terharunya aja.. u,u

Ah.. Ternyata meskipun dia reseh dan sering buat ulah dia tetap baik dan perhatian sama adiknya. Termasuk ulah demi ulah yang dia buat..

Makasih banget ya ca'Al,.. Udah baik hati sama adiknya yang rewel ini hehe. Jadi luv u full deh :DD

Pokoknya makasih beribu makasih. Saya tau ca'Al melakukan sesuatu pasti untuk kebaikan bersama.. Jazakumullah ahsanal jaza', syukriya awi awi yo ca'Al. Emmmmuuuuuaaaaaachh :****

P.S: tapi bukan artinya saya akan mau di suruh ngapain aja wahahaha xD xD :DDDDDDDDDDDD

Sal' and Sulay'

Dulu, ketika khol (om) saya datang dari makkah (tahun 2008), saya diberinya beberapa kitab.

Salah satunya kitab bernama Dzikra minal Madinah Almunawwarah (Memories of the Luminous City, Dr. Khalid Mohammed Hamid)

Weuu, tentu aja saya seneng banget ya. Kitab itu (sesuai judulnya) nerangin semua tentang Madinah. Mulai dari Madina as seen from the Syrian gate 1907 C.E sampe yang namanya Ali's wells.

Ya.. Pokoknya Contentsnya gini:
The Merits of the Illumined City
The Prophets's Mosque
The Mosques of Madina
The Mountains of Madina
The Valleys of Madina
Important Places in Madina

Disertai hadits dan gambar-gambarnya pula. Gimana saya nggak seneng banget coba? Itung-itung buat obat rindu dan sebagai harapan:

Hari ini aku melihatnya lewat kitab, semoga suatu saat aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.. Amin bijahi Sayyidil Mursalin :)

Nah, pas suatu hari ni, saya kembali ngeliat-liat kitab entu. Kali ini saya liatnya sama kakak saya (udah jelas kakak yang mana, cz kakak pertama dan ketiga ada di makkah, sedang kakak kedua ikut suaminya. Jelas kan kalo itu kakak saya yang Muhammad Hasan Alchodlir hehehe.. :D)

Posisinya, saya ada di depan halaman 98, kakak saya di depan halaman 99.

Kakak saya bilang "ni Jabal Sal', Lu."

Hah? Tentu saja saya kaget. Sal'? Sal' dari mana? Jelas-jelas Jabal Sulay' gini!

"loh, ini jabal Sulay' ca' Muuuh..!"
"jabal Sal', ah!"
"Sulay'!"

Saya dan kakak sempat eyel-eyelan gara-gara nama jabal itu. Saya pikir kakak saya itu bodoh, jelas-jelas Sulay', ada ya'nya kok ya'nya nggak di baca! Malah jadinya Sal', bodoh banget kan?

"kamu lihat mana sih? Ini ni! Jabal Sal'!" kakak saya nunjuk gambar dan tulisan di halaman 98. Saya nggak mau kalah,

"lha ini jabal Sulay'!" ujar saya sambil nunjuk gambar dan tulisan di halaman 99.

Seketika saya dan kakak terdiam.

Saya pun memberanikan diri melihat halaman yang ada di depan saya sendiri, dan kakak juga sebaliknya.

Kami masih terdiam.

Sesaat kemudian tawa kami pun pecah. Ngakak deh!

Ternyata saya ngeliat halaman yang ada di depan kakak saya, yaitu halaman 99 tentang jabal Sulay' sedangkan kakak saya melihat halaman 98 tentang jabal Sal' yang ada di depan saya...

Owalah...! Gitu! Ternyata baik saya atopun si kakak sama-sama nggak ngeliat halaman yang ada di depannya masing-masing!

Emang setel ni kakak adek, ada halaman di depannya kok malah ngeliat halaman yang laen.
Pantes aja jadinya ngeyel! :DDDD

19 = 40

Saya pernah ngalamin suatu kejadian lucu *padahal kebanyakan yang ditulis juga kejadian lucu --"*

Hmm.. Kira-kira, ketika usia kakak saya yang ketiga *si Asheeq Mustafa ato yang kerap saya panggil Camat :D* 19 taun. *Brati saya 13 taun*

Asal tau aja, tu kakak saya dalam usia segitu uda tumbuh jenggotnya. Kayaknya brewoknya juga uda tumbuh deh *lupa*

Suatu hari, saya musti periksa mata ke rumah sakit Undaan Surabaya. Saya di temani Camat *yang juga punya masalah di matanya* dan sepupu kami. Namanya Nu'man

Nu'man ini usianya sama kayak Camat. Tapi dia masih kinyis-kinyis. Pokoke Camat jadi keliatan lebih tua daripada Nu'man. Padahal si Nu'man lahir di bulan sekitar april situ, sedang si Camat di bulan desember. Tapi sama-sama taun 1987

Waktu itu, saya di panggil duluan. Saya di temenin sama Nu'man

Saya sama Nu'man cuma duduk-duduk aja nunggu panggilan berikutnya. E nggak taunya si Camat uda dateng, dia duduk di samping saya.

Disitu, Camat juga duduk di sampingnya bapak-bapak. Karena emang pada dasarnya Camat itu orangnya bawel *mungkin lebih tepatnya supel :D*, dia kenalan sama bapak itu.

Saya dan Nu'man cuma diam nggak meduliin mereka. Mending nunggu panggilan selanjutnya aja.

Tapi pada akhirnya saya dan Nu'man dengerin juga pembicaraan mereka bedua. Akrab banget sih..

Sampe si bapak tanya ke Camat,

"usianya berapa mas?"
"ehmm.. Menurut bapak berapa?"
"nggak jauh di bawah saya."
"emang bapak usianya berapa?"

Bapak berseragam dinas itu tersenyum simpul, lalu dengan polos dan tanpa dosa, bapak itu menjawab, "empat puluh,"

Duweeeengg...!
Seketika saya, Nu'man dan Camat menganga tak percaya.

Whaaat?! Empat puluh?!

Saya dan Nu'man saling pandang. Mata kami menyipit, pipi kami menggelembung, dan "huahahahahahahaha...!!!" meledaklah bom tawa kami bedua..

Gila bangeeeeet..?! 19 kayak nggak jauh dari 40?! Huahahahahahaha... xD xDDD

Camat cuma mesam-mesem aja, kecut banget senyumnya. Saya sama Nu'man terpingkal-pingkal menyaksikan kenyataan yang begitu tragis :0 :D

Sedangkan si bapak, hanya tersenyum dengan muka nggak ngerti apa-apa *sebenernya mau di tulis dengan muka culun, tapi nggak tega sama bapaknya. Hehehe...*

Jumat, 14 Januari 2011

Oh, Nggak Penting!

Parengan, 16 januari 1993. Kamis pahing, 23.00

“oweee..! oweee….!!”

Itu adalah kata pertamaku yang sukses ku teriakkan begitu aku positif keluar dari rahim Ibuku. Horeee aku udah bisa berkata!!! ehe..

Iyyap, tepat pada tanggal, bulan, tahun, hari dan jam itu aku dilahirkan ke dunia ini dengan selamat sehat wal afiyat. Berat 3 kilo, panjangnya lupa. Kalo sekarang sih, 159 cm. Wikikiikikii…

Hufft… baiklah. Kita sudahi saja topic yang tidak perlu dibicarakan ini. Hehe..

***

Hai, Assalamualaikum… perkenalkan, aku Lulü Ilue (bukan nama sebenarnya wkwkwkwkw.. Lulü itu panggilanku, Ilue juga panggilanku. Digabung jadi Lulü Ilue, jadi sebetulnya masih tetep nama sebenarnya ya hehe). Anak ke 5 dari 7 bersaudara, sesuai dengan kenyataannya, karena ini emang kisah nyata hihihihi..

Aku terlahir dari keluarga yang biasanya memberi pengajian di desa-desa. Penduduk desa memanggil Ayahku Ustadz, sedang aku dan saudara-saudaraku memanggil beliau dengan sebutan Baba. Banyak yang heran sih, mengapa Baba, bukan Abah? Hmmm… ceritanya panjang. Gak muat kalo di ceritain disini. Dan Ibuku, semuanya sepakat memanggil beliau Ummi. Yaaah… ada juga segelintir yang enggak sih. Hehehehe…
Ah, topic yang juga ga penting. Singkat cerita, Ayah dan Ibuku mempunyai sebuah pesantren. Nyambung ga sih? Hehehehe…

Pesantren Ayah dan Ibuku ini pesantren salaf. Murni salaf. Hanya mengaji dan mengaji, tanpa sekolah formal. Kata Ayahku sih, para santrinya mau dibawa ke kuburan, jadi nggak usah sekolah formal untuk mendapatkan ijaza. Toh, kuburan menerima semua orang tanpa melihat ijazanya terlebih dahulu kok. Masuk kuburan juga nggak ngasih syarat buat punya ijaza. Wehehehe… hahahaha

Pesantren salaf Ayahku ini mengaji kitab-kitab ulama dahulu, seperti kitab karya Imam Muhammad bin Isma’il Albukhari, Imam Athaillah Assakandari, Imam Abdullah bin Alawy Alhaddad.. dan banyak juga mengkaji kitab karya ulama sekarang. Misal kitabnya Syaikh Said Romadhon Buthi, atau Syaikh Ali Asshobuni, dan yang pasti adalah kitab-kitab karya Guru Besar kami: Prof. Dr. Assayyid Alhabib Abuya Muhammad bin Alawy Almaliky Alhasany, rahimahullah wa nawwara dhorihah.

Di pesantren ini Ayahku benar-benar ingin menjadikan santrinya sebagai seorang yang alim agama, bukan hanya mengerti saja, tapi juga mengamalkan dan menyebarkannya. Karena itu, pesantren Ayahku menjadi pesantren kitab, bukan pesantren khusus Alqur’an saja.

Kendati demikian… Ayah dan Ibuku menerima setiap santri yang ingin menghafal Alqur’an. Namun tetap harus mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Dan Alhamdulillah ala taufiqih, semuanya bisa dilewati dengan mudah.

Pernah sih, suatu hari ada yang bilang kalau pesantren Ayahku ini jelek, gara-gara yang didahulukan santrinya hanyalah kitab dan wirid, bukan Alqur’an. Ayahku Cuma senyum aja, beliau menanggapinya dengan kata-kata: Ala bidzikrillah tathmainnul qulub, ingat, dengan berdzikir hati akan tenang. Karen itu, disini mendahulukan wiridnya agar hati tidak goncang dan lebih dekat pada Allah. Lalu untuk mengerti serta mengamalkan Alqur’an terlebih dahulu harus belajar. dengan bahasa arab ia bisa mengerti alqur’an, dengan tafsir ia bisa memahami alqur’an, dengan fiqih, tajwid, tauhid, akhlaq dan hadits, ia bisa mengamalkan Alqur’an

Hmm..!! kok kayaknya aku malah promosi pesantren Ayahku yah? Ah nggak papa deh..

Sekalian aja, kalo teman-teman mau silahkan kemari. Disini makannya pake sayur, tahu tempe, ikan.. kadang-kadang juga ayam loh. Bayarnya juga Cuma 90an. Hihihihi… walah apa maksudnya ni ehe..

Tapi dari jawaban Ayahku diatas, bukan berarti kalo kami memandang sebelah mata pesantren Alqur’an, bukan! Bukan berarti juga santri dari pesantren Alqur’an nggak bisa mengerti artinya, memahami ma’nanya dan mengamalkannya. Cuma, santrinya Ayahku kan masih kecil-kecil, jadi butuh belajar yang lainnya dulu sebelum langsung terjun pada Alqur’an. Gitu

Baiklah, kita tinggalkan lagi topic yang nggak penting. Tapi kalau menengok kebelakang, rasanya semakin banyak aja topic nggak penting ditulisan ini? Hehehehe..

Hmm… yaudahlah, daripada semakin banyak topic yang nggak penting lagi mending aku akhiri aja tulisan nggak penting ini. Udah ya, daaaa….

***

Sedikit cerita:

Aku nggak tau, kapan aku nulis tulisan ini. Tiba-tiba aja udah ada di Local Disk (D:) nya laptop aku. Aku juga nggak tau, dalam rangka apa aku nulis tulisan ini. Buat apa dan mau di apain. Bener-bener nggak jelas deh tulisanu ini dan yang pasti nggak penting.

Tapi daripada nganggur akhirnya aku putusin buat aku posting aja. Eman bok, capek-capek nulis ditinggal gitu aja. Kan mending di posting, itung-itung buat hiburan dan pengembangan senyum. Hehehehehe..

Oh, lagi-lagi nggak penting!

Selasa, 04 Januari 2011

Just for My Best Friend: Soraya Isfandiary

Senin, 14 februari 2011, 10.50



Ku jatuhkan badanku di atas tempat tidur, melepas lelah yang sangat setelah memandu acara tahunan di pesantrenku.



Aah.. Aku ingin istirahat sejenak sebelum acara selanjutnya di mulai lagi, sambil meni'mati makanan ringan bersama adik.



Kami bercanda, membicarakan kelucuan teman-teman saat acara tadi



Tapi tetap saja aku lelah. Padahal acaranya hanya berlangsung sekitar 3 jam. Tapi entahlah, aku tak tahu mengapa aku lelah. Mungkin karena acaranya berlangsung sejak kemarin pagi hingga larut malam.



Tiba-tiba, kakakku masuk dengan membawa bingkisan. Aku mengernyitkan dahi.. Apa itu?



"lihat dari siapa," ujar kakak seraya memperlihatkanku nama pengirimnya.



Aku terbelalak. Oh, Allah! Itu nama sahabat baikku!



Ya, dengan jelas ku baca nama yang tak asing lagi bagiku, nama seorang yang menjadi sahabat baik: Soraya Isfandiary!



Ku ambil bingkisan itu dari tangan kakak dengan dada berdegup kencang. Seketika itu juga, kelelahanku menghilang entah kemana. Aku tak lagi lelah begitu melihat nama pengirim bingkisan itu



Ku buka bingkisan dari Soraya dengan hati menangis. Aku bahkan lupa apakah 25 september kemarin aku mengiriminya kado atau tidak. Ah,, sahabatku, maafkan aku bukan sahabat yang baik



"ayo, buruan telpon dia." ujar kakak. Seketika aku diam.. Pulsaku??



Ah, segera saja aku mengisi pulsa. Namun hatiku resah setelah itu, hampir 10 menit pulsaku tak kunjung masuk. Allah..



11.15, pulsaku pun akhirnya masuk juga. Dengan hati berkecamuk antara malu dan senang ku tekan tombol hijau pada nama kontak Aya Isfandiary.



Lama, aku terdiam menunggu panggilanku terangkat. Namun ternyata tak ada jawaban. Mungkin sahabatku sedang sekolah..



Akhirnya, ku putuskan untuk mengirim SMS. Tapi dalam hati aku ingin menelponnya nanti, saat ia senggang. Ingin ku ucapkan pada sahabat pertamaku itu: Jazakumullah Ahsanal Jaza',..



Aku tersenyum simpul memandangi tas darinya.



14 februari ini pun menjadi hari kasih sayang bagiku. kasih sayang seorang sahabat kepada sahabatnya..



Terbayang wajah cantik Soraya yang sedang tersenyum manis dibenakku..



Ah, kini aku hanya bisa membayangkan senyum manismu, sahabat. Tapi aku harap suatu saat aku akan melihatnya, melihat senyum manismu dengan mata kepalaku sendiri..



Terimakasih, kau lengkapi hari-hariku dan membuatnya menjadi indah. Aku sayang kamu :))



>> sedikit Hadiah untuk sahabat tercintaku: Soraya Isfandiary Iskandar

Wahai Kekasih..

Senin, 12 Rabi’ al-Awwal (20 april 571 M)

Teringat jelas dibenak kami,
Hari yang istimewa,
Tanggal yang istimewa,
Dan tahun istimewa,
Saat Engkau dilahirkan ke dunia ini,
Dari rahim seorang wanita yang mendapat kemuliaan karenamu..

Alangkah gembira alam raya atas kelahiranmu, wahai Kekasih
Betapa mereka bersuka cita menyambut kedatanganmu..
Bahkan pamanmu Abu Lahab pun memerdakakan budaknya karenamu,
Karena ia sangat bahagia Engkau telah dilahirkan ke dunia..

Dan dari perbuatannya memerdekakan budaknya,
Ia mendapat keringanan siksa neraka dari Allah,
Hanya karena ia berbahagia atas kelahiranmu..
Hanya karena ia berbahagia atas kelahiranmu, wahai Kekasih..

Jika Abu Lahab yang akhirnya memusuhimupun bisa bahagia,
Lantas bagaimana dengan kami?
Kami adalah Ummatmu,
Ummat yang merindukan bertemu denganmu..
Ummat yang telah Engkau didik sejak dalam kandungan ibu kami..

Wahai Kekasih, tak ada modal bagi kami untuk membebaskan diri dari api neraka
Tak ada modal bagi kami untuk memasuki pintu-pintu surga yang telah Engkau buka
Tak ada modal bagi kami untuk dekat denganmu,
Kecuali hanya dengan mencintaimu..

Cinta kepadamu adalah satu-satunya modal kami,
Meskipun cinta kami tak sebesar cintamu kepada kami, Ummatmu, Kekasih..
Tidak, bahkan tak bisa dibandingkan lagi cintamu dan cinta kami..
Cintamu sangat besar, tapi cinta kami tak lebih besar dari biji sawi

Harapan demi harapan pun keluar dari dalam hati,
Hanya dengan modal cinta dan status Ummat..

Wahai Kekasih, dengan modal cinta dan iman kami kepadamu,
Lihatlah, lihatlah kami,
Lihatlah kami yang penuh dosa..
Tariklah tangan kami untuk bisa bersanding denganmu
Untuk bisa mendapat posisi dihatimu..

Wahai Kekasih Allah..
Dihari kelahiranmu ini,
Kami hanya bisa memperingati, kami hanya bisa berbahagia, kami hanya bisa mencintai..
Meskipun belum pernah kami lihat wajahmu yang penuh cahaya..

Dan jauh dilubuk hati,
Kami ingin bertemu denganmu,
Dengan mata kepala kami,
Meskipun hanya dalam mimpi..

Wahai Kekasih Allah..
Perhatikan kami yang penuh dosa ini
Yang dzolim kepadamu, kepadaNya dan kepada diri sendiri..
Syafaatkan kami kelak,
Dihadapan Robbul Izzah yang tiada seorang yang lebih Ia cintai kecuali Engkau..

Maafkanlah kami, sebagai Ummat yang ceroboh,
Begitu banyak pengorbanan darimu,
Tapi tak banyak bahkan sangat sedikit dari kami untaian sholawat yang melantun
Hanya sedikit.. hanya sedikit, wahai Kekasih..
Tapi kami mohon Engkau menerimanya –dan kami tau Engkau pasti menerimanya-
Karena hanya itulah jalan satu-satunya untuk kami,
Mengucapkan Terimakasih dan Memohon Maaf,
Kepadamu, atas segala kesalahan kami..

Shallallah alaika ya Sayyidi ya Rasulallah..

Amira

Ini bukan tentang Nikita Willy yang meranin Amira di putri yang ditukar itu, bukan. Dia nggak nyantri di tempat saya kok, hehe..

Ini murni tentang saya dan teman-teman saya. Cuma emang sama-sama Amira putri yang ditukar

Dua tahun silam, tepatnya saat saya kelas Robi': Awal Awsath (kelas 4/1 di tingkat kedua dalam kurikulum belajar pesantren kami). Sekarang udah kelas Sadis: Tsalits Awsath (6/3 tingkat kedua)

Ketika saya di kelas 4/1 dulu, jumlah teman-teman saya lumayan banyak, 6 anak. Iyah, lumayan banyak, cz di kelas 6/3 sekarang cuma 4 anak, saya dan 3 teman saya. Hehehe.. Ma'lum, masih pesantren kecil dan baru-baru aja, salaf lagi. Santri putri masih sekitar 50an. Hihihi.. (doanya biar saya dan mereka jadi alim-amil semua ya :))

Di antara teman 4/1 saya, ada teman bernama Amira (lebih tepatnya lagi Amiroh, kan huruf arab ga ada ra-nya, adanya ro'. Cuma dibuat gitu nulisnya, biar agak kerenan dikit Hehe)

Kami manggil dia mbak Ami. Mbak Ami ini orangnya cerdas masya Allah, sering dapat rangking 2 dianya (hiks jadi kangen diajarin sama dia ni) tapi dia juga orang yang rame. Rameeee banget. Super rame deh. Tapi saya tetep dekat sama mbak Ami (meskipun saya pendiam? Wkwkwkwk) Yah, ma'lum lah, namanya juga temen sekelas :D

Suatu hari, saya dan temen-temen saya mangkel berat sama dia. Abisnya, kali ini dia keterlaluan ramenya sampe bising banget ni telinga.

Tiba-tiba teman saya yang berinisial SM (Siti Mahfudhotin, bukan Sebelum Masehi :D) bilang gini ke Amira yang endut (hehe): eh, emang kamu tu sesuai dengan namamu ya!
Amira: hah? Namaku?
SM: iya, namamu. Namamu itu kan Amiroh (عامرة), berarti orang yang rame. Makanya kamu rame banget!
Amira: ya emang namaku pake 'ain?!

Si Amira sewot ternyata dikatain gitu sama SM. Tapi dia masih ketawa sih. Akhirnya temen saya yang lain, si KSA (ini juga bukan King of Saudi Arabia, tapi Kurniatus Sholihah Ahmad :D) belain Amira. Dia bilang, "iya mbak Ami, kamu itu pake hamzah (امرة). Makanya jadi ratu."
Eeh si AM (Aris Muballighoh ni, bukan berarti Ante Maridiem :DD) nyahut, "berarti sinonimnya Amira itu Fir'aun!" KSA manggut-manggut. "jadi, intinya kamu itu Fir'aunatu hadzihil ummah." simpulnya dengan tawa cekikak-cekikik.

Wueeeeeh...! Kontan saja, saya, SM, AM, KSA dan SS (Siti Sholihah loh, jangan kira teman saya bernama Sabu-Sabu xD) ketawa ngakak! Kok bisa-bisanya gitu, KSA ngerubah julukannya Abu Jahal, Fir'aunu hadzihil ummah (Fir'aunnya ummat islam) buat mbak Ami jadi Fir'aunatu hadzihil ummah! Mana pake nambah ta' marbuthoh lagi!

Amira jelas ngamuk-ngamuk diomongin gitu sama KSA. Tapi kami ga peduli en tetep ngetawain si Amira. Ya biar deh tu orang kesel, sesekali aja. Huehehehe...

Tapi setelah itu nggak ada apa-apa, kok. Mbak Ami nggak ngambek apalagi pake marah sama kami, justru Amira dengan 'ain itu balik rame dan guyon lagi.

Yah, beginilah Guyonan ala santri. Emang kadang terlalu, tapi namanya juga santri. Sesama suka guyon, dan tau apa itu guyon, jadi nggak ada sakit hati atas guyonan.. Toh, yang namanya guyon tetep aja guyon. Jadi setelah itu, masiiih aja guyon! Hihihihi. Tapi sebenernya kalo guyon ga boleh terlalu sih. Kalopun terlanjur terlalunya, berati kita ga boleh tersinggung. Sekali lagi namanya juga guyon, gitu. Becanda coy :DD

Intinya, dari mbak Ami yang rame, SM yang ceplas-ceplos, KSA dan MA yang ngocol, serta SS yang normal-normal aja (hehe) saya bisa mengerti dan merasakan indahnya pertemanan. Saya bisa mengetahui perbedaan karakter orang lain. Yah, dari mereka saya belajar, berteman itu saling mengerti dan memahami, berteman itu menerima apa adanya, dan berteman itu penuh canda tawa. Jika dalam berteman ada kesalahan baik disengaja atau tidak, maka berteman adalah memaafkan. Bagaimanapun juga, dalam berteman pasti ada yang namanya masalah dan hambatan. Hanya saja, apakah kita akan biarkan masalah itu berlarut-larut atau menghentikannya? Kalau kita memang berteman, tentu saja kita tidak boleh tinggal diam dan harus menyelesaikan permasalahan itu.

Terimakasih ya, mbak Ami, SM, KSA, MA dan SS.. Kalian teman yang baik, sahabat yang baik, dan saudara yang baik.

Untuk mbak Ami dan SM, meskipun raga kita berjauhan, tapi aku harap jiwa kita selalu berdekatan..

Aku mencintai kalian :)

NB: tu kan, bener, Amira ini juga putri yang ditukar, hanya saja Amira yang ini ditukar huruf namanya, dari hamzah menuju 'ain. Hehehe.. :DD

Behind The Scene

Sejak kecil saya emang sering banget sakit perut. Ma'lum ya, namanya juga kena maagh *tulisan maaghnya bener ga? Hehehe..

Yah, saya harus merasakan perih dan sakitnya perut yang kayak dilindes-lindes itu seorang diri. Mau dibagiin ke orang lain juga ga mungkin deh, en kayaknya ga bakalan ada yang mau hehe :D

Kalo udah kambuh sakitnya, saya cuma bisa nangis dikamar. Sambil meluk guling buat ganjel perut biar ga goncang. Duuuh.. Saya sampe sempat-sempatnya ngerasa kalo saya ga bakalan bertahan hidup lama lagi. Hehe.. Lagi-lagi ma'lum, lah. Masih 7 tahun, belum bisa mikir apa-apa. Yang dipikirin cuma "sakkiiiiiiittttt.....! --"

Nah, disaat-saat mengharukan dan kritis gitu, yang namanya orang sakit *apalagi masih bocah* tentu saja bawaannya itu pengen ditemenin, pengen ditungguin en ga mau ditinggalin. Saya juga gitu, secara saya ngerasa sakit ini sungguh menyiksa dan butuh pada orang buat menjadi penopang hidup. Alah lebay :D

Cuma... Ternyata Ummi nggak menuhin kepengenan saya. Jangankan nungguin, sekedar mampir 5 menit buat nemenin bentar aja enggak. Apalagi Baba tu, paling-paling cuma nengok buat tanya "udah minum obat?" kalo saya jawab udah ditinggal, jawab belum ya disuruh tapi setelah iitu ditinggal lagi

Huft. Saya ngerasa Ummi sama Baba kejam banget. Anaknya overdosis gini kok dibiarin terlunta-lunta seorang diri. Bisa-bisa saya depresi berlanjut frustasi nih hehe.. Mana sampe sekarang juga masih gitu lagi, kalo sakit tetep dibiarin sendiri. Saya merasa jadi anak yang dicampakkan oleh orang tuanya hehe

Ugh, heran. Padahal meskipun udah 18 tahun saya ini tetep anak kecil mereka yang masih punya sifat manja sampe kapanpun :DD

Sedih sih, saya kayak nggak di perhatiin sama sekali. Tapi...

Ternyata dibalik kecuekan itu ada rahasia. Ya, seperti biasa. Setiap gerak-gerik Ummi dan Baba mengandung unsur-unsur pendidikan untuk kami, anak-anaknya

***

Beberapa hari yang lalu saya sakit. Lumayan lama, sekitar ada 2 mingguan.

Saya melakukan kegiatan dengan malas, dengan lemas. Padahal tanggal 5 februari nanti ada ujian *hiks, doain ya biar sukses -kalo menurut ilmu nahwu, pembicaraan kayak gini namanya jumlah mu'taridhoh hehe, ga nyambung deh, kumat --"*

Disitu saya masih aja nggak faham sama sikapnya Ummi sama Baba yang cuek bebek terhadap saya.

Sampe suatu hari, ketika saya sedang mengaji ada keterangan seperti ini dari Baba:

"Allah menciptakan sakit setidak-tidaknya agar kita bisa mengeluh kepadaNya, karena kalau tidak sakit kita tidak bisa mengeluh kepada Allah. Kalau kita mengeluh kepada Allah tentu boleh bahkan harus, tapi kalau mengeluh kepada manusia itu yang tidak boleh. Karena tempat keluhan kita hanya Allah semata."

Oh! Saya terpukul sekali. Saya malu sekali. Saat itu juga, saya memahami arti cuek dari Ummi dan Baba

Ternyata baik Ummi maupun Baba tak pernah mencuekkan saya, apalagi mencampakkan.

Ummi dan Baba hanya ingin menjadikan tempat keluhan saya adalah Allah, bukan Ummi atau Baba.

Yaaa.. Bagaimanapun juga, ketika ada Ummi dan Baba disamping saya, saya akan mengeluh sakit. Saya akan mengadukan apa yang saya rasakan. Dan saat saya ditinggal, otomatis saya hanya akan mengeluh pada Allah. Satu-satunya Dzat yang selalu ada untuk saya, salah satu hambaNya yang penuh dosa..

Ah.. Ummi dan Baba mendidik saya sejak kecil. Meskipun secara tidak langsung, dan butuh waktu yang lama bagi saya untuk memahami maksud didikan tersembunyi itu. Dan kalau saya pikir, seandainya Ummi dan Baba tidak mendidik dengan macam seperti itu bahkan dengan kata-kata "jangan mengeluh," tentu saja itu sangat berat bagi saya.

Mungkin ada yang menganggap, Ummi dan Baba keterlaluan melihat usia saya yang masih 7 tahun -kala itu-, tapi mendidik itu sejak kecil, bukan saat sudah besar. Bahkan kata pepatah belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu. Dan itu ditanamkan Ummi dan Baba kepada saya: belajar tidak mengeluh sejak kecil agar ketika besar menjadi hamba yang benar-benar bisa mengandalkan Tuhannya. Karena itu Ummi dan Baba mendidik saya saat itu juga, tidak perlu menunggu sampai saya besar

Lagipula, saya terlalu jahat mengatakan Ummi dan Baba dengan yang tidak-tidak. Ummi dan Baba bukan tidak memperhatikan saya, buktinya -dan saya ingat jelas, meskipun dalam keadaan setengah tidak sadarkan diri- setiap malam Ummi dan Baba akan ada disamping saya. Saling membicarakan kesehatan saya, membicarakan dimana saya harus berobat, membicarakan apa yang boleh saya makan dan tidak agar saya tidak kambuh lagi.

Ah.. Saya berdosa telah berprasangka buruk pada Ummi dan Baba. Padahal sungguh besar cinta Ummi dan Baba untuk saya.

Sekarang ini saya hanya bisa berharap, semoga Allah memaafkan dosa-dosa saya, menjadikan saya anak yang berbakti, dan memberi kesehatan yang membawa ketaatan kepadaNya. Amiin.. Duaukum ya..

Wabillahittaufiq :)

Dari Pacitan Menuju CIlacap Sampai Pacet

Kali ini dicatatan geje saya, *masih tentang saya dan sang kakak, si MHaC*

Jadi, rencananya tanggal 2 februari Ummi mau menghadiri undangan pernikahan bersama Kholah *bibi* saya, tepatnya disalah satu kota jawa timur *hehe*

Lalu, *sekedar pemberitahuan,* kami ini punya sepupu *biasa di panggil dek Iin* yang tinggalnya di daerah perbatasan jawa tengah dan jawa barat *daerah luki, lu kira-kira sendiri daerah mana yang saya maksud :D

Sore hari, MHaC lihat berita. Disitu menceritakan Pacitan yang sedang kena... *apa ya? Lupa. Kayaknya longsor deh :DD

Tiba-tiba dia manggil saya, "hei, ini loh tempate dek Iin kena longsor."

Saya langsung dekatin mata ke depan tipi, ma'lum ga pake kacamata :D :D

Sambil memicingkan mata, saya bilang, "pacitan gini kok," seketika itu MHaC ketawa dan bilang, "oh yaaa... Itu CILACAP ya?!"

Saya manggut-manggut sambil ngetawain dia. Jauh banget antara pacitan dan cilacap. Saya pun ngeralat *meskipun agak telat*
"itu yang mau di datangi Ummi besok tau!"

Eh, nggak tau kenapa, tiba-tiba si MHaC langsung diam. Saya ikutan diam aja. Lalu tiba-tiba dia teriak, mengejutkan sekali! "hoi! Itu PACET! Bukan Pacitan!"

Kontan aja saya melongo ga percaya. Masa saya salah juga? Tapi saya pun akhirnya sadar kalo saya emang salah. Whua, Padahal dengan pede boneng benerin eh nggak taunya sama aja! *nyuoto-nyoto mbenerke jebule podo dene :DD* Kami ngakak sampe sakit ni perut. Heboh banget, mbak-mbak yang pada lewat sampe terheran-heran. Mungkin mereka pikir "tumben ni kakak adek bisa akur." hehe hahaha..

Weh weeeh... Sebenernya malu banget saya. Rasanya pala ini pengen sembunyi dimana gitu, tapi udah lah, gitu aja. Lagian menurut saya, saya masih mending lah, *membela diri sendiri :D* antara pacet sama pacitan kan nggak jauh beda. Nah kalo pacitan sama cilacap..? Yang sama cuma cinya aja :3 :D :D :D

Dari sini ni.. Saya bener-bener yakin kalo emang al-insan ma7allul khotho' wannisyan: manusia itu tempatnya kesalahan dan lupa wkwkwk xD

Akhir catatan, ada yang tau bahasa indonesianya mentas? --" :DD

Untukmu, Kawanku..

Hai

Apa kabar kawanku?

Aku datang dengan membawa kata-kata penggugah semangat yang sangat berharga. Kata-kata itu kubawa hanya untukmu, kawan

Coba dengarkan kata-kata itu,

Dan pusatkan pikiranmu hanya kepadanya:

***

Lihatlah Rasulullah yang berjuang mati-matian dalam menegakkan Islam. Lihatlah perjuangan Beliau yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Lihatlah perjuangan Beliau yang tak mengenal lelah. Lihatlah Beliau yang gigih dalam berjuang. Dan lihatlah,, hasil perjuangan mulya Beliau yang Gagah Berani ini

Tapi, kenapa kita yang tinggal meni'mati manisnya hasil perjuangan Beliau itu saja bermalas-malasan bahkan loyo? Kenapa kita tidak belajar dengan sungguh-sungguh? Kenapa kita tidak lebih mendalami lagi ilmu agama kita? Itu juga merupakan sebuah perjuangan, bukan? Apakah perjuangan Rasulullah hanya sebatas peperangan? Tidak! Perjuangan beliau juga mengajarkan agama. Dan inilah jihad!

Ayolaaaah... Jangan permalukan Islam. Islam tidak malas dan tidak loyo. Islam selalu giat dan penuh semangat. Islam hidup bersama ilmu. Bangkitkan Islam. Semarakkan Islam. Jangan rusak Islam dengan kelakuan buruk kita yang tak mengenal ilmu!

Kita adalah ummat Beliau, dan cukup bagi kita, Beliau sebagai panutan dan teladan terbaik dari yang terbaik..

***

Bagaimana? Apakah hatimu tergerak setelah mendengar kata-kata itu?

Kalau hatiku.. Ia menangis, kawan. Saat mendengar kata-kata itu dari orang yang teramat sangat ku cintai hatiku menangis. Hatiku sangat malu. Dan hatiku ingin berubah..

Oh ya! Bagaimana jika kita mulai bangkit bersama-sama? Dengan begitu kita bisa saling bantu-membantu dan saling dukung-mendukung..

Jangan lupakan aku dan jangan biarkan aku lebih lama dalam lubang pembawa sesal, kawan.. Karena aku pun tak mungkin melakukan hal itu padamu

Kakakku :D

Kali ini tentang saya dan kakak perempuan saya yang paling cantik *soalnya cuma dia kakak perempuan yang saya punya :DD*

Dia *mbak Um* tinggalnya di purworejo sana sama suami dan tiga anaknya yang cewek-cewek

Mbak Um ini usianya baru atau udah 25. Dia nikah di usia 21 sama salah satu muridnya Abuya, jadi masih saudara seperguruan hehehe. Anaknya mbak Um yang pertama kelahiran taun 2oo7, taun 2oo8 ngelahirin lagi dan 2o1o ini nongol tu anak ketiga. Deket-deket jadinya *kok jadi kayak biografi si --a*

Mbak Um sama suaminya *mas Bilal* ini setel, kalo pulang ga pernah ngomong. Tiba-tiba nongol gitu di halaman rumah, datang tak dijemput pulang tak diantar deh, kayak jelangkung :DDD

Waktu itu, Ummi sama Bontot keluar entah kemana perihal apa sayanya lupa. Pokoke di rumah cuma ada saya, si ca'Muh dan Mbahe. Baba kemana saya juga nggak tau deh, soalnya Baba sering ngilang diculik orang :DD

Saya di kamarnya Ummi sambil baca majalah *kayaknya saya baca Mentari deh* tiba-tiba sepupu saya, si Ibenk, masuk kamar sambil jingkrak-jingkrak. Saya sampe kaget, ni anak kesurupan apa ya? Hehe

"Aub...! Itu ada mobil di depan, kayaknya neng Um! Soalnya yang nyupir tadi Ustadz Bilal!" gitu ceritanya.

Hah? Kaget saya. Saya dan Ibenk langsung ke depan. Dan tampaklah pemandangan seorang Ibu muda cengengesan sambil nggandeng dua anaknya *DJ belum lahir*

Sepi.

Uoooooh!! Lha ini bener-bener mbak ayuku toh jebuleee!

Mbahe langsung kipu. Secepat kilat Mbahe mukul mase. "iki pancet ae nek mulih gak ngomong-ngomong!" mase cuma tersenyum simpul aja.

Saya ga ngomong apa-apa, cuma mbok Am-mbak Um aja.

Tiba-tiba saya ngerasa ada yang aneh, ada yang janggal. Kok sepi ya, biasanya kalo mbak Um datang kan pada rame.

Saya mbak Um dan Mbahe di teras depan duduk-duduk lesehan disitu.

Saya menemukan kejanggalan itu dan bilang ke mbak Um,

"mbak Um, maaf ya, saya nggak bisa ngomong apa-apa. Itu, Ummi sama Isro' lagi keluar, makanya sepi."

Juooooooh...! Seketika mbak Um ngetawain saya. Saya cuma ikutan ketawa aja.

Tapi suweeeerrr saya nggak tau musti ngomongin apa. Saya bingung eg

Saya sama mbak Um dan Mbahe *yang ga begitu bisa ngomong ato gampangnya agak pendiam* cuma sekedar ngobrol dikit sambil nyuapin Batul dan Yaya makan.

Hhhh... Sepiii banget. Mana si ca'Muh juga gitu *tau ndiri lah yang namanya cowok --a*

Gak lama kemudian, Ummi dan Bontot dateng. Dan Waaaaah... Langsung ni rumah rameeeeee bwanget. Kayak pasar pindah gitu deh

Yang tanya berangkat jam berapa lah, mampir mana aja lah, sampe gimana Batul sama Yaya diperjalanan. Weeeuh.. Kok saya nggak mikir sampe situ ya? Coba mikir sampe situ, pasti bakalan rame tadi!

Tapi emang pada dasarnya, Ummi, Bontot dan mbak Um itu orangnya rame-rame, bisa ngobrol banyak gitu, jadi kumpul bertiga rame banget. Nah kalo saya kan *ehem* pendiam :D jadi ga tau musti ngobrol apa'an. Wkwkwkw

Setelah itu saya terus berdoa, semoga kalo mbak Um dateng pas semuanya dirumah aja, biar saya ngga bingung mau ngomongin ato ngobrol apa. Hehehe...

***

Dari sini saya ngambil satu pelajaran berharga, kalo orang punya sifat tertentu dan watak tersendiri yang dibawa sejak lahir itu susah untuk merubahnya. Mau gimana pun usahanya pasti masih ada kerepotan yang dia rasain. Ato kalo berubah jadi ga maksimal.

Dari sini juga, kita ga bisa nyuruh orang berubah dari sifat aslinya. Orang kita aja, kalo kepribadian kita diusik kita nggak seneng, jadi kita juga musti nyamain orang sama diri kita, kalo kita ga seneng kepribadian kita diusik ya jangan ngusik kepribadian orang lain. Apalagi sampe nyuruh berubah segala.. Uhuu berubah kan repot.

Yang penting mah, gimanapun sifat, watak dan kepribadian orang lain harus kita hargai dan terima. Plus.. Mencontoh mana yang baik dari dia untuk kita. Bukan begitu? Hehe :D *cis.. Sok banget ni si Lulü Ilue --" sorry ya sodara-sodara

Teman 2

Ketika saya di Ma'unah Sari dulu, saya punya dua teman dari jawa tengah. Satu dari jogja dan satu dari jepara. Saya dekat dengan keduanya.

Suatu hari teman dari jogja membuat saya terkejut dengan pertanyaannya: "Bey, kamu itu orang jawa timur kok pake logat jawa tengah sih?"

Saya terperangah. Ternyata teman dari jepara pun sama, "kamu itu Lu', orang jawa timur yang pantes jadi orang jawa tengah."

Tentu saja saya tertawa dengan dua pertanyaan tak terduga itu. Dan pada masing-masing saya menjawab dengan jawaban yang sama: "teman dekat saya ada 5, semuanya dari jawa tengah..."

+++

Kalau teman hanya merubah logat saja tidak akan jadi masalah besar. Tapi kalau merubah sifat?

Baik jika teman merubah dari sifat buruk menjadi sifat yang baik. Nah kalo sifat baik menjadi sifat buruk? Itu yang harus kita perhatikan

Kebanyakan sifat yang menular bukan sifat-sifat yang baik, tapi justru sifat-sifat yang buruk.

Katakan saja, saat ada orang yang mengintip atau menggunjing, sering kali kita akan ikut-ikutan "ada apa sih?"

Tapi kalau ada orang yang memberi, apa kita dengan spontan berkata "ini dari saya."

Saya pikir, kebanyakannya tidak. Kalaupun iya, sepertinya agak-agak jarang. Hehe

Nah, dari sifat-sifat buruk yang gampang menular tentu kita harus pintar untuk memilih siapa yang akan menjadi teman kita. Agar ia tidak merubah kebaikan yang ada dalam diri kita

Kalau dari segi rupa dan harta memang kita tidak boleh memilih. Tapi dari segi adab dan akhlaq, maka kita harus.

Semua orang tau, kemulyaan seseorang terletak dalam sopan santunnya.

Katakan juga, banyak dari kita yang berkata "orang itu cantik, kaya, pintar, tapi sayang tidak punya sopan santun."

Sungguh, sopan santun merupakan kemulyaan tersendiri dan jauh lebih berharga daripada emas.

Dari sinilah, benar-benar kita harus pintar untuk memilih teman agar kita tidak gampang tertular, terpengaruh apalagi berubah. Karena teman yang baik akan membawa kita pada kebaikan

Dan jadilah kita seorang teman baik yang menularkan kebaikan dan mempengaruhi hal-hal baik hingga merubah teman menjadi teman yang baik pula. Dengan begitu, orang akan membalas baik kepada kita.

"ashlih nafsaka yashluh lakannass, perbaikilah dirimu maka akan baiklah manusia karena kamu."

Semoga kita adalah teman yang berpengaruh baik dan merubah baik pada seseorang.

Wabillahittaufiq :

** Untuk teman-teman baikku **

S2

Seorang Mu'min membutuhkan gelar S2 untuk menempuh hidup bahagianya:



Ketika ia mendapat ni'mat maka ia harus ber-Syukur



Ketika ia mendapat cobaan maka ia harus ber-Sabar



Dan ketika ia bisa mendapat gelar S2 itu, maka benar-benar hidupnya selalu dalam kebaikan dan kebahagiaan



"3ajaban li amril mu'min, inna amrohu kullahu khair, wa laisa dzalika li ahadin illa lilmu'min: in ashobat-hu sarro'u syakaro, fakana khairon lah. Wa in ashobat-hu dhorro'u shobaro, fakana khairan lah."



(aku sangat kagum dan heran atas urusan orang mu'min. Sesungguhnya segala urusannya adalah baik. Hal itu tidak dimiliki seseorang kecuali hanya orang mu'min: jika mendapat ni'mat ia bersyukur, maka syukur adalah baik baginya. Jika tertimpa musibah ia bersabar, maka sabar adalah baik baginya.)



HR. Muslim 3an sayyidina Shuhaib Arrumi Radhiyallah 3anh

Syukur.. :))

Syukuri apa yang ada.. Hidup adalah anugrah..

Gitu ya katanya d'masive. Dan nggak taunya d'masive tu bener juga..

Iya, emang bener. Beneeeeer banget, nilai 100 deh buat d'masive ehehe..

Hidup emang merupakan anugrah bagi kita semua ini. Bayangin deh kalo seandainya kita nggak dianugrahi hidup sama Allah. Pasti kita nggak ada dan nggak ngenal yang namanya Blog. *hahahaha :DDD*

Tapi ternyata buat mensyukuri anugrahNya itu nggak segampang nyanyiin lagunya d'masive. Malah cenderung repot

Cuma, kita nggak boleh langsung nyerah gitu aja. Orang kalo kita nggak hafal lagunya pasti bakal terus berusaha sampe bisa kok, jadi kenapa enggak buat terus berusaha menyukuri apa yang ada? Buat mensyukuri anugrah besar ini? Gampangnya, kenapa enggak buat ngamailin lagunya d'masive deh, hehe..

Lagian ni ya, nggak ada salahnya kok buat nyoba. Hal yang sulit tu nggak bakal jadi mudah kan kalo kita nggak mau nyoba. Sebaliknya, kalo kita mau nyoba, hal sesulit apapun -insyaAllah- jadi mudah. Tentunya dibarengi usaha juga..

Kalo udah kayak gitu, serepot apapun bersyukur selama kita mau nyoba dan usaha pasti bersyukur jadi mudah banget buat kita lakuin..

Nah, sekarang, yuk sama-sama kita nyari langkah-langkah biar selalu bisa dan mudah untuk mensyukuri apa yang ada dari anugrah ini!

***

Langkah pertama buat bersyukur yaitu..: ngeliat siapa yang ada dibawah kita dan nggak ngeliat keatas.

Contoh *terdekat*nya gini, seandainya kita dikasih Allah harta yang nggak begitu banyak, nilai yang agak dikit dan paras yang *ehem* pas-pasan, maka kita nggak boleh ngeliat orang yang lebih kaya, lebih baik nilainya, dan lebih elok nan menawan parasnya. *beuuuh bahasae rek! :D*

Bahkan kita musti ngelihat orang yang kurang beruntung daripada kita ini.

Banyak banget kok, orang yang hartanya nggak sebanyak yang kita punya, banyak orang yang nilainya dibawah rata-rata, dan banyak orang yang parasnya nggak lebih baik daripada paras kita.. Dan kita nggak bisa memungkirinya!

Oke, setelah kita ngelewatin langkah pertama, berikutnya kita musti ngelangkah yang kedua, yaitu berpikir.

Kita pikirin deh, ternyata kita tu nggak 'nelangsa-nelangsa' amat. Buktinya masih ada *banyak malah* orang yang nggak seberuntung kita. Ya kayak yang kita tau dilangkah pertama. Dan kita tu nggak sendirian, kita punya teman yang sama dengan kita! Lagian kalo kita pikir sekali lagi, apa yang udah kita dapetin tu mending banget daripada nggak dapet sama sekali. Ya to? *hehehehe*

Lalu langkah ketiga, kita renungin semuanya:

Kalo mereka ada dibawah kita, tu artinya kita sangat beruntung. Kita masih ada diatas mereka dan nggak ada dibawah mereka

Terus.., Allah itu Dzat yang Maha Adil lagi Maha bijaksana, dunia dan seisinya ini semua milik Allah. Jadi terserah Allah mau ngasih kita seberapa. Itu adalah suatu keadilan dan kebijaksanaanNya. Allah juga Dzat yang Maha Mengetahui, jadi tentunya Allah tau mana yang baik buat kita dan mana yang enggak.

Iya, kalo seandainya kita dikasih harta yang banyak, nilai yang baik dan paras yang sempurna kita bisa bersyukur dan nggak sombong. Nah kalo tidak? Dikasih sedikit aja masih amit-amit susahnya bersyukur, gimana kalo banyak? Jadi sekali lagi, bagian yang kita dapat tu merupakan suatu keadilan dan kebijaksanaan Allah, Tuhan kita.

Allah tau kok, bisa aja kalo kita dikasih yang lebih banyak malah jadi nggak karu-karuan kita. Bahkan mungkin banget tu. Makanya kita dikasih segitu sama Allah biar kita tetep bisa bersyukur -meskipun repot dan kita 'jarang'-. So, bener banget kan kalo Allah tu Maha Adil dan Maha Bijaksana? Hanya aja kita bisa nggak nerima keadilan dan kebijaksaan Allah itu?

Ya kher.., kalo kita tau bahwa kita tu jauh beruntung dibanding mereka dan Allah adalah Dzat yang Maha Adil, Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui, maka langkah selanjutnya tinggal menerima semua pemberian Allah dengan hati yang lapang dan puas..

Dengan begitu, kita pasti bisa mensyukuri apa yang ada, dan bersyukur nggak jadi hal yang repot lagi bagi kita.

Terus, yang musti mendorong semangat kita untuk bersyukur adalah ingat akan firmanNya dalam surah Ibrahim ayat 7 yang berarti:

"dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu mema'lumkan: sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih."

So, kalo kita bersyukur Allah pasti menambah ni'matNya. Pastinya kita ini selalu ingin diberi lagi sama Allah kan? Hehe

Yah, semoga kita semua dijadikan Allah hamba yang selalu bersyukur atas ni'matNya, dan Allah senantiasa menerima rasa syukur kita.. And dont forget to say: Thank you Allah

Yuk sama-sama jadi hamba yang bersyukur!

Wabillahittaufiq.. :)