Senin, 16 Mei 2011

Laporan Penting: Workshop Singkat bersama Pipiet Senja dan Adzimattinur Siregar di Nurul Anwar, Lamongan

Huft, sebenarnya agak 'berat' buat nulis 'laporan' ini. Mungkin ini penyakit turunan kali ya?



Bunda Pipiet dan teh Zhizhii pasti ingat kalau Baba suka enggan kalau di suruh menulis. Nah, kali ini penyakit itu juga terjadi pada saya hehe..



Tapi, berhubung sudah tersuap motivasi, "tetaplah menulis, baik itu jelek atau tidak, dan selalulah mencoba untuk menghasilkan tulisan meskipun hanya satu lembar dalam seharinya, serta jangan takut dalam menulis," maka saya pun menguatkan hati untuk menulis laporan ini. Ya ya ya.. Dalam menulis memang "butuh pendorong," dan saya terdorong oleh workshop singkat dan dadakan itu. Hihi



Tapi saya bingung *lagi*. Gimana ni saya mulai nulisnya?? Catatan yang saya tulis dari workshop singkat dadakan itu nggak beraturan. Udah tulisannya kecil-kecil, ga jelas, mana pake jelek banget lagi! --"



Jadi, saya tulis apa adanya aja ya laporan saya ini *begitu intinya hehe*



-ooo-



Well.. Disitu, kami *santri Nurul Anwar* dibuat terkagum-kagum oleh bunda Pipiet dan teteh Zhizhii. *baca terus yaa..*



Jadi problem yang menimpa kami para santri adalah: malas menulis *sungguh menyedihkan.. :'(*



Kalau kata teteh Zhizhii: sebenernya kalian sudah punya visi-misi, tinggal mengembangkannya saja.



Tapi kami didahului rasa takut. Sahut sepupu saya, sekaligus pimred Azzahra (Enci' Zahra), Aris M. Lalu bagaimana solusinya?



Bunda Pipiet menjawab:



kalau nulis jangan begini takut, begitu takut, karena kalau takut tidak akan jadi. Tulis saja, tumpahkan saja, asal tidak porno, tidak mengandung SARA dan tidak melenceng. Kalau ada yang nggak enak, jangan langsung delete, edit, tapi jadikan saja dulu.



Nah kalo jawabnya teh Zhizhii?



Oh



Menulis itu mempunyai dua keuntungan. Yang pertama, kalian adalah santri, orang-orang yang memegang kewajiban untuk memberi tahu pada orang yang nggak tahu. Dua, menulis itu akan menjadi barang tinggalan ketika kita mati. Kalau kita mati paling-paling cuma ninggalin tulang-belulang, nah dengan menulis artinya kita menyimpan amal dari tulisan kita itu.



Di tambahkan lagi oleh bunda Pipiet:



Hal sekecil apapun selama tidak buruk maka tulislah. Agar ilmu yang kita miliki tidak cuma di simpan. Dan dengan menulis, artinya kita mengikat ilmu.



I waaaaw...! Gitu toh ternyata. Hmm Hmm.. Ok. Siap laksanakan bunda! Teteh! *Agaknya sekarang semangat menulisnya para santri Nurul Anwar udah mulai tumbuh. Terimakasih siraman motivasinya :))*



Lanjut..



Ni, menurut teh Zhizhii, biasanya orang nulis karena 4 perkara:

1. Uang

2. Nama

3. Pembuktian diri

4. Peduli dan menyebarkan kepedulian



So, sebenernya kita nulis untuk apa?



Kalo saya pribadi, saya mau ikut pada bunda Pipiet aja, yang menulis untuk mencerahkan ummat. Dengan begitu menulis benar-benar menjadi amal. Bukan begitu bunda, teteh? :)



Terus, yang di butuhkan seorang penulis tu apa aja ya?



Jawab teteh Zhizhii:



Seorang penulis tu butuh dunia hayal, empati dan imajinasi. Jadi jangan anggap kalo menghayal nggak ada artinya, cuma buang-buang waktu. Karena dari hayalan itu akan muncul sebuah tulisan. Butuh empati, contohnya ketika kita melihat pemulung, yang mempunyai anak yang sangat banyak, bayangkan jika kita menjadi istrinya?! Lalu itulah awal kita menulis.



Bunda Pipiet menyahut:



Jangan batasi imajinasi, apalagi menghapusnya, bahkan gunakan imajinasi itu sebaik mungkin.



Teteh Zhizhii melanjutkan:



Sebab imajinasi adalah sahabat kita. Dan menulis itu perlu dibiasakan juga, sebab manusia dibentuk dari kebiasaannya.



Uaaah.. Beneran semangat 45 ni buat nulis. Hehehe..



Terus, cukup itu sajakah?



Ternyata tidak. Kata teh Zhizhii:



Pergunakan komunitasmu. Dan yang penting dalam komunitas adalah saingan dan motivator. Karena dengan saingan kita akan termotivasi untuk menulis. Dia aja yang jelek *hehe* bisa, kenapa aku nggak? Plus, perkumpulan itu jangan terhenti. Bibit-bibit itu muncul dari komunitas tersebut.



En kata bunda Pipiet: Seenggaknya kita punya catatan harian. Agar menuangkan imajinasi lebih mudah.



"Saat menulis, musti dengan hati, dengan senang dan terutama dengan enjoy."



Ok. Cuma sekarang gini, gimana jadinya pas kita nulis nggak taunya inspirasi kita terputus di tengah jalan? Tanya kakak saya, MHaC



Hei! Kata bunda Pipiet: insipirasi datang dari segala arah.



Ketika inspirasi itu hilang, artinya kita butuh amunisi. Yaitu dengan membaca buku. Karena justru buku itulah yang memberi warna pada tulisan kita. Kita belajar menyambungnya meskipun kita terputus. Gimana caranya? Tentu aja seperti yang tadi dibilangin, kita belajar dengan kebiasaan kita. Karena kita di bentuk oleh kebiasaan. Gitu jawabnya teh Zhizhii..



Ya ya ya, akhirnya kami ngerti juga tentang menulis. Workshopnya emang singkat sih, tapi ternyata sangat padat. Alhamdulillah, kami memperoleh ilmu yang sangat banyak. Ilmu yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya. *secara yang kami pelajari cuma kitab-kitab arab gundul yang nggak ngebahas tentang ilmu kepenulisan. Hehehe*



Mas Hajir, si moderator mau nanya *sebenernya ni pertanyaan pertama, tapi saya tulis di akhir biar urutannya bagusan dikit hehe. Dan perlu di ketahui, urutan-urutan disini tidak murni seperti urutan aslinya. Tapi saya urut-urut sendiri, dari mulai ini, lalu itu, dan kemudian ini lagi. Seperti dukun pijat urut aja :D*



1. Bagaimana cara meningkatkan tulisan dari level aku ke level mereka? Ya'ni dari pengalaman pribadi ke pengalaman orang lain?

2. Bagaimana bisa meraup pengalaman tanpa harus bertualang kemana dalam menulis fiksi? Hingga membuat tulisan kita yang di Prancis *contoh* seperti benar-benar di Prancis padahal kita tidak pernah kesana.



Jawab bunda Pipiet:



1. Tuliskan apa yang kamu ketahui saja dulu. Selanjutnya jika sudah berhasil, kamu harus bisa jadi dalang. Kamu harus bisa menguasai dan memainkan karakter orang tersebut



Kalau dulu saya *bunda Pipiet* membuat cerita tentang pengalaman diri sendiri, tapi disiasati dengan membaca. Membaca banyak hal. Iqro', lah intinya..



2. Selalu menambah referensi sekecil apapun, dan mencari settingnya. Lalu membayangkan bagaimanakah Prancis itu, dengan begitu akan bisa menulis seolah-olah memang dari Prancis.



Tapi kalau saya *bunda Pipiet*, menulis itu tidak perlu teori tertentu..



O.. Jadi gitu caranya. Hmm kapan-kapan buat cerita dari pengalamannya Awy Ameer Qolawun dan settingnya di Makkah ah.. Hehe :DD



Selanjutnya salah satu tim redZa *redaksi Azzahra* tanya lagi: bagaimana caranya agar fokus pada satu tulisan saja?



Bunda Pipiet: Pertama, katakan kamu membuat puisi, maka buatlah saja puisi. Jangan yang lain. Baru pada tahap selanjutnya mencoba selain puisi. Setelah itu pilih mana yang kuat pada kita. Kita tidak harus kuat dalam semuanya. Ya.. Nggak usah serakah lah jadi orang.



Betul betul betul.. Betul sekali bunda! Oh ya, sampai sekarang ini saya lemah banget dalam membuat puisi. Hehe. Tapi saya juga belum tau mana yang kuat pada saya?



Dan sebelum akhirnya bunda Pipiet dan teh Zhizhii pamit pulang, muncul pertanyaan terakhir: apakah menulis harus ada gen?



"Tidak. Tapi hanya perlu di biasakan..."



-ooo-



Huaaah.. Alhamdulillah. Acara workshop singkat dadakan itu selesai. Sebenernya kurang puas. Masih pengen dapet ilmu yang lebih banyak lagi :3



Ohya, ada pertanyaan lagi bunda, teteh, tapi waktunya ga pas. Hehe..



Jadi, teh Zhizhii kan juga bilang, dalam menulis kita butuh kritik. Bahkan sebaik pengkritik adalah yang terdekat dengan kita. Tapi kritiknya yang halus aja. Pertanyaannya, gimana caranya menumbuhkan semangat lagi ketika tulisan kita di kritik tapi kitanya malah down?



Mohon dijawab yaa.. Entah besok-besok ketika kita ketemu lagi atau kapan. Yang penting dapet jawabnya. Hehehe..



Baiklah, saya kira cukup segini saja 'laporan' yang saya tulis. Tapi setelah saya baca-baca lagi.. Ini mah bukan laporan. Jauh banget kali ama sifat-sifatnya laporan yang asli. Ini cuma sekedar tulisan asal seperti tulisan saya biasanya. Yah, terima saja tulisan ini sebagai 'laporan anak muda' hehe *nyambung nggak sih? :D*



Wa'ala kulli haal, "gemakan saja suara kita dalam sebuah tulisan," "dengan tulisan artinya kita mengukir sejarah." dan "tulisan memang menjadi salah satu jalan untuk berdakwah, plus amalan menuju ridho Allah."



Semoga apa yang di sampaikan bunda Pipiet dan teteh Zhizhii serta tulisan-tulisan kita bisa bermanfaat. Bagi kita sendiri dan bagi orang lain. Amiin..



Terimakasih bunda, terimakasih teteh, atas waktu yang diberikan dan ilmu yang disalurkan pada kami. Kami harap suatu saat nanti kami mendapat ilmu lagi dari bunda dan teteh. Syukron jazilan, wa jazakumullah ahsanal jaza'...



Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam ungkap kata. Salam :))



p.s: setiap kata yang saya beri tanda petik merupakan copas dari ucapan bunda Pipiet Senja dan Adzimattinur Siregar :)

Minggu, 15 Mei 2011

Ma Ahla Ayyamana, Alngkah Indah hari-hariku!

Hmmm.. Jujur saja! Saya tidak tahu harus memulai dari mana, saya tidak tahu harus menulis dengan memakai gaya seperti apa. Tapi toh akhirnya inilah yang saya mulai dan inilah gaya tulis yang saya pakai.. :D

-ooo-

Bermula dari hari kamis yang lalu *12052011*

Hari itu saya tahu benar bahwa penulis besar indonesia yang sangat terkenal, bunda Pipiet Senja, akan memulai tour ke Jawa Timur.

Siang hari saya kirim SMS pada beliau dan meminta untuk mampir. Setelah beberapa kali SMS, akhirnya beliau menentukan hari Ahad tanggal 15 mei untuk ke rumah saya.

Oh! Tentu saja saya berbunga-bunga! Tidak terkira lagi kebahagiaan saya waktu itu. Bahkan rasanya saya tidak sabar lagi menanti hari itu datang. Saya ingin sekali mempercepat waktu agar saya bisa segera bertemu dengan bunda Pipiet Senja, salah satu penulis yang sangat saya kagumi *hei, saya termasuk dari penggemar berat beliau!*

Tapi apalah daya? Saya hanya bisa bersabar dan menjalani hari-hari seperti biasa untuk sampai pada hari Ahad tersebut. *dan saya sudah menduga bahwa hari itu akan menjadi hari yang sangat berkesan.*

Setelah itu kami tidak kontak lagi. Saya tinggal menunggu kabar dari beliau jika sudah pulang dari Madura.

-ooo-

Sabtu siang *14052011*, saya yang baru saja terbangun dari tidur siang sontak terbelalak kaget. Pasalnya saya dapati SMS masuk dan berbunyi:

"Iya nanda kami dalam perjalanan ke Surabaya nih, bolehkah ini langsung ke rumahmu saja ya, dan inap di lamongan? Waduh maafkan ya merepotkan."

Sudah, seketika itu juga saya mondar-mandir sambil berulang kali membaca SMS tersebut dengan ekspresi wajah tidak menentu. Bahkan saya tidak segera mengatakannya pada Ummi. Mungkin karena waktu itu ruh saya belum sempurna ya, di tambah dengan kabar yang mengagetkan, jadi saya bingung dan hanya bisa mondar-mandir. Istilah jawanya sih 'mumet-mumet mubeng-mungser' :DD..

Baiklah. Setelah ruh saya sempurna saya segera membacakan SMS bunda Pipiet pada Baba dan Ummi. Dan selanjutnya... Kami tinggal menunggu kedatangan beliau saja dengan tenang dan damai hehehe

Pukul 8 malam, kakak saya MHaC berangkat ke Pucuk bersama sepupunya, Nu'man, guna menjemput bunda Pipiet.

Lagi-lagi saya harus sabar menunggu. Tapi jujur, kali ini saya di sertai dada yang berdegup kencang. Dag-dig-dug tidak karuan. Saya mulai tidak percaya pada apa yang sedang terjadi. Benarkah saya akan bertemu dengan bunda Pipiet Senja berikut anaknya, teteh Adzimattinur Siregar?? *Ya Rabb, apakah saya mimpi??*

Dan tepat pukul 9.30, akhirnya saya yakin bahwa saya tidak mimpi. Saya bertemu dengan bunda Pipiet Senja, saya bertemu dengan Teteh Adzimattinur Siregar!

Ah, seketika saya tersadar, memang tidak ada yang sulit bagi Allah, apalagi untuk sekedar mempertemukan hambaNya.

Dulu saya berharap dengan harapan kosong, bisakah saya bertemu dengan bunda Pipiet Senja? Dan hari itu Allah menjawab harapan kosong saya: bisa!

*Maha Suci Allah dengan segala Kesempurnaan dan PemberianNya..*

Malam itu, bunda Pipiet dan teteh Adzimattinur pun menginap di rumah saya. Sungguh suatu hal yang tak pernah terduga.

Lalu, apakah teman-teman tahu? Kesan pertama saya begitu bertemu dengan bunda Pipiet dan teteh Adzimattinur adalah supel. Ya, beliau dan putrinya adalah orang yang supel dan ramah. Bahkan kami seperti orang yang sudah kenal bertahun-tahun, yang lama tidak bersua dan sedang melepas rindu. Padahal baru beberapa bulan saja kami kenal, itupun hanya lewat SMS, FB, Twitter, hehe :D

Dan saya tidak lupa percakapan pertama saya dengan teteh Adzimattinur:
"kamu yang di twitter itu?"
"iya,"
"ya ampuun.. Ternyata orangnya pendiem ya?!"

Ohoho.. Apakah sedemikian terlihatnya kalau saya ini pendiam? Sampai-sampai teteh Adzimattinur yang baru bertemu saya saja langsung bisa mengatakannya. Tapi jujur, waktu itu saya masih grogi. Ma'lum ya, pertemuan pertama dengan sang idola. Jadi otomatis mulut ini seperti terkunci. Keki berat hehe..

Tapi toh, akhirnya saya bisa ngobrol juga dengan bunda Pipiet dan teteh Adzimattinur. Terbawa suasana yang beliau ciptakan dengan keakraban dan kehangatan. Saya sampai lupa pada grogi yang sempat menyergap saya hehe.

Bahkan pagi harinya *15052011*, kami sempat sersan, serius tapi santai. Entah apa saja yang kami bicarakan pagi hari itu. Mulai dari yang namanya majalah pesantren kami Addhiya' sampai yang namanya JIL. Hehe. Yang pasti, saya sebagai salah satu penggemar sangat bersyukur bisa berbincang cukup lama dengan idola saya. Suatu pagi yang memuaskan dan sangat berkesan! Apalagi dengan pelajaran-pelajaran yang bisa saya petik dari bunda Pipiet dan teteh Adzimattinur

Dalam pembicaraan itu, bunda Pipiet juga bercerita tentang kehidupannya, tentang sakitnya yang harus membuat beliau tranfusi darah setiap 3 bulan. Dari situlah saya menangkap sosok bunda Pipiet yang begitu sabar, yang memiliki rasa syukur yang teramat besar, dan keimanan pada Allah yang sangat mantap dan begitu menancap di hati

Bagaimana dengan teteh Adzimattinur? Apakah saya juga berbincang dengannya?

Oh, saya bahkan ramai berdua dengannya, ma'lum ya, anak muda gitu hehe. Kami bertukar cerita keseharian yang relatif berbeda. Saya yang selalu dikurung di rumah tanpa boleh kemana-mana dan teteh Adzimattinur yang bisa kemana dan tidak terlalu terkurung. Sungguh, kami berdua adalah pribadi yang sangat berbeda. Tapi agaknya kami memiliki satu faham yang sama. *Betulkah kesimpulan saya ini, teh Zhizhii? :)*

Akhirnya, puncak pertemuan kami semakin terasa dengan workshop singkat dan dadakan yang di adakan pukul 7.30-9

Saya beserta santri putri di ruang tamu putri, sedangkan para santri putra di ruang tamu putra. Dimanakah bunda Pipiet dan teteh Adzimattinur?

Aha, beliau berada di antara kami. Di ambang pintu *alafwuuu!* yang menghalangi santri putri dan putra untuk bertemu. Yang penting, baik santri putri maupun santri putra bisa mendengarkan dengan jelas semua pengarahan dan pelatihan kecil yang di sampaikan oleh bunda Pipiet dan teteh Adzimattinur. *untuk isi workshop singkat dan dadakan ini, insyaAllah dinote selanjutnya :)*

Dan.. Waw! Disitulah kekaguman saya semakin bertambah, Semakin menjadi dan semakin meningkat!

Bunda Pipiet begitu terlihat bersahaja. Teteh Adzimattinur begitu terlihat kecerdasannya. Dan pada saat itu pula, terlihat betapa tawaddhu'nya ibu dan anak ini, MasyaAllah! *saya tak bisa menjelaskan lebih detail dan lebih rinci, tapi suatu saat jika teman-teman bertemu dengan beliau, maka teman-teman akan merasakan hal yang sama dengan saya.*

Saya tak bisa berkata apa-apa lagi. Yang saya rasakan hanya kebahagiaan dan kekaguman. Saya sangat bersyukur, karena saya *yang tidak pernah kemana-mana dan minim komunikasi* bisa bertemu dengan beliau dan meraup untung berupa ilmu yang sangat banyak sekali! Sungguh saya tak pernah menduganya!

Segala puji bagiMu, wahai Allah, Dzat yang Memberi sebelum di mintai..

Lalu seperti biasa, dimana ada pertemuan disitulah terdapat perpisahan. Pukul 9.30 bunda Pipiet dan teteh Adzimattinur berangkat pulang dari rumah saya. Dengan meninggalkan kenangan manis yang tak kan terlupa dan begitu berharga.. ah, semoga Allah segera memperjumpakan kita kembali. Baik di dunia ataupun kelak di akhirat nanti. Amiin :)

Akhir catatan, selamat ulang tahun bunda Pipiet Senja *1605*. Semoga usiamu selalu mendapat rahmat dan berkah dari Allah. Semoga jerih payahmu dalam menulis mendapat pahala yang besar dan selalu bermanfaat bagi kami. Barakallah fi umrikum, waAllahu yahfadzkum :))

-ooo-

Salam manis, penggemar 'kecil' : Lubabah Aly

Selasa, 10 Mei 2011

Tarjamah dan Tafsir

Tarjamah dan tafsir itu beda. Untuk menarjamah memang mudah. Tapi tidak untuk menafsiri. Dan menafsiri tak boleh asal, bahkan membutuhkan bekal ketinggian dan kedalaman ilmu,
Selama bukan Nabi pasti mempunyai dosa, meskipun wali besar. Tapi dosa itu bukan untuk menghinakan beliau, melainkan peringatan bagi kita bahwa wali-wali itu bukan Nabi. Hanya itu dan tidak lebih
Kok bisa gitu, kalo ada orang yg lebih pinter drpd situ malah situnya sewot, sinis, sebel.. Apa situ ga baca ayat 'wa fauqo kulli dzi 3ilmin 3alim'? Nah sekarang apa guna situ pinter tapi pinternya cuma buat situ sombongin

03-05-2011 5:46

pagi ini 2 santri Ummi mengkhatamkan hafalan qur'annya..

Ah, teringat kembali 29 november 2009, saat Ummi memelukku dengan tangis harunya.

Ummi, aku telah khatam. Doakan agar aku bisa seperti Ummi.. Dan bisa mengamalkannya
dendam kesumat, hanya akan menghancurkan diri sendiri
Rendahkan hati, jangan rendahkan diri

Aku dan Kanda

Kanda: aku bisa baca karakter seseorang dari cara menggambarnya, tulisannya..
Aku: ohya? Kalo karakterku gimana?
Kanda: kamu sering memaksa
Aku: maksudnya?
Kanda: kamu sering memaksakan dirimu untuk tersenyum
Aku: oh..

Inilah Saya!

saya tidak suka mengurus orang, saya cuek, saya tidak begitu perhatian dan tidak begitu peduli pada orang lain, saya suka menyendiri dan saya tidak suka menuntut..
Tapi kenapa sulit sekali untuk menjadi diri saya sendiri ya?

Penyakit yang Kambuh

17 April 2011



Hari itu semua penyakit saya kambuh:

1. Maag

2. Malas > obatnya harus di lawan

3. Bete > obatnya rutin baca shalawat

4. Egois > obatnya harus di cuekin

5. Sumpek > obatnya rutin baca alqur'an

6. Ngambek > obatnya berdzikir



Akibatnya saya selalu ingin menangis. Karena penyakit kedua dan seterusnya tiba-tiba saja jadi akut



Tapi betapa bodohnya saya yang tidak segera mengobatinya bahkan membiarkannya begitu saja



***



Dini hari, saya bangun dengan perut sakit (penyakit pertama)



Pagi hari, saya masih lemas-lemas. Setelah mengaji bersama Baba, saya izin pada Ummi untuk tidak masuk ke kelas sebelah. (penyakit kedua) Ummi mengizinkan karena Ummi hanya tahu penyakit pertama dan tidak sadar adanya penyakit kedua



Baba: kenapa tidak ngajar?

Ummi: kasihan Ustadz, dia sakit

Baba: sakit sedikit saja sudah tidak mau ngajar! Itu namanya cobaanNya untuk dia! Kalau seperti itu tidak pantas jadi guru! (obat dari Baba untuk penyakit kedua yang berupa bentakan)

Saya: kalau begitu jangan jadikan saya guru.. (penyakit keempat)

Baba: sudah sana belajar, nanti tetap ngajar dan tidak boleh di gantikan orang lain



Saya pergi dari ruangannya Baba dengan muka manyun.



Di kamar saya hanya membuka-buka mata pelajaran yang harus saya sampaikan hari ini tanpa memahaminya (penyakit ketiga)



Saya biarkan kitab-kitab itu tergeletak. Menutup kamar dan berbaring menghadap tembok. Saya pun menangis (penyakit kelima) dan saya bertekad untuk tidak menanyakannya pada Baba (penyakit terakhir)



Jam 7.30 saya benar-benar masuk ke kelas lain itu dan membawakan pelajaran yang akhirnya bisa saya fahami dengan bertanya pada kakak kelas



9.00, saya waktunya mengaji lagi bersama Baba. Saya pun turun ke bawah bersama teman-teman dan kakak kelas



Kitab saya yang ada di ruangan Baba tidak saya ambil. Karena disana ada tamu.



Teman-teman dan kakak kelas saya sudah ada di ruangan lain, menunggu Baba yang sedang mengambil kitab di ruangannya.



"saya nggak ikut ngaji, nggak bisa ngambil kitab." (penyakit kedua dan keempat)



Teman-teman dan kakak kelas saya hanya tersenyum. Lalu saya meninggalkan mereka. Tapi ternyata Baba menyodorkan kitab saya. Lalu mengajak saya untuk mengaji.



Penyakit terakhir saya pun sedikit terobati.



10.30, semua KBM telah usai. Saya turun ke lantai bawah untuk beristirahat.



Saya berbaring di kamar Ummi sambil memainkan HP. Ternyata Baba datang dan menggoda saya dan adik saya. Kemudian Baba meminta kopi.



Saya membuatkannya, dan mengantarkannya pada Baba. Semua penyakit saya perlahan-lahan sudah bisa saya lupakan. Saya tersenyum



"jadi orang itu yang ridho," Baba menasihati saya, dan membuat penyakit-penyakit saya sembuh seketika. Entah kemana malas, bete, egois, sumpek dan ngambek itu. Hati terasa sangat sejuk mendengar nasihat Baba.



11.00, saya pun tertidur dengan keadaan sehat dan tanpa penyakit sedikitpun



12.00 saya terbangun. Gerah, sangat gerah. Saya keluar dari kamar Ummi sambil membawa handuk. Tiba-tiba Baba menghadang saya. Dengan membawa sarung cantik Baba bertanya, "mau ini?"

Saya mengangguk dan menjawab, "mau."



Ah, hati ini benar-benar sejuk. Baba berusaha menghibur saya dan menghilangkan semua penyakit-penyakit saya.



Siang itu saya memulai aktifitas dengan senyuman. Saya sembuh total!



Tetapi dalam hati saya sangat malu. Hari ini saya berlaku seperti halnya anak kecil. Saya sangat kekanak-kanakan. Saya tidak dewasa dan saya berbuat suatu kesalahan besar pada Baba..



Baba maafkan saya. Saya hanya memikirkan diri saya sendiri. Maafkan saya Baba.. Doakan agar penyakit-penyakit itu tak datang lagi agar saya tak merasakan betapa sakitnya penyakit itu.



Allah yutsibukum ya Abati..

Senin, 09 Mei 2011

Uthruhah, Laptop dan Setan

Diantara kurikulum belajar di tempat saya, setiap kelas mulai dari kelas 2 ibtida' sampai 3 mutawassith diberi tugas-tugas khusus di luar KBM.

Untuk kelas 2 dan 3 ibtida' serta 1 mutawassith tugasnya mudah. Hanya menerjamah kitab-kitab yang pernah dikaji dan memberikannya sedikit keterangan. Sedangkan untuk kelas 2 mutawassith tugasnya lebih mudah lagi, yaitu mencari hadits yang hurul awalnya alif sampai ya', atau hadits yang berbicara tentang puasa (contoh). Setiap anak mengumpulkan 10 hadits dan tidak boleh sama. Dan yang untuk kelas 3 mutawassith agak berat. Yaitu membuat tulisan. Kami menyebutnya Uthruhah (skripsi) tapi lebih tepat dikatakan esai :D

Temanya di tentukan oleh anak kelas itu sendiri. Begitu juga saya dan teman-teman. Tahun ini kami harus membuat Uthruhah karena kami sudah kelas 3 mutawassith.

Kami mengusung tema adab.

Saya mendapatkan bagian tema adab berteman.

Mulailah saya mencari marji' (sumber) dari yang namanya kitab Taisirul Khollaq, Ta'lim Muta'allim sampai kitab besar Ihya' Ulumiddin. Memang berat, tiba-tiba saya harus membuka kitab Tasawwuf itu tanpa belajar terlebih dahulu. Tapi saya berusaha, dan saya tidak sendiri. Ternyata Baba dan Ummi mendukung penuh dan menyemangati kesibukan baru saya itu. Setiap kata dalam kitab itu yang tidak saya fahami -dan itu sangatlah banyak- Baba dan Ummi akan segera menjelaskannya. (Alhamdulillah bini'matihi tatimmu sshalihat)

Saya tulis apa yang telah saya dapatkan dari marji'-marji' itu di laptop saya. Saya taruh saja calon Uthruhah saya itu pada dekstop. Tujuan saya hanya satu, agar saya ingat setiap saya menyalakan laptop. Saya beri nama word document calon Uthruhah saya dengan nama Bismillah InsyaAllah. Lagi-lagi dengan tujuan -dan harapan-, agar saya menulisnya tidak sendiri tapi dengan pertolongan Allah dan Ia mengabulkannya dengan menjadikan Uthruhah saya sebagai Uthruhah yang baik.

Pagi hari (03052011) saya menunjukkan video pada salah satu teman saya. Tapi belum sampai video itu selesai, tiba-tiba laptop saya not responding. Tak lama kemudian langsung error.

Saya tidak kaget, karena sudah ketiga kali ini laptop saya error. Bleng gitu deh

Sore hari saya baru 'mengeluhkan penyakit laptop saya yang sering kambuh' itu kepada 'dokter pribadi'nya, yaitu kakak saya sendiri (MHaC)

Seketika itu juga kakak saya langsung 'memeriksa'nya. Dan dia 'memvonis' bahwa ia harus segera di 'operasi'. Penginstallan ulang pun segera dilakukan olehnya.

Saya masih tenang-tenang. Tapi ketika saya mulai mengaji saya langsung ingat pada Uthruhah saya. -upaya jahat setan untuk membuat saya tidak konstrasi pada bacaan Alqur'an, huh-

Saat itu juga saya bingung. Ya Allah.. Uthruhahku!!

Tanpa memikirkan diri sendiri yang sedang mengaji, saya langsung mendatangi kakak saya -oh tidak, saya dikalah oleh setan..-

Ketika saya tanyakan bagaimana kondisi Uthruhah saya, kakak saya menggeleng. Oh! Secepat kilat saya faham bahwa Uthruhah saya tidak selamat!

Haaahh.. Saya lemas. Saya kembali ke kamar lagi

Tidak, saya tidak boleh merasa sedih. Karena saya ingin menang dari setan. Seketika itu juga saya kembalikan semuanya pada Allah.

Ya ya ya, Uthruhah saya tidak selamat. Tapi inilah kehendak Allah. Allah sudah mengatur semuanya dengan baik. Mungkin Allah ingin menguji kesungguhan saya dalam membuat Uthruhah. Mungkin juga Allah sedang menguji sampai dimana kesabaran dan kepasrahan saya kepadaNya. Ketika Uthruhah saya itu 'diambilNya kembali', Allah ingin tahu, apakah saya akan segera mengingatNya atau akan berlarut-larut dalam kekecewaan dan kesedihan? Apakah saya akan segera kembali pada Allah atau bahkan masih dalam pengaruh jahat setan?

Lagipula, Uthruhah itu melayang karena kesalahan saya sendiri. Saya menaruhnya di C:, padahal kakak sudah memperingatkan agar tidak menaruh apa-apa di C:

Jadi wajar sekali Allah mengambilnya karena saya tidak bisa menjaganya dan tidak peduli pada peringatan kakak saya

Saya tersenyum. Entah mengapa kesedihan itu tiba-tiba hilang. Saya bahkan tersenyum dan tertawa.

Ah, saya merasakan betapa teduh dan sejuknya hati bila menyandarkan dan mengembalikan semuanya pada Allah.

Saya teringat Baba dan Ummi yang selalu menasihati agar semuanya dikembalikan pada Allah ketika tertimpa musibah. Karena dengan mengingat Allah hati akan terasa bahagia. Semua akan terasa ringan karenanya. Dan ia tak kan merasakan kekecewaan sama sekali..

Dari sini saya mulai belajar, jika terjadi sesuatu, baik menyenangkan atau tidak, saya harus bisa mengembalikannya pada Allah. Saya harus selalu mengingat Allah dalam keadaan senang maupun susah. Dengan begitu, saya tidak akan kalah lagi oleh setan. Sedangkan setan adalah musuh terbesar saya. Musuh bebuyutan yang tak henti-hentinya menyerang saya

Dan apapun yang terjadi, pasti ada hikmahnya. Meskipun saya belum mengetahui hikmah semua itu. Yang jelas, terkadang suatu hal baik menurut saya tapi tidak menurut Allah, buruk menurut saya tapi tidak menurut Allah. Allah yang Maha Mengetahui, Allah Sang Pengatur Semesta. Karena itu bagaimanapun caranya saya akan tetap berusaha untuk menjadi hamba yang pasrah seutuhnya. Sesulit apapun itu saya akan tetap berusaha.. Dan saya bertekad untuk tidak terus-menerus kalah dari setan. Saya harus menang dengan pertolonganNya..

Akhir catatan, semoga kita dijadikan hamba yang senantiasa bisa mengingatNya, dalam senang ataupun susah. Amin bijahi Sayyidil Mursalin

Wabillahittaufiq :)

p.s: untung aja Uthruhah saya baru 3 page :DDD

Aku dan Panggilanku :3

Hasan, Isro' dan 'para pengikutnya' memanggilku Aub *jumhur xD
Mbak Um memanggilku Kabul *semoga tak ada yang mengikuti :D
Kholah Ul, Ong Ipha', Sora dan mereka memanggilku Lulu *mulai menyebar luas :D
Batul dan adik-adiknya memanggilku kholah Ilue *so sweeeet.. :3
Bang Fais, mbak Atik dan Tika memanggilku Baba *lutcuu -tapi sebenernya aneh xDD
Kak Ima Syahab memanggilku Uba *biar beda kata beliau :))
Neng Hana dan neng Muna memanggilku Ubey *setelah mereka baca alamat emailku :0
Dek Im memanggilku Cilub *tak berdasar --"
Inul memanggilku Budhe *gara-gara dia punya anak :3
Ilal dan Ama' memanggilku Ba'bu' *awalnya karena cedal, eh nggak taunya kebawa sampe besar :D
Atho', Syadzil dan mama mereka memanggilku Chibi *permintaan resmi :3
Ayun, Dita, Nisa, kak Widi dan kak Dew memanggilku Enyub *sepertinya mereka suka nama itu xD
Kak Dhe dan kak Vel memanggilku Lul *nanggung banget U yang terakhir ga dipake :D
Mbak Lathifah memanggilku Ciyu *mendapat rekomendasi khusus :DD
Gus Abbas memanggilku Bos *karena dulu saya pimred --"
Gus Najib memanggilku neng Ilue *tanpa sebab tanpa keterangan :D
Nabila, Alda, Yonika dan mereka memanggilku Kak *adik-adik dekatku :)
Kak Vera, kak Ayu, kak Ana dan lainnya memanggilku Dek *kakak-kakak akrabku :)
Tante memanggilku Sinok *mungkin karena disana aku yang paling muda :D
Nurul F Huda memanggilku Kacung *dan aku memanggilnya Akang :DD
Bunda memanggilku Lulu' *gara-gara kholahku yang bernama Lulu' menjadi istri sepupunya :3
Alawy memanggilku mbak Ub *lain daripada yang lain :D
Mbak Novi memanggilku dek Putri *soalnya kenal di FB Putri Sufaira Aly :DD
Mbak Indah memanggilku Jenk *begitu juga sebaliknya :D
Izum memanggilku Sob *untung pake B gak pake P xD

Dan semua yang pernah memanggilku sayang, cinta, kasih.. Pun yang tak pernah memanggilku sama sekali, hanya dengan 'hei,' Bagaimanapun panggilan kalian, semua itu sangat berharga dan tak kan terlupa. Karena ku miliki kenangan indah di dalamnya.. Terimakasih semua. Panggilanmu mengekspresikan perasaanmu *alah sok puitis sok tau :D xDD

P.S: jumhur: biasanya digunakan dalam bahasa islam untuk mayoritas ulama' yang berpendapat demikian dan demikian (kadza wa kadza hehe hahahaaha :D :DDD xD