Rabu, 03 Agustus 2011

Uban dan Kecaman

Jum’at, 29-07-2011, 9:30-9:38 AM



“Aub, Baba,” ujar Bontot. Saya yang sedang memainkan HP saya tiba-tiba merasakan enggan yang sangat. Mungkin ada ‘setan’ yang bergelantung di hati saya. “aaah.. Baba..!! saya maleees!” tapi ternyata hanya didepan Bontot saya berani mengatakan itu. Dan akhirnya toh, melangkah juga kaki ini. Semoga ‘setan’ saya kecewa. Amin



Saya segera duduk disamping Baba, kemudian mulai menyibak-nyibak rambut hitam beliau.

Untuk sesaat saya masih diam. Namun selanjutnya pikiran saya berputar-putar. Entah darimana asal dan apa sebabnya, tiba-tiba ada yang mengganjal disana. Dan saya mantapkan hati untuk bertanya pada Baba, Ayah yang menjadi Guru segala bagi saya itu.



“Ba,”

“hm,”

“kalo ada orang yang berbuat buruk, kan kita nggak boleh mengecamnya Ba?”

“iya. Kalo kita mengecamnya, jangan-jangan kita kualat, melakukan hal yang sama seperti itu. Kalo ada orang yang berbuat buruk ya kita harus menasehatinya, tapi hati tidak boleh mengecam.”

“oo..”

Saya diam. Tapi pikiran masih mengganjal.

“Ba,”

“hm,”

“kalau begitu kita harus mendoakan?”

“tentu saja.”

“terus kalo seandainya kita melihat orang yang melakukan hal yang buruk dan kita tidak pernah melakukannya, kita bersyukur Ba?”

“ya. Ucapkan Alhamdulillah, saya tidak diuji semacam itu oleh Allah.”

“terus Ba, kemarin di kitabnya Al-Buthy kan, dendam fillah itu nggak ada. Kalo mengecam fillah Ba? Ada toh?”

“mengecam fillah ada.”

“contohnya gimana Ba?”

“saya tidak senang melihatmu seperti itu. Karena itu menyalahi Allah.”

“oo.. iya Ba. Terimakasih.”



Saya tersenyum, lega. Dan dalam hati saya bersyukur, karena saya –dengan TaufiqNya- mencabut ubannya Baba. Coba tadi saya menuruti ‘setan’ saya, pasti saya tidak menemukan jawaban dari yang mengganjal dipikiran saya itu. Dan tentunya, saya sangat-sangat bersyukur, dengan mencabut ubanpun Allah memberikan ilmu pada saya. Benar-benar, ilmu bisa di dapat kapanpun dan dimanapun kita berada..



Terimakasih Baba. Saya akhirnya mengerti, kita tak boleh mengecam jika kita tak ingin terkena hukum karma.. dan entah mengapa, ternyata saya pun mengambil pelajaran dari penjelasan Baba, bahwa kita tak boleh merasa menjadi yang terbaik, sebab diatas kita masih banyak yang jauh lebih baik dan sangat lebih baik lagi, apalagi jika di sertai dengan mengecam pada lainnya.. Jazakumullah ahsanal jaza, Baba..



Wabillahittaufiq :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar