Sabtu, 19 Februari 2011

Kasih Sayangmu..

Kejadiannya berlangsung saat saya kelas 5 (2 mustawal awsath)

Waktu itu pelajaran saya sampai pada ilmu faroidh (ilmu tentang warisan)

Otomatis saya harus membicarakan orang-orang yang berhak menerima warisan beserta bagian harta yang diterimanya. Padahal saya sama sekali tidak ahli dalam hal hitung-menghitung apalagi bagi-membagi. Argh!

Disitu entah mengapa saya tidak juga bisa memahami pelajaran tersebut. Padahal teman-teman sudah memahaminya bahkan bisa membagi harta-harta itu pada yang berhak dengan benar. Bagi istri yang mempunyai anak, bagi anak laki-laki, bagi suami yang tidak memiliki anak, bagi ayah ibu dan bagi yang lainnya.

Sungguh! Otak saya tidak bisa menerimanya sama sekali! Seakan buntu begitu saja

Ummi yang membawakan pelajaran sampai melihat saya berkali-kali.

"faham Lub?" tanya Ummi. Saya hanya bisa memandang wajah Ummi dengan wajah memelas dan mata berkaca-kaca, lalu menggeleng.

Ummi bahkan harus menghela nafas berkali-kali melihat saya yang tak kunjung faham itu. Bahkan Ummi sampai menggambarkan contoh di kitab beliau dan menyuruh saya duduk di samping beliau sendiri.

Dengan sangat detail Ummi menjelaskan ilmu faroidh itu. Tapi saya tetap saja buntu!

Lalu tiba-tiba Ummi bilang sama kakak kelas saya, "sudah, kelasmu sama kelas setelahnya libur dulu. Biar Lubabah faham."

Hah?! Saya terperanjat kaget. Ummi meliburkan dua kakak kelas saya dan berusaha membuat saya faham?!

Saat itu saya berpikir, mengapa bukan kelas saya saja yang diliburkan? Jelas-jelas saya sudah tidak bisa menerimanya.. Hiks

Satu jam berlalu. Saya masih tidak bisa memahami pelajaran ini. Saya sampai nangis-nangis merasakan betapa sakitnya penyakit bernama bodoh. Huhuhuh..

"Ummi udah Mi udah, saya nggak bisa, susah ini, udah.." saya merengek-rengek. Ummi menggeleng, "kalau di sudahi lalu kapan kamu akan bisa?"
"tapi susah Mi, susaaah.."
"hal yang susah akan jadi mudah kalau kamu mau menekuninya,"

Saya tak lagi membantah Ummi dan diam. Ya.. Ummi benar, hal yang susah akan jadi mudah bila mau menekuninya.

Saya menarik nafas, ternyata Ummi begitu memikirkan saya sampai-sampai Ummi rela meliburkan dua kakak kelas saya agar saya bisa memahaminya

Saat saya menyadari hal itu, saya pun bertekad, saya harus bisa. Toh, ilmu faroidl adalah sesuatu yang kelihatan, bisa dilihat oleh mata, jadi mengapa saya tidak bisa?

Saya hapus air mata saya yang terlanjur menetes. Dan mulai membentuk konsentrasi yang baru.

Tak lama kemudian, Ummi tersenyum. Tersirat kelegaan di wajah cerah beliau. Sedangkan saya hanya bisa cengar-cengir malu. "alhamdulillah kamu sudah faham, sekarang pecahkan contoh-contoh di atas, Ummi turun dulu. Jangan berhenti sebelum semuanya selesai dengan pemahaman yang benar." Ummi tersenyum lalu meninggalkan kelas.

Saya menghela nafas lega. Saya bersyukur mempunyai ibu yang teramat sabar dalam membentuk kefahaman anaknya. Saya bersyukur mempunyai ibu yang selalu memikirkan anaknya, dari hal sekecil apapun hingga yang terbesar.

Ummi, keputusan Ummi untuk meliburkan dua kakak kelas saya adalah bentuk kasih sayang yang jarang sekali bisa saya lihat. Saya bertambah yakin bahwa Ummi menyayangi dan mencintai saya dimanapun saya berada. Dalam kelas maupun tidak.. Syukron jazilan Ummi, jazaakumullah ahsanal jaza'.. Aku mencintaimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar