Sabtu, 19 Februari 2011

Bontot dan Kekagetannya

Sudah 5 tahun ini saya selalu meminta izin terlebih dahulu kepada Baba atau Ummi jika saya hendak melakukan suatu pekerjaan, tidak hanya jika saya hendak keluar saja. Seperti halnya saya meminta izin untuk sekedar berkumpul dengan teman-teman di lantai dua. Tapi saya tak tahu apa alasan saya untuk minta izin seperti itu, dan siapa yang mengajari saya.

Suatu hari, begitu saya mengkhatamkan hafalan Alqur'an saya, saya membuat jadwal waktu untuk mentakror (mengulang) hafalan saya itu.

Saya tulis jadwal baru saya diselembar kertas. Saya tunjukkan pada Ummi, dan Ummi mengangguk mengiyakan. Lalu saya ke tempat Baba.

"Ba, ini jadwal waktu saya."
"buat apa?"
"buat takror hafalan Ba."
"bacakan,"

Saya pun membacakan jadwal baru saya. "setelah subuh, takror untuk takror maghrib, setelah dzuhur, takror juz depan, setelah ashar takror juz belakang, setelah maghrib takror sama Ummi."

Baba mengerutkan keningnya. "lalu kapan waktu mengambil ubannya Baba?"

Saya tersenyum kecut mendengar pertanyaan Baba. Memang biasanya saya yang mengambil ubannya Baba. "ya.. Kalau pagi-pagi,"
"kalau pagi ente sekolah sampai jam 11. Nanti jam 11 tidur sampai dzuhur."
"ng.. jadi gimana Ba? Boleh nggak jadwal saya yang seperti ini?" tanya saya sekali lagi. Baba tersenyum dan mengangguk.

***

Bukan. Baba bukannya meminta waktu tertentu untuk mengambil uban beliau. Sewaktu-waktu Baba bisa menyuruh saya mengabil uban beliau itu, bahkan ketika saya sedang mengaji atau sekolah sekalipun.

Tapi Baba hanya mengingatkan. Sesibuk apapun saya, saya tidak boleh lupa untuk berbakti pada orang tua. Hanya itu. Meskipun dari pagi hingga malam saya ada kegiatan belajar dan menghafal, tapi dari pagi hingga malam itu juga harus ada bentuk berbakti pada Baba dan Ummi.

Kelihatannya mengambil uban adalah hal yang sepele, bahkan lebih penting menghafalkan dan belajar. Tapi mengambil uban adalah salah satu bentuk saya untuk berbakti pada Baba dan Ummi. Berbakti kepada orang tua adalah wajib, tetapi untuk belajar dan menghafal tidak semuanya berhukum wajib.

Toh, mengambil uban hanya memerlukan sedikit waktu, dan tak akan membuat waktu itu berantakan. Mungkin dari mengambil uban itu juga, keridhaan Allah yang digantungkan pada keridhaan orang tua akan datang. Lagipula saya tak tahu dimana tempat Baba dan Ummi ridha kepada saya.

Maaf Baba, maaf Ummi, jika saat mengambil ubannya Baba dan Ummi tak ada niat untuk berbakti dihati saya, atau bahkan dengan hati yang enggan hingga membuat Baba dan Ummi kecewa.

Terimakasih atas nasihat tersembunyi Baba dan Ummi. Memang masih banyak nasihat tersembunyi yang belum berhasil saya fahami. Tapi saya akan berusaha. Saya akan berusaha untuk memahami nasihat-nasihat berharga itu agar saya bisa berbakti pada Baba dan Ummi.

Hadza, Allah yahfadzkum ya yustibukum. Jazaakumullah ahsanal jaza'

Wabillahittaufiq :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar