Selasa, 29 November 2011

Dibalik Kutipan Favorit Saya #1

Ada yang pernah buka profil saya? *kayaknya ada deh :D* Lihat info kutipan favoritnya nggak? Kalo lihat, maka inilah rahasia mengapa jadi favorit saya. Kalo enggak, ya sekarang tau kan :D :D Jadi begini ini kutipan favorit saya itu: ¤ aljannah ma hiy balasy ¤ innama anta birruhi la biljasadi insanu ¤ taslithuddin 'alal waqi' fa yughoyyiruh, ma huw taslithul waqi' 'aladdin fa yughoyyiruh ¤ al'ilmurrosikh wan naf'u linnas ¤ irodatuna yajibu an tamsyi waro-a 'aqidatina ma hiy 'aqidatuna tamsyi waro-a irodatina ¤ idza kanatinnufusu kibaro ta'ibat fi murodihal ajsamu ¤ la 'aisya illa 'aisyul akhiroh ¤ innama yu'roful haqqu bir rijal fa yajibu ittiba'uhum idza kana yajibu ittiba'ul haqq ¤ imsyi zayyannas ¤ al'ilmu ma-tiy ma huw atin ¤ la ya'riful fadhla li dzawil fadhli illa dzawuh Hyaaa.. langsung aja ya, saya berbagi apa yang saya suka. Yah, dengan dalil “la yu’minu ahadukum hatta yuhibba li akhihi ma yuhibbu li nafsihi,” deh :D :D *nyambung nggak ya --“ 1. Aljannah ma hiy balasy (surga tidak gratis) Sebenernya itu perkataan Sayyidinal Walid Abuya Assayyid Muhammad bin Alawy Almaliky Alhasani. Saya nggak tau apa yang dimaksud sama beliau. Tapi dengan kefahaman saya yang masih dangkal, saya hanya bisa mengiyakan kata-kata beliau itu. surga emang nggak gratis. Kalo mau masuk surga ya musti ada persyaratan ini itu.. ga Cuma-Cuma gitu loh. dan nggak tau kenapa, denger kata indah beliau itu saya jadi ingat ayat ke 111 dari surah Attaubah. Yang artinya adalah: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alqur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” 2. Innama anta birruhi la biljasadi insanu (sesungguhnya kamu dikatakan manusia dengan jiwamu, bukan dengan badanmu) Kalo ini saya nggak tau perkataan siapa. Saya taunya dari Baba aja. Hehe.. alasannya, ya emang kayak gitu adanya :D ya, sekarang katakan aja deh, apa gunanya badan ini kalo nggak ada jiwanya. Emang saya orang mati? Hehe. Jadi ya.. kalo saya dikatakan manusia dengan jiwa saya, berarti saya harus punya jiwa yang baik. Kan “bangunlah jiwanya” dulu baru “bangunlah badannya” :D :D bedanya, jiwa saya nggak Cuma bangun “untuk Indonesia Raya” doang, tapi juga untuk Islam dan Akhirat nanti. insya Allah :))) 3. Taslithuddin 'alal waqi' fa yughoyyiruh, ma huw taslithul waqi' 'aladdin fa yughoyyiruh (memberdayakan agama untuk merubah keadaan, bukan memberdayakan keadaan untuk merubah agama) Ini saya juga nggak tau perkataannya siapa. Lagi-lagi saya dapet dari Baba.. *yaiyalah secara, dapet dari siapa lagi coba kalo enggak dari Baba, Hehe* jadi saya denger kata-kata ini pas hari selasa, tepatnya pas lagi pengajian kitab Al-Bukhary. Jadi lagi, ini Baba nerangin kalo dalam kehidupan, seharusnya agama yang mampu merubah keadaan, bukan keadaan yang merubah agama. Contohnya gini, saya lagi ‘pengen pacaran’ *Cuma contoh loh, contoh! :D* tapi agama nggak ngebolehin buat pacaran, padahal ‘tuntutan zaman’ udah bekata “Hare Gene Ga Punya Pacar?? Hellooowwww...???” Dari sini, saya harus mengalahkan keadaan yang udah terlanjur ngomong kayak begituBukannya malah berdalih dengan yang enggak-enggak, lalu agama dikalahkan dengan keadaan ntu, hingga akhirnya ada istilah yang miris dan bener-bener nggak bener: Pacaran Islami.. Allah yahfadzna min syarri dzalik 4. Al'ilmurrosikh wan naf'u linnas (Ilmu yang menancap –dihati- dan bermanfaat bagi manusia) Hehe, saya nggak tau juga ini kata-kata siapa, tetep denger dari Baba :D. Baba sering banget bilang gitu, biar kami santrinya ini semangat dan giat dalam mendalami ilmu agama. Cuz ilmu yang mancep dihati itulah yang bener-bener dinamakan ilmu, yang bisa menjadikan pemiliknya bergelar alim *tapi gelar bukan tujuan kami* tapi kalo Cuma mancep doang, nggak ada gunanya juga kale. Jadi ilmu yang mancep, harus bisa mengantarkan kami menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. itulah, tujuan utama Baba dalam mencetak generasi.. al’ilmurrosikh wan naf’u linnas :)) 5. Irodatuna yajibu an tamsyi waro-a 'aqidatina ma hiy 'aqidatuna tamsyi waro-a irodatina (kehendak kita harus berjalan dibelakang aqidah kita, bukan aqidah kita berjalan dibelakang kehendak kita) Yang saya tau dari kata-kata ini, Cuma komentar Baba tentang kebanyakan orang sekarang. Dan saya nggak tau juga sebenernya kata-kata siapa :D :D *duuh malu :”> :D :D* jadi Baba lagi ngebentengin santri-santrinya. Kan sekarang ini banyak banget, orang yang aqidahnya berjalan dibelakang kehendaknya. Jadi kehendaknya gini, lalu aqidahnya ikutan gini. Katakanlah, mereka yang Cuma asal-asalan menafsiri Alqur’an dan Hadits. Mereka bilang kalo tafsirnya Alqur’an dan Hadits itu gini, seperti aqidah mereka. Padahal tafsir sesungguhnya nggak kayak gitu. Nah ini kan nggak bener. Bisa ngerusak agama ni. Makanya biar kehendak santrinya tetep berjalan dibelakang aqidah, dengan arti santri itu ‘iya’ begitu aja dengan aqidahnya, meskipun kehendaknya nggak seperti aqidah yang dianutnya, makanya Baba ngeluarin kata-kata itu.. makanya saya seneng sama kata-kata itu. Hehe 6. Idza kanatinnufusu kibaro ta'ibat fi murodihal ajsamu (jika jiwa itu besar, maka jisim akan lelah dalam keinginannya) Lagi-lagi denger dari Baba :D jadi kalo kata ini tu, gampangnya pantang menyerah untuk menggapai cita-cita kali ya? hehey.. kan kalo cita-cita saya gini, dan cita-cita itu kuat, saya pasti bakal berusaha sekuat tenaga biar cita-cita saya tercapai. Enggak peduli, seberapa susah buat ngewujudinnya itu, enggak peduli capeknya kayak gimana, yang penting cita-cita saya kabul! Hehe.. biasa sih, tapi yang ngebuat saya seneng banget sama kata-kata itu, setelah Baba neranginnya, Baba ngelanjutin kayak gini “lalu cita-cita kita apa? Cita-cita kita adalah bahagia dunia akhirat. Dan bahagia dunia akhirat tidak didapatkan dengan bermalas-malasan, tapi denga giat beribadah dan memperbanyak amal sholih.” :)) 7. La 'aisya illa 'aisyul akhiroh (tiada kehidupan kecuali kehidupan akhirat) Pada perang Khandaq itu, para Sahabat Muhajirin dan para Sahabat Anshar menggali parit dan memikul pasir-pasir itu dibelakang punggung mulia mereka. Kemudian mereka berkata: Nahnu alladzina baaya’u Muhammada, alal Islam / alal Jihad ma baqaina abada (kami adalah orang-orang yang telah membai’at kepada Muhammad, atas Islam / Jihad selagi kami hidup, selama-lamanya) kemudian, Rasulullah menjawab pada Sahabat-sahabat mulia itu: Allahumma innahu la khaira illa khairul akhirah, fa Baarik fil Anshari wal Muhajirah (ya Allah, sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka berkahilah para sahabat Anshar dan Muhajirin) –HR. Bukhary, dari Anas bin Malik. Riwayat lainnya datang dengan teks “la ‘aisya illa ‘aisyul akhiroh”. Jadi, kata-kata yang akhirnya dijadiin Baba buat motto pesantren kami, Nurul Anwar itu, adalah cuplikan dari hadits Rasul. Yang mana memang tiada kehidupan kekal dan abadi kecuali kehidupan akhirat kelak. Karena itu, hidup di dunia tidak ada artinya, sebab kehidupan sebenarnya adalah kehidupan akhirat. So, hayyyuuuuk sama-sama mikirin masa depan kita disana nanti, hayyuuuk sama-sama berusaha buat kehidupan disana nanti. La ‘aisya illa ‘aisyul akhiroh! :)) 8. Innama yu'roful haqqu bir rijal fa yajibu ittiba'uhum idza kana yajibu ittiba'ul haqq (sesungguhnya kebenaran dimengerti dari para Ulama’, maka mengikut kepada Ulama’ adalah wajib apabila wajib mengikuti kebenaran) Dapet kata-kata ini dari Baba juga pas ngaji kitab Al-Bukhary. Tapi saya lupa waktu itu ngomongin apa ya. hehee.. Cuma, sekarang ini cukup banyak yang bilang “harus menegakkan kebenaran”, tapi yang bilang gitu nggak mau ngikut Ulama’. –ironisnya, malah banyak juga yang menyatakan dirinya sebagai Ulama’- ya sama aja kan ya? padahal yang bener-bener ngerti kebenaran kan para Ulama’ yang alim-alim itu, bukan saya. Bukan kita. Ilmu kita seberapa sih dibanding mereka-mereka? Jadi, gimana bisa negakin kebenaran kalo nggak mau deket sama Ulama’ yang tau kebenaran itu? semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai Ulama’ dan mengikut pada mereka 9. Imsyi zayyannas (Berjalanlah seperti halnya manusia biasa) Baba lagi Baba lagi. Hehee.. Alhamdulillah ya, saya dapet ilmu banyak dari Baba :)) kalo nasehatin santri-santrinya, Baba sering bilang seperti itu. imsyi zayyannas, manusia biasa itu tidak sombong, manusia biasa itu tidak berbuat yang aneh-aneh, ga neko-neko. Kalau ada yang sombong, berbuat aneh-aneh, neko-neko dan lain sebagainya, maka itu bukan manusia biasa, itu manusia abnormal kali ya :D. Ya.. lagian dengan berjalan seperti halnya manusia biasa saya bakalan seneng dan anteng kok, hidup tanpa beban dan tanpa musuh Hehe 10. Al'ilmu ma-tiy ma huw atin (Ilmu itu di datangi, bukan mendatangi.) Kalo ini perkataan Imam Malik bin Anas.. saya suka, soalnya seharusnya emang kudu gitu. Jadi sekarang ini kan lumayan banyak, yang pengen belajar agama, tapi enggak mau datang ke Ulama’nya, malah Ulama’nya yang disuruh ke rumah si orang yang pengena belajar ntu. Kan nggak etis hehey.. seharusnya kalo pengena belajar agama ya doski musti ke tempat sang Ulama’, bukannya sang Ulama’ yang datang ke rumahnya.. ya untung aja ya, saya anaknya Baba sendiri. Jadi saya yang pengen mendalami ilmu agama ini nggak usah nyuruh-nyuruh Baba dateng ke rumah segala, orang saya kan serumah ama Baba. Hahaha :D :D 11. La ya’riful fadhla li dzawil fadhli illa dzawuh (Tidak ada yang bisa mengerti jasa orang lain kecuali orang yang layak menerima jasa) Yah, nggak tau lagi deh ini perkataannya siapa. Cuma tau dari salah satu Ulama’ gitu aja Hehe. Saya suka kata-kata ini karena orang yang ngerti jasa itu –menurut saya pribadi- bener-bener orang. Yah, secara idup di dunia ntu nggak bisa seorang diri, gitu. Pasti dapet jasa-jasa orang lain. Nah kalo dapet jasa terus nggak bisa ngerti jasanya kan, seolah-olah dia nggak tau terimakasih. Iya nggak? Jadi begitu saya denger kata-kata ini saya merasa kalo ada yang membela saya. Heheheee.. :D :D Wa ‘ala kulli haal, saya nggak Cuma suka kutipan ini doang. Tapi juga berharap, semoga mendapat “al’ilmurrosikh wannaf’u linnas.” dengan “al’ilmu ma’tiy ma huw atin.” juga “innama yu’roful haqqu birrijal fa yajibu ittiba’uhum idza kana yajibu ittiba’ul haqq.” Dan bisa benar-benar “Imsyi zayyannas.” dengan “taslithuddini alal waqi’ fa yughoyyiruh ma huw taslithul waqi’ aladdin fa yughoyyiruh.” serta “aqidatuna yajibu an tamsyi waro’a aqidatina ma hiy aqidatuna tamsyi waro’a irodatina.” Dan tak lupa “la ya’riful fadhla li dzawil fadhli illa dzawuh.” Sebab “innama anta birruhi la biljasadi insanu.” Dan “la aisya illa aisyul akhiroh.” Hingga akhirnya mendapatkan ridhoNya yang berbuah surga, yang mana ia adalah “aljannah ma hiy balasy.” :))) Wabillahittaufiq :))

1 komentar:

  1. 7 sumpah Allah dlm Asy Syams,bahwa Dia mengilhamkan kebaikan dan keburukan dalam jiwa. maka yang memelihara kebaikan, beruntunglah. yang memelihara kefasikan, celakalah.
    tulisan ini mengandung Semangat membaikkan, Ning! :)

    BalasHapus