Selasa, 29 November 2011

All is Well

Saya: Ba libur satu minggu Ba, liburan ke malang po'o.. Bontot: daripada nganggur di rumah nggak ada kerjaan Ba.. Baba: namanya liburan ya tentu saja nganggur nggak ada kerjaan Bontot: ya nggak gitu Ba, kan.. Saya: yaudah, kalo gitu nggak usah liburan ke malang tapi kalo laptopan liat film seharian jangan di marahin loh Baba: ya Saya+Bontot: yesss! -ooo- Baba.. Saya tahu Baba tidak mengekang saya, tidak melarang saya, saya tahu itu Baba.. Sebab Baba sudah mengatakannya "kamu hanya menuruti nafsumu." Baba, itu adalah aturan dan didikan Baba untuk saya. Karena saya seorang gadis, yang tak layak untuk selalu bepergian, kesana-kemari.. Apalagi hanya sekedar berdasarkan nafsu Baba, meskipun di malang adalah tempat Khali, paman saya sendiri Baba, meskipun liburan itu bisa saya katakan dengan alasan shilaturrahim, bisa saya katakan dengan alasan menyegarkan pikiran, tapi Baba benar: Saya hanya menuruti nafsu saya.. Baba, saya adalah anakmu. Engkau bebas mengatur saya, mendidik saya semaumu, Baba. Dan saya tahu, aturanmu adalah didikanmu. Dan engkau mendidikku untuk bisa menahan nafsu, menguasainya, dan tak melulu menuruti keinginannya. Baba, saya katakan keinginan saya pada Ummi. Saya ceritakan larangan Baba pada Ummi. Dan Ummi tersenyum. Hanya tersenyum, Baba. Tanpa mengatakan apa-apa. Baba, saya tahu apa arti senyum itu. Senyum Ummi berkata "Babamu benar, anakku.. Maka tahanlah nafsumu." Baba, Ummi.. Saya tersadarkan oleh 'larangan' itu, oleh senyuman itu, bahwa tak semua yang saya inginkan harus terpenuhi. Bahwa saya harus bisa mengendalikan nafsu saya, dan tidak dikendalikan olehnya! Dan saat saya 'mengancam' Baba di depan Ummi, untuk melihat film dan bermain laptop sepuasnya karena Baba tak mengizinkan saya berlibur ke malang, lagi-lagi Ummi tersenyum. Dan Baba menuruti saya dengan senyuman pula.. Saat itu pula saya tersadar, Baba dan Ummi menghibur kekecewaan hati saya. Baba dan Ummi mencoba membuat saya betah di rumah, menjadikan rumah sebagai surga "jika di rumah kamu bisa menyegarkan pikiranmu dengan film-film itu, mengapa kamu harus jauh-jauh ke malang untuk menyegarkannya? Tidakkah kamu mengambil yang terdekat, anakku?" Begitu kan Baba, Ummi? Baba dan Ummi tak menghancurkan hatiku, tak mengecewakannya, tetapi mendidiknya dan membuatnya bahagia, membuatnya senang dan gembira Saya akui, Baba, saya memang kecewa, tapi saya bahagia. Sangat bahagia, karena saya tak pernah lepas dari aturan Baba Ummi, didikan Baba Ummi, kasih sayang Baba Ummi.. Dan cinta Baba Ummi Tapi percayalah Baba, Ummi, saya tak kan benar-benar seharian melihat film, seharian di depan laptop, karena saya tahu: itupun nafsu! Dan saya akan berusaha menahannya, mengendalikannya.. Terimakasih Baba, Terimakasih Ummi.. Tak sanggup lagi saya mengatakan alasan terimakasih ini. Terlalu banyak yang harus saya ucapi terimakasih pada Baba dan Ummi Baba.. Ummi.. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Ridhamu ku harap dalam setiap detik hidupku..

1 komentar: