Sabtu, 19 Februari 2011

Percakapan Siang Hari

20 Feb 2011

Siang itu saya baca koran di kamar. Nggak taunya ada bocah usil berusia sekitar 5-6 tahunan memasukkan kepalanya ke jendela kamar yang terbuka. Saya diam saja tak menggubrisnya. Tapi ternyata dia menyapa

"hai, kamu temennya Abel ya??"

Saya agak kaget. Si Abel -bukan nama sebenarnya hehe- mah temennya Bontot. Saya menggeleng dengan senyuman

"ooh.. Aku tau, kamu pasti pacarnya itu kan?!" tanyanya polos. hah? tentu saja saya terkejut. eh ngomong apa ni bocah?? emang sejak kapan saya pacaran?? tapi saya ladeni juga tu, hehe

"pacarnya siapa..?"
"ituloh, yang dulu mondok disini. "
"siapa?"
"Abbas,"

Hwa! Saya terkejut bukan main. Eh, ni anak kecil udah bisa ngegosip?! Pacar dari mana coba? Kalo katanya Fahri AAC sih 'Hadzihi fitnah!' hehe

"loh, iya ta?" saya tanggapi dia lagi. Tapi tiba-tiba dia teriak ke temen-temennya yang juga ribut disana sama dia

"hei! Ini loh ada pacarnya Abbas..!"

Wuaaaa! Saya terbelalak kaget. Eh gila, ni udah bukan fitnah lagi, tapi haditsul ifki! -Walah-

"eh dik.. Kamu anaknya siapa?" saya alihkan tu pikiran ngelanturnya. Dia tersenyum sambil nampakin giginya yang gak lengkap bahkan bolong-bolong hehe

"aku anaknya ***,"
"ooh.. Kamu nggak pulang? Abis ngaji kan?" saya tau dia habis ngaji, karena masih pakai seragam diniyah asuhan anak pondok putra. Dia senyam-senyum

"ntar dicari ibunya loh.."
"ng, dulu.. Dulu.."
"dulu apa? Ayo pulang. Udah ashar tu, udah sholat belum?"
"heheheh.." bocah itu malah cengengesan lalu pergi begitu saja. Saya geleng-geleng kepala dibuatnya..

Kalau anak jaman dulu seusia dia pasti tidak berani tanya-tanya pada orang tidak dikenal apalagi sampai ngegosip. Walah,,

Saya sedikit miris. Bagaimana ibu dan ayahnya mendidik dia. Sampai-sampai dia berani memasukkan kepalanya ke jendela kamar orang.

Padahal, pernah suatu ketika saya keluar bersama Baba. Tiba-tiba ada keramaian di salah satu rumah yang saya lewati. Karena penasaran lalu saya melihat ke arah rumah itu, tepat di depan kaca jendelanya. Baba seketika itu langsung menolehkan kepala saya dengan tangan beliau agar tidak melihat kesana lagi.

Setelah saya mengaji dan sedikit mengerti, ternyata itu bukanlah adab. Ya, tidak adab melihat melalui kaca jendela rumah orang lain.

Ah, dari sini saya menyadari betapa pentingnya akhlak untuk semua manusia. Seharusnya sejak dini anak manusia dididik dengan akhlak yang baik dan benar Agar dia menjadi pribadi yang disenangi kawan-kawannya. Dan dengan begitu, saat ia dewasa ia akan mengerti dan memahami apa arti didikan orang tuanya dan apa itu hidup..

Wabillahittaufiq :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar