Rabu, 29 September 2010

Bagian Keenam :)

Tidak pernah meremehkan dan menuntut, tapi memberi semangat.



Kadang kala, Baba dan Ummi membangga-banggakan kakak dan adik-adik saya didepan saya. Dan merendahkan saya. Tapi itu bukan meremehkan, bahkan memotivasi saya untuk menjadi yang terbaik. Tapi meskipun begitu, baik Baba dan Ummi tidak pernah menuntut saya untuk jadi seperti kakak dan adik-adik saya. Bahkan Baba dan Ummi selalu membuat saya mengerti, kalau karakter seseorang itu tak semuanya sama. Dan orang berbeda, tak bisa dipaksa untuk menjadi orang lain. Kamu adalah kamu, mereka adalah mereka. Tapi hal baik dari mereka, patut dan layak untuk kamu contoh. Begitulah.





***

Baba duduk diruang tamu sambil tangannya tak henti memutar tasbih. Lalu Baba memanggil saya. Baba tersenyum seraya berkata: “kemarin Baba duduk disini dan ada Isro' lewat. Lalu adikmu itu bertanya pada Baba, Ba, mau diambilkan minum ta? Tapi kamu? Suf.. kamu sama sekali tidak memperhatikan Baba.” tawa Baba tergelak. Sedangkan saya hanya tersenyum malu.



Saya ceritakan hal itu pada Ummi. Saya tuturkan, kalau saya benar-benar tak punya pikiran seperti apa yang dipikiran adik saya. Lalu Ummi tersenyum, “itu karena kamu orangnya cuek, tidak peduli pada orang lain. Dan itu artinya Baba menunjukkan meskipun kamu orang yang tidak peduli, tapi kamu tetap harus tau bahwa Baba adalah orang tuamu dan kamu harus memperhatikan Baba..”



Tidak pernah menyuruh shalat, tapi mengajak.



Saya ingat sekali, ketika saya berusia 7 tahun, baik Baba dan Ummi tidak pernah menyuruh saya untuk melaksanakan shalat. Tapi dengan perhatiannya, Baba dan Ummi selalu mengajak saya melaksanakan kewajiban tersebut. Saya ikut-ikut saja karena saya diajak. Dan jika Ummi lupa mengajak saya shalat -karena saya masih keasyikan bermain- saya pasti akan menangis. Menangis sejadi-jadinya karena waktu itu yang ada dipikiran saya adalah saya ditinggal dan tidak diajak lagi. Jika sudah seperti itu, Baba dengan halus membujuk saya agar diam dan langkah selanjutnya, Baba adalah orang tua yang menjemput saya yang merasa ditinggalkan.



Dari sini saya memahami, mengapa Baba dan Ummi tidak menyuruh shalat dan hanya mengajak, karena jika menyuruh, anak bisa jenuh dan bahkan malas melakukannya. Tapi jika diajak, anak akan merasa diperhatikan dan sangat disayangi. Sebagaimana saya. Dan dari sini pula saya tahu, alasan Baba dan Ummi mengajak adalah agar dengan sendirinya saya mencintai shalat dan tidak merasa dipaksa untuk melakukan suatu kewajiban. Alhasil? Baik saya, adik-adik saya dan kakak-kakak saya, akan merasa resah jika tak segera diajak menunaikan kewajiban berharga itu. Lalu yang kami lakukan saat itu adalah “Baba, Ummi.. ayo shalat..” sambil merengek-rengek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar