Jumat, 05 November 2010

Sesibuk Apapun Babaku

Parengan, Selasa, 28 September 2010. 2.30 PM



Bagaimana awalnya saya nggak tahu, yang saya tahu Cuma saya sedang menulis cerpen dan adik saya –Icco- sedang sibuk dengan buku-buku pelajarannya.



Tiba-tiba Baba datang dan membawa satu piring mangga yang sudah diiris-iris. “ini, dimakan, Baba sudah.” Kata Baba. Saya nggak begitu memperhatikan dan saya masih melanjutkan menulis cerpen.



Selanjutnya saya juga nggak tahu apa yang terjadi. Saya masih saja menulis cerpen saya. Tapi saya tahu kalau adik saya –Hasan- tiba-tiba sudah bergabung bersama Icco makan mangga dari Baba itu.



Saya masih nggak tahu apa yang terjadi. Namun agaknya mangganya telah habis, dan tiba-tiba saja, “ini, Baba kupaskan lagi. Dimakan,” kata Baba sambil meletakkan piring yang penuh irisan mangga lagi. Saya dan Icco kaget tidak percaya

“ya Allah, Baba..!”

“Jazakumullah…!”

Saya tidak menyangka Baba akan mengupaskan mangga lagi. Baba hanya tersenyum mendengar ucapan terimakasih kami dan pergi begitu saja.



Segera saya minta adik saya memanggil kakaknya yang sudah hilang setelah menghabiskan mangga pertama.



***



Saya sering kali beranggapan bahwa Baba terlalu sibuk hingga jarang ada waktu bersama kami anak-anaknya. Tapi sejak saat itu tadi saya sadar, sesibuk apapun Baba, Baba tidak akan pernah melupakan anak-anaknya dan tidak akan melupakan kesukaan anak-anaknya. Karena Baba begitu mencintai kami :)



Terimakasih Baba, semoga Allah selalu membalasmu dengan sebaik-baiknya balasan. Kami mencintaimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar