Jumat, 23 Juli 2010

Aljaza' Min Jinsil Amal

saya termasuk gadis yang suka sama anak kecil. saking senangnya, sampai-sampai saya ingin segera punya anak. padahal saya belum ingin menikah. dan karena kesenangan itu, terbersit dikepala saya untuk mengadopsi anak kecil berusia 1 1/2 tahun yang namanya Ruqoyyah dan biasa di panggil Yaya. namun saat saya mengutarakan keinginan saya itu saya malah di semprot omelan kakak saya yang bawel. "emang kamu bisa ngurusin anak kakak?? nyebokin aja kaga pernah!" begitu kata kakak saya waktu itu. memang si Yaya adalah anak keduanya.
yah, keinginan tak tercapai, akhirnya saya hanya mengambil kepuasan dengan bayi berusia 9 bulan bernama Syadzili. dia gendut, putih dan lucu. iihh... senang sekali saya! hingga kerap kali -karena saking senang dan gemasnya- saya sodorkan telapak kaki saya tepat didepan mukanya. jika sudah seperti itu, biasanya saya akan terkena marah Ummi saya. sedangkan ibu si Syadzili hanya tersenyum kecut dengan kelakuan saya itu.
berkali-kali saya sodorkan telapak kaki saya pada mukanya. dan kali ini, korban kebiadaban gemes saya bukan hanya Syadzili. korban saya bertambah satu: yaitu Muhammad. dia anak Om saya yang baru berusia 4 bulan. dia menggemaskan sekali dan sangat lucu. saya menyukainya dan hampir setiap hari telapak kaki saya menyodor ke mukanya. meskipun tidak pernah sampai pada mukanya, yang namanya ibu pasti khawatir. ibunya menjerit-jerit ketakutan bila kegemesan saya mulai mencuat. begitu juga Ummi, Ummi saya marah-marah karena telapak kaki saya itu. jika sudah seperti itu, saya hanya tersenyum sambil lari: kabuur,,,,!!!
***
cerita berlanjut.
Muhammad yang tentu saja ikut bapaknya itu telah pulang ke rumahnya di malang. sedangkan si Syadzili sudah jarang di ajak ke rumah. bukan karena trauma apalagi takut dengan telapak kaki saya, tapi karena dia sedang sakit. oh, rasanya hati sangat sepi. saya kesepian sekali!
hingga suatu saat, saya sedang berkumpul bersama keluarga diruang tengah. saya menonton TV sambil tiduran. posisi saat itu, Baba berada disamping saya. namun Baba menonton sambil berdiri. tiba-tiba, ketika saya menoleh, sebuah telapak kaki lengkap dengan sendalnya berada tepat didepan muka saya. kontan saya menjerit-jerit kaget. ternyata itu adalah Baba. Ummi dan adik saya tertawa melihat saya yang kaget lagi ketakutan itu. Baba dengan tanpa dosa berlalu tak peduli.
dan saat itu juga, saya langsung ingat pada Syadzili dan Muhammad. ooh!! beginikah rasanya jika disodori telapak kaki???!!! dan saat itu pula saya langsung ingat: aljaza' min jinsil amal! balasan itu dilihat dari jenis amalannya!
"Ummi! saya kaget Ummi! kaget sekali! apa begini ya perasaan Syadzili dan Muhammad?? tapi Ummi, Baba itu mikir apa sih sampai-sampai saya dapait telapak kaki dan sandalnya dimuka saya?!!"
"ya kamu kalo seperti itu apa yang kamu pikirkan.."
"Ummi! saya itu gemes sama Syadzili dan Muhammad! makanya saya begitu! lha kalo Baba? masa Baba masih gemes sama saya? saya sudah 17 tahun!!"
tawa Ummi dan adik saya pun terlepas tanpa beban...
dan sejak saat itu, saya akan mencoba untuk menahan hawa nafsu saya. saya akan mencoba untuk tidak akan lagi menyodorkan telapak kaki saya pada bayi-bayi meskipun saya gemas setengah mati.
ya, saya akan berusaha!
karena saya tidak ingin mendapat balasan seperti itu lagi. rasanya sangat tidak enak: tegang takut kaget.. campur jadi satu.
Allohumma ighfirliy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar