Minggu, 12 Desember 2010

Senin, 6 Des '10 / 29 Dz. Hijjah '3

Selepas ashar, menjelang doa akhir tahun.



Saya menyapa beberapa teman yang ada di dapur. Hanya sesaat, karena sebentar lagi kami harus membaca doa akhir tahun. Saat saya hendak kembali ke kamar, tiba-tiba salah seorang santri yang sudah memiliki anak menanyai anaknya: nak, kamu sudah baca doa akhir tahun belum?

Anak: belum

Ibu: ayo buruan baca,



Saya agak kaget dengan pertanyaan dan percakapan itu. Bagaimana tidak, anaknya baru kelas dua SD, bagi saya anak sekecil itu belum saatnya membaca doa akhir tahun.



Di kamar, saya bercerita pada Ummi.



Saya: Mi, tadi A nyuruh anaknya baca doa akhir tahun. Apa dulu ketika saya seusia dia sudah Ummi suruh baca doa akhir tahun? Seingat saya kok baru-baru ini ya.

Ummi: nggak, nggak pernah. Kamu tahu? Anaknya juga puasa

Saya: haaaaaah???

Ummi: Kalo Ummi dulu tidak seperti itu, toh puasa akhir tahun tidak wajib. Benar, dia mendidik anaknya, tapi itu tidak baik. Itu bisa membuat anaknya tertekan

Saya: iya ya Mi

Adik: saya dulu loh Aub, puasa wajib baru kelas empat. Itu saja masih bolong-bolong.

Ummi: kalau bolong Ummi juga tidak menyuruh untuk mengganti

Bontot: lho? Dia nyuruh anaknya ngganti puasa yang bolong toh?

Ummi: tidak. Tapi anaknya masih terlalu kecil untuk berpuasa. Lagipula belum waktunya anak kecil berpuasa sunnah. Wajib saja belum. Ummi dulu tidak pernah menyuruh kalian puasa, Baba juga begitu. Bahkan kalau puasa wajib, Ummi sering berpesan kalau tidak kuat harus berhenti, tidak boleh diteruskan. Karena kalau anak kecil sudah disuruh-suruh untuk menjalankan ini-itu, bisa-bisa anaknya tertekan. Ummi kasihan. Biarlah anak tumbuh besar dan mengerti suatu kewajiban dengan sendirinya. Kalau anak kecil sudah disuruh seperti itu, suatu saat dia bisa menjalankannya tapi dengan alasan takut dimarahi orang tuanya, bukan alasan kewajiban. Dan kalau anak kecil sudah disuruh-suruh, lalu dia tertekan, anak itu bisa menjadi malas dan bosan untuk menjalankan perintah itu. Lihat, bila anak kecil yang belum usia sekolah sudah disekolahkan, apa yang ada? anak itu akan mengelak dan susah untuk berangkat kesekolah. Karena dia anak kecil, yang belum waktunya untuk sekolah.



Saya dan adik saya manggut-manggut..



***



Memang benar, Baba dan Ummi tidak pernah menyuruh kami untuk menjalankan puasa saat kami masih kecil. Tapi setelah kami sudah tumbuh agak besar, Baba dan Ummi hanya mengajak. Dan diantara kami pun tidak ada yang menolak karena memang kami tidak disuruh, kami hanya diajak. Diajak dan disuruh itu berbeda.



Sekali lagi saya merasakan baiknya didikan Baba dan Ummi kepada saya dan saudara-saudara saya. Baba dan Ummi membiarkan kami mengerti dengan sendirinya, tidak dengan suruhan, paksaan atau bahkan ajakan. Sama sekali tidak…



Baba… Ummi… doakan saya bisa mencontoh Baba dan Ummi dalam mendidik anak nanti –semoga- doakan saya bisa menerapkan didikan Baba dan Ummi dalam diri saya sendiri. Dan doakan saya agar saya selalu bisa mensyukuri atas segala yang telah Allah berikan kepada saya, melalui didikan Baba dan Ummi, kasih sayang Baba dan Ummi, dan melalui semuanya… terimakasih Baba, terimakasih Ummi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar